Banjir di Tuban kian Parah, Pengungsi Kekurangan Bahan Makanan

Sumber:Media Indonesia - 06 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
TUBAN (Media): Ratusan pengungsi korban banjir di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, kekurangan bahan makanan dan mulai terserang gatal serta diare. Sementara itu, air terus meninggi hingga 2,5 m di beberapa wilayah.

Korban banjir yang kekurangan makanan antara lain berada di salah satu daerah terparah akibat bencana, yaitu Desa Magersari, Kecamatan Plumpang. Mereka kini ditampung di balai desa setempat.

''Persediaan bahan makanan tinggal untuk hari ini saja. Padahal, di sini ada 594 jiwa pengungsi,'' kata Ichsan, salah seorang aparat Desa Magersari, kemarin.

Menurutnya, gelombang pengungsi berdatangan ke balai desa sejak Jumat (4/1) malam setelah air mulai masuk ke rumah mereka. Padahal, selama 14 tahun terakhir, banjir tidak sampai menggenangi permukiman.

Bahan makanan yang kini tersisa hanya 75 kg beras, 11 dus mi instan, 9 dus air kemasan, dan 1 dus sarden.

''Padahal, banjir paling cepat surut sekitar 20 hari mendatang. Selain kekurangan pangan, kami kekurangan tenaga medis dan persediaan obat-obatan mulai menipis,'' urainya.

Hal senada dikatakan Supriyadi, salah seorang relawan di pengungsian Desa Penidon. Menurutnya, bahan makanan yang tersisa antara lain 40 kg beras, 10 kardus mi instan, dan 3 dus air kemasan. Padahal, di balai desa itu terdapat sebanyak 347 pengungsi.

Di Desa Tegalsari, Kecamatan Widang, pengungsi mulai terserang gatal dan diare. Sementara itu, persediaan obat-obatan terus berkurang dan air bersih sulit diperoleh karena desa tersebut hingga kini masih terisolasi.

Makin tingginya banjir di wilayah Tuban mengakibatkan jalur pantai utara (pantura) di wilayah itu terputus karena banjir setinggi 1,5 m merendam badan jalan di wilayah Kecamatan Widang.

Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di sekitar wilayah itu kehabisan stok karena truk tangki kesulitan menyuplai bahan bakar akibat jalan terendam.

Sisa banjir

Kesulitan mendapatkan air bersih juga dialami korban banjir di Kabupaten Gresik. Untuk keperluan mandi dan mencuci, mereka terpaksa menggunakan genangan air sisa banjir.

Meski banjir mulai surut hingga tinggal 60 cm, kemarin, air sumur warga hingga kini tidak bisa digunakan setelah tercemar banjir. Warga yang kesulitan mendapatkan air bersih antara lain penduduk Desa Baron, Kecamatan Dukun, yang sempat terendam hingga setinggi 2 m.

Di sisi lain, untuk kebutuhan air minum, warga mendapat bantuan air kemasan dari posko bencana. Tetapi, setiap rumah hanya dijatah dua botol kemasan satu liter.

''Kalau untuk mandi, kami terpaksa nyebur saja ke air banjir karena tidak ada sumur lagi,'' kata Munawir, salah seorang warga Desa Baron, kemarin.

Karena mandi dengan air sisa banjir, banyak warga menderita gatal-gatal.

Kepala Desa Baron Nurul Yatim mengatakan, untuk kebutuhan air minum, pihaknya memang menyediakan air kemasan. Sementara itu, untuk kebutuhan lainnya tidak disediakan. ''Kami harapkan warga bisa sabar, kondisinya memang serbadarurat. Kalau ada sumur yang bisa dimanfaatkan, silakan manfaatkan,'' ujarnya.

Sementara itu, warga korban banjir di Porong yang saat ini mengungsi di Gedung Olah Raga (GOR) Kabupaten Sidoarjo mengeluhkan fasilitas pengungsian karena tidak ada fasilitas alas tidur dan selimut. Sejak banjir air bercampur lumpur menerjang pada Kamis (3/1)malam, sedikitnya ada 200 warga mengungsi di GOR Pemkab Sidoarjo. Mereka adalah warga Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin.

Dari Solo, Jawa Tengah, dilaporkan, PT Jasa Tirta I mengerahkan 10 penyelam untuk membersihkan tumpukan sampah yang menyumbat pintu air Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, kemarin.

Meski tidak sampai mengganggu aliran air menuju hilir, sumbatan sampah berupa sisa tanaman padi dan kayu dari daerah hulu waduk membuat aliran air ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Waduk Gajah Mungkur tersendat.

''Karena aliran tersendat, turbin terhenti dan PLTA untuk sementara tidak bisa dioperasikan,'' kata Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air PT Jasa Tirta I Suwartono, kemarin.

Ia berharap, kehadiran 10 penyelam asal Kota Malang, Jawa Timur, itu bisa segera mengatasi tumpukan sampah di sekitar pintu waduk sehingga PLTA bisa kembali difungsikan.

Di sisi lain, hujan deras beberapa hari terakhir mengakibatkan talut di Sungai Winongo, Yogyakarta, longsor pada lima titik. Dalam sepekan terakhir, setidaknya ada 12 titik talut yang longsor. Longsor terjadi akibat talut tidak mampu menahan luapan air.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta memang mengingatkan curah hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan ini mungkin akan di atas normal. Hal itu perlu diwaspadai khususnya bagi daerah-daerah yang berada pada posisi rawan longsor. (YK/FL/HS/AM/FR/SO/AZ/N-1)



Post Date : 06 Januari 2008