Medan, Kompas - Banjir yang melanda Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara, sejak Senin (29/11), merendam ribuan rumah warga di lima kecamatan. Banjir juga mengakibatkan sedikitnya lima sekolah diliburkan sementara dan 2.243 keluarga terpaksa mengungsi.
Penjabat Wali Kota Tebing Tinggi Eddy Syofian mengatakan, banjir terjadi akibat meluapnya dua sungai besar yang melintasi kota, yakni Sungai Bahilang dan Sungai Padang. Kedua sungai ini berhulu di daerah Raya, Kabupaten Simalungun.
”Setiap kali kawasan hulu kedua sungai tersebut hujan deras, pasti Tebing Tinggi kebanjiran. Saya juga menduga, wilayah hulu kedua daerah aliran sungai itu telah rusak sehingga kami harus terus menerima banjir kiriman setiap tahun,” kata Eddy di Medan kemarin.
Lima kecamatan yang terendam adalah Kecamatan Rambutan, Bejenis, Padang Hulu, Padang Hilir, dan Tebing Tinggi Kota.
”Di Kecamatan Rambutan, sedikitnya empat kelurahan terendam banjir, sementara di Kecamatan Bejenis lima kelurahan. Di Kecamatan Padang Hulu, dua kelurahan yang terendam, sedangkan di Padang Hilir dan Tebing Tinggi Kota masing-masing tiga kelurahan terendam,” kata Eddy.
”Sepuluh rumah di antaranya bahkan terendam hingga 2 meter, sedangkan 120 rumah lainnya terendam setinggi 1 meter. Sementara ini tercatat 2.243 keluarga yang rumahnya terendam banjir dan lima sekolah yang harus diliburkan,” kata Eddy menambahkan.
Selain luapan dua sungai besar yang melintas Kota Tebing Tinggi, ada 14 anak sungai lainnya di kota itu yang ekologinya sudah rusak. ”Sungainya mulai mengalami pendangkalan dan perubahan alur. Ini memang harus diakui akibat kecerobohan pembangunan kota yang tak mengindahkan kondisi 14 anak sungai tersebut,” kata Eddy.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Robertson Simatupang, kata Eddy, berjanji akan segera mengirimkan bantuan perahu karet ke Tebing Tinggi.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi, menurut Eddy, tengah mengupayakan normalisasi Sungai Bahilang dan Sungai Padang beserta ke-14 anak sungai yang ada di kota tersebut. (BIL)
Post Date : 01 Desember 2010
|