Banjir di Sumsel dan Jambi Mulai Surut

Sumber:Kompas - 11 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Palembang, Kompas - Meskipun sebagian Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir masih terendam air, di sejumlah daerah lainnya di Provinsi Sumatera Selatan banjir sudah berangsur surut. Demikian pula di Provinsi Jambi, banjir yang terjadi sejak akhir Maret lalu akibat meluapnya Sungai Batanghari sudah mulai surut. Di Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, dan sebagian Kabupaten Muaro Jambi banjir surut antara dua dan tiga meter karena hujan sudah jarang turun dalam satu pekan terakhir. Kini sebagian warga mulai diserang berbagai penyakit, terutama penyakit kulit dan diare.

Berdasarkan hasil pemantauan pada daerah banjir di Palembang dan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Minggu (10/4), air yang merendam ratusan rumah penduduk di sekitar bantaran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan beberapa anak sungai lain semakin surut sejak tiga hari belakangan ini.

Ketinggian air berkurang sekitar 30-50 sentimeter dibandingkan dengan ketinggian air beberapa hari sebelumnya. Beberapa rumah yang sebelumnya terendam air kini telah mengering.

Sejumlah warga berusaha membersihkan berbagai sampah dan kotoran yang terbawa arus banjir. Mereka memperkirakan, banjir kedua tahun 2005 itu tidak akan membesar lagi karena hujan deras tidak turun lagi, sedangkan pasang air laut juga terus berkurang. "Biasanya bulan April ini mulai masuk musim kemarau. Jadi, hujan diperkirakan tidak akan turun lagi," kata Nurjanti (40), warga Kelurahan 35 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang.

Meskipun telah surut, beberapa wilayah di sekitar Kota Palembang masih tergenang air, terutama di Kecamatan Gandus, Kertapati, Plaju, Ilir Barat I, Ilir Barat II, Seberang Ulu I, dan Seberang Ulu II. Beberapa jalan desa dan gang di perumahan di kawasan itu masih digenangi air hingga 50 sentimeter. Untuk menyeberangi rendaman air, sejumlah warga memanfaatkan perahu kecil atau membuat rakit dari ban bekas.

Rusmi (37), warga Kelurahan Bukit Baru, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, misalnya, naik perahu rakit dari ban bekas untuk menyeberang jalan yang terendam air di depan rumahnya. "Banjir sudah surut, tetapi sepeda motor masih belum bisa masuk rumah," katanya.

Turun sekitar tiga meter

Sementara itu, ketinggian permukaan air Sungai Batanghari di Kota Jambi pada Minggu kemarin tinggal sekitar 11,30 meter di atas permukaan laut (dpl). Sepekan sebelumnya, Minggu dan Senin (4/4), ketinggian air sungai terpanjang di Sumatera ini mencapai 14,15 meter dpl.

Di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi kemarin ratusan rumah penduduk di sejumlah desa di Kecamatan Kumpeh Ilir masih terkurung banjir dengan kedalaman air di pekarangan sekitar 50-100 sentimeter.

Di Desa Mekar Sari, Betung, Pematang Raman, Sungai Bungur, Sponjen, Pulau Tigo, Teluk Raya, Bangso, dan Petanang juga meluap. Puluhan hektar tanaman palawija, seperti jagung, singkong, dan ubi jalar, serta sayuran kacang panjang, buncis, terung, mentimun, dan pare rusak parah.

Ratusan hektar kebun karet juga tidak bisa disadap karena hingga kemarin masih terendam air.

Di Kota Jambi, Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan, dan sebagian Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, tidak ada lagi rumah penduduk yang terkepung banjir. Sedangkan di Kabupaten Batanghari banjir sudah surut sejak satu pekan lalu.

Gara-gara banjir yang kerap terjadi, warga pun mengalami kesulitan mendapatkan sumber nafkah. Tahun ini warga mengalami masa paceklik sekitar enam bulan. Lahan pertanian sudah mulai terendam air sejak November 2004. Awal Maret 2005 air surut dan lahan sempat kering sekitar 15 hari.

"Saat itu masyarakat sudah gembira, di antaranya sudah ada yang mulai menanam palawija dan sayuran, seperti cabai merah keriting. Namun, akhir Maret perlahan-lahan air naik lagi. Tanaman sayuran dan palawija yang baru saja mulai ditanam hancur lagi," tambah Jasman, salah seorang warga.

Menurut Gendon, warga RT III Mekar Sari, ketika banjir melanda, lahan tidak bisa digarap. Penduduk daerah itu pun bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Muaro Kahuripan Indonesia Group dengan upah Rp 19.400 sehari.

"Sebagian lagi bekerja menangkap ikan untuk dijadikan ikan asin, misalnya ikan sepat, tebakan, dan gabus. Harga satu kilogram ikan sepat asin Rp 8.000 dan gabus Rp 10.000," ujarnya. (iam/nat)



Post Date : 11 April 2005