Banjir di Sumbar Akibat Pendangkalan Sungai

Sumber:Suara Pembaruan - 29 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[PADANG] Bencana banjir yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dan sejumlah wilayah di Sumatera Barat (sumbar), Selasa (25/12), tidak lagi disebabkan pembalakan liar.

Sebab, sejak beberapa tahun belakangan praktik pembalakan liar tidak lagi ada di Sumbar, khususnya di Pessel. Diduga, pemicu banjir akibat penyempitan dan pendangkalan sejumlah sungai.

"Jangan selalu menyalahkan penebangan hutan, setiap terjadi banjir. Karena perilaku itu sudah tidak ada lagi di Sumbar, khususnya di Pessel. Meski ada truk yang membawa kayu di jalan raya, itu tidak seberapa jumlahnya. Hanya satu-satu dan untuk konsumsi dalam daerah saja. Dalam sebulan mungkin ada satu atau dua truk. Selama ini, setiap terjadi banjir yang disalahkan selalu pembalakan liar. Saya kurang menerima alasan itu," kata Bupati Pessel, Nasrul Abit kepada SP, Jumat (28/12).

Penyebab banjir tidak lain akibat luapan sungai. Ini tak lepas dari banyaknya aliran sungai di Pessel dan kota lain di Sumbar, termasuk Kota Padang. Pada sungai tersebut, sangat banyak terdapat kelokan-kelokan dan muara sungai yang sempit. Makanya, setiap musim hujan daerah ini tidak terlepas dari bencana banjir.

Untuk melepaskan dan sebagai antisipasi agar tidak terjadi banjir yang diakibatkan tidak lurusnya aliran sungai, Pemkab Pessel berupaya melakukan normalisasi di beberapa sungai dengan menyediakan anggaran pada setiap tahunnya. Baik dari dana kabupaten, provinsi ataupun pusat. Namun, pada setiap akan dilakukan pelurusan sungai, yang selalu menjadi kendala adalah masalah tanah dengan masyarakat.

Kesedian masyarakat untuk memberikan tanahnya yang dipakai untuk normalisasi sungai selama ini belum ada. Masyarakat pemilik tanah terus bertahan tidak mau mundur untuk memberikan tanahnya yang akan dipakai sebagai tempat meluruskan aliran sungai yang berliku-liku.

Sejak beberapa tahun lalu, beberapa aliran sungai sudah dilakukan pelurusannya dengan kesediaan dan kesadaran masyarakat untuk memberikan tanahnya. Kesedian dan kesadaran masyarakat untuk mau mengalah memberikan tanahnya demi melepaskan daerah ini dari ancaman bencana banjir, memang sangat diharapkan. Karena semua sudah tahu, dampaknya sangat besar.

Setiap musim hujan, daerah ini selalu dilanda banjir. Kerugian materil yang dirasakan masyarakat selama ini akibat banjir itu tidak lagi sedikit, bahkan nyawa manusiapun taruhannya. Sementara itu, di Kota Padang, banjir yang terjadi juga sebagian besar akibat aliran sungai yang meluap.

Sementara itu, korban bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah, dari yang semula hanya lima orang kini menjadi delapan orang.

"Satu-persatu evakuasi para korban bencana banjir dan tanah longsor itu dapat kita lakukan, termasuk pencarian jenazah Huriah di bawah timbunan tanah yang longsor di areal persawahan di Dusun Sukoanyar, Desa Sukorejo, Kecamatan Tirtoyudo," ujar Kapolres Malang AKBP Tubuh Musyareh melalui Kabag Ops Kompol Sugiono, Sabtu (29/12) pagi.

Seluruh jenazah korban sudah dievakuasi dan upaya dari tim SAR gabungan Polri, Pemkab Malang dan kelompok warga peduli bencana, kini terfokus pada upaya penanganan evakuasi dan pertolongan kepada ratusan penduduk yang terkepung genangan banjir di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 3.000 penduduk di Dusun Pulungrejo, Dusun Palung, dan Dusun Rawa Teratai, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sejak Rabu (26/12) terpaksa bertahan di rumah mereka akibat Sungai Palung meluap dan memutus pula satu-satunya jalur transportasi darat Sum- bermanjing Wetan-Pondok- dadap. [BO/ES/070/148/152]



Post Date : 29 Desember 2007