|
Padang, Kompas - Hujan lebat yang terus mengguyur belahan utara Sumatera menyebabkan kawasan yang terendam banjir makin meluas. Jika hujan lebat terus menyiram wilayah tersebut dikhawatirkan lebih banyak provinsi menderita dan korban meninggal akan terus bertambah. Banjir dengan akibat luas di antaranya terjadi di Sumatera Barat. Di provinsi ini banjir mendera tiga kecamatan di Kabupaten Limapuluh Koto, yakni Kecamatan Sago Halaban, Harau, dan Kecamatan Luhak dengan ketinggian air 50 cm hingga 75 cm. Selain puluhan rumah warga yang terendam, ratusan hektar sawah siap panen rusak. Banjir hari Kamis juga menyebabkan seorang tewas terseret air. Korban bernama Aldo (17) ditemukan sekitar pukul 11.00 setelah terseret bah di Kabupaten Limapuluh Koto, Sumbar. Kepala Bagian Humas Kabupaten Limapuluh Koto Joni Amir mengatakan, banjir terjadi sejak hari Rabu. "Hujan deras menyebabkan air tidak surut, malah dikhawatirkan akan bertambah naik," katanya. Jatuhnya lagi korban ini menyebabkan jumlah korban meninggal akibat bah di Sumatera dalam tiga pekan terakhir mencapai 115 jiwa. Di antaranya 12 korban terseret banjir di Kabupaten Langkat, 25 orang meninggal di Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan 77 orang meninggal saat banjir dan longsor di Nanggroe Aceh Darussalam. Penghuni rumah yang digenangi air itu kini mengungsi ke rumah sanak-saudara dan tetangga yang aman dari banjir. Banjir disebabkan meluapnya air Sungai Batangmerau karena tanggulnya jebol pada beberapa titik. Menurut Zaini, warga Desa Tanjung, hujan turun sejak sekitar pukul 14.00 dan air sungai yang mengalir deras menyebabkan tanggul jebol. "Tak lama setelah hujan air sungai meluap," ujar Zaini. Di Provinsi Riau banjir meluas dan memutuskan sejumlah jalur darat. Jalan yang terputus antara lain jalan alternatif yang menghubungkan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kuantan Sengingi di Km 16 di batas Kecamatan Kerinci dengan Kecamatan Langgam akibat genangan air setinggi hingga satu meter. Terputusnya jalan juga menyebabkan angkutan kota yang melayani jalur Langgam-Sejati tidak beroperasi. Tambunan, sopir angkutan kota, mengatakan, jalur itu terputus sejak Kamis. Di Jambi, warga desa yang kena banjir terlihat sibuk menyelamatkan barang-barangnya dan sebagian memilih mengungsi ke tetangga yang tinggal di rumah-rumah panggung. Warga mengkhawatirkan sawah mereka yang tergenang. Tiga desa di Kabupaten Kerinci, Jambi, yakni Desa Tanjung, Palingserumpun, dan Tanjungmuda juga terendam banjir sekitar pukul 16.00 kemarin. Ketinggian air mencapai satu meter menggenangi sekitar 70 rumah dan menenggelamkan sedikitnya 500 hektar sawah tadah hujan. Masih terisolasi Di NAD, pascabencana banjir bandang masih terlihat akibatnya. Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Aceh Tamiang masih belum bisa menembus belasan desa terisolasi. Hingga kini ribuan warga belum mendapatkan bantuan pangan dan obat-obatan dari pemerintah daerah setempat. Menurut data Posko Satkorlak PB Kabupaten Aceh Tamiang, setidaknya 16 kampung di enam kecamatan yang ada di wilayah ini tidak bisa dijangkau dengan kendaraan air dan darat. Daerah-daerah itu adalah Kampung Alue Lhok (Kecamatan Karang Baru); Kampung Bandar Khalifah, Kampung Alur Tani I dan Alur Tani II, Kampung Rongoh (Kecamatan Tamiang Hulu); Kampung Meurandeh (Kecamatan Manyak Payed); Kampung Pusung Kapal dan Kampung Baru (Kecamatan Sruway); Kampung Sekumur, Kampung Sulum, Kampung Juar, Kampung Pematang Durian dan Kampung Baleng Karang (Kecamatan Tamiang Hulu) dan Kampung Tenggulun, Kampung Selamat serta Kampung Tebing Tinggi (Kecamatan Tenggulun). Pejabat Bupati Aceh Tamiang Syahbuddin Usman menyatakan, tingkat kesulitan yang dihadapi untuk mendistribusikan bantuan ke daerah-daerah tersebut sangat tinggi karena sarana jalan tidak bisa dilalui. Begitu juga dengan jalur air atau sungai yang kondisi alamnya tidak menentu. Syahbuddin menjelaskan, masalah bahan bakar untuk berbagai kendaraan operasional juga menjadi kendala karena wilayah Aceh Tamiang terisolasi karena banjir menghadang di dua daerah perbatasan, antara Langsa-Medan. Para pengungsi yang tersebar di beberapa wilayah kabupaten ini masih mengeluhkan minimnya bantuan dari pemerintah setempat. Satu minggu sejak banjir melanda wilayah ini, masih ada beberapa warga yang terpaksa makan pisang karena belum menerima bantuan. (ITA/MHD/ART/BIL/NAL) Post Date : 29 Desember 2006 |