Manado, Kompas - Banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, belum surut, kini sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Utara dilanda banjir, diikuti tanah longsor akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu selama tiga hari.
Titik longsor dan banjir menyebar di sejumlah kabupaten dan kota, sejumlah ruas jalan tertutup, serta belasan rumah ambruk tertimpa longsoran tanah. Sampai Sabtu (11/12) petang hujan deras masih mengguyur. Banjir merendam 16 kelurahan di Kota Manado.
Banjir dan tanah longsor menimpa sejumlah kawasan, terutama Lumimuut dan Perkamil. Tercatat 3.500 warga harus mengungsi ke tempat aman.
Lokasi banjir yang tergolong parah adalah Kampung Manggis, Kelurahan Dendengan Dalam, Kecamatan Tikala, tepatnya di belakang area pacuan kuda. Ketinggian air mencapai 2 meter lebih. Banjir terjadi akibat sumbatan material kayu, pohon, dan sampah di jembatan Maesa sehingga Sungai Maesa meluap.
Lokasi parah lain di Kampung Argentina, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Singkil. Di Kecamatan Wenang, air merendam 342 rumah di Kelurahan Komo Luar, Pinaesaan, Istiqlal, Wenang Selatan, dan Wenang Utara.
Di Kecamatan Tikala, jembatan gantung ambruk dihantam derasnya luapan air sungai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Sulawesi Utara Hoyke Makarawung mengatakan, longsor terjadi di Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Maruasei di Kabupaten Minahasa Selatan, Tinoor-Kinilow di Kota Tomohon, dan sejumlah kawasan di Kabupaten Bolaang Mongondow.
Material longsor di Ratatotok menimbun empat rumah warga. Di Minahasa Selatan longsor menutup jalan trans-Sulawesi.
Dari Minahasa Tenggara dilaporkan, 200 rumah warga di Kecamatan Belang terendam banjir. Wakil Bupati Minahasa Tenggara Jeremia Damongilala sejak Kamis meliburkan belasan sekolah yang kebanjiran.
Di Bolaang Mongondow Utara, 60 rumah di Kecamatan Sangkub tergenang air setinggi 1 meter. Empat titik longsor dikabarkan menutup ruas jalan trans-Sulawesi di wilayah Komus.
Siaga satu
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah meningkatkan status Bendung Wilalung di Kabupaten Kudus, Jateng, dari Siaga Dua menjadi Siaga Satu sejak Jumat (10/12) malam. Hal ini menyusul debit air kiriman dari hulu melalui Sungai Lusi melebihi kapasitas tampung bendung sehingga air meluber dari pintu bendung.
Petugas Pintu Air Bendung Wilalung, Ngalimin, menyatakan, debit air Bendung Wilalung mencapai 1.000 liter per detik. Padahal, daya tampung bendung hanya 950 liter per detik.
Akibatnya, jalur penghubung perbatasan Kudus-Demak terputus karena tergenang air setinggi 20-50 sentimeter. Puluhan hektar sawah di sempadan Sungai Wulan di Kudus terendam banjir dan 16 rumah di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus, terendam setinggi 50 sentimeter. Camat Undaan Joko Dwi Putranto, Sabtu (11/12), mengemukakan, untuk mengantisipasi banjir besar, pemerintah kecamatan meminta setiap perangkat desa mengontrol tanggul Sungai Wulan yang kritis.
Sementara itu, sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi kian rawan banjir pada saat hujan turun. Selain dasar sungai yang menjadi dangkal akibat material vulkanik, pohon-pohon di daerah hulu banyak yang mati sehingga tak mampu menahan air hujan.
Pengungsi korban banjir di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, mulai terserang penyakit. Air bah bercampur sampah memicu warga menderita diare dan gatal-gatal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Juhana mengatakan, pelayanan kesehatan gratis akan diberikan sampai banjir surut. (HEN/HAN/ZAL/REK)
Post Date : 12 Desember 2010
|