|
PEKANBARU (Media): Banjir yang melanda sebagian wilayah Provinsi Riau akibat luapan sejumlah sungai meluas. Daerah yang tergenang bertambah menjadi tujuh kabupaten/kota dari sebelumnya lima. Dua daerah yang kini juga mulai terkena banjir adalah Kabupaten Kampar dan Kota Dumai. Sedangkan lima daerah yang lebih dulu terkena bencana serupa adalah Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Pelalawan, dan Kota Pekanbaru. Di Kota Dumai, banjir antara lain menggenangi kawasan padat penduduk di sepanjang Jl Budi Kemuliaan. Banjir setinggi 50 sentimeter itu akibat hujan deras yang terus mengguyur kota itu disertai pasangnya air laut. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Kampar, tepatnya di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu. Banjir akibat luapan Sungai Kampar itu menggenangi puluhan rumah. Banjir di lima kabupaten/kota lainnya juga belum surut. Di Kabupaten Rokan Hulu, air yang menggenangi enam desa di Kecamatan Bonai Darussalam masih setinggi 1 meter. Bahkan 2.797 keluarga korban banjir belum menerima bantuan dari pemerintah setempat. ''Hingga hari ini kami belum menerima bantuan apa pun dari pemerintah. Masyarakat sudah mengeluh kelaparan,'' kata Camat Bonai Darussalam Herman Lopi, kemarin. Menurutnya, banjir yang terjadi sejak dua pekan lalu juga mengakibatkan aktivitas sejumlah sekolah dan perkantoran terhenti. Enam desa yang tergenang adalah Desa Bonai, Teluk Sono, Sontang, Kasang Padang, Kasang Mungkal, dan Desa Pauh. Di Rokan Hilir, korban banjir mengeluhkan bantuan makanan dan obat-obatan yang juga belum datang. Menurut Ketua Satuan Koordinator Pelaksanaan (Satkorlak) Penanganan Banjir Kabupaten Rokan Hilir Wan Syaiful, bantuan baru akan didistribusikan setelah pihaknya selesai mendata jumlah korban. ''Data sementara yang kita miliki ada sekitar 300 keluarga yang menjadi korban banjir dan 800 hektare lahan pertanian rusak. Warga yang terkena banjir akan direlokasi ke daerah yang aman,'' kata Wan Syaiful yang juga Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir. Sebanyak 463 rumah di Desa Tualang dan Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, hingga kemarin juga masih terendam luapan Sungai Siak. Ketinggian air mencapai 1 meter sehingga jumlah warga yang mengungsi ke tenda-tenda pengungsian terus bertambah. ''Banjir sudah terjadi sejak sepekan lalu. Tetapi, kami baru menerima bantuan kebutuhan pokok dari perusahaan yang beroperasi di sini,'' kata Azmi, 43, Warga Desa Tualang yang mendirikan tenda untuk mengungsi di Jl Hangtuah. Curah hujan yang tinggi kini juga terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng). Kondisi ini diperkirakan akan membuat banjir tahunan terjadi lebih awal dari biasannya. Jika pada tahun lalu banjir yang melanda Kalteng terjadi pada Desember hingga Januari, kali ini diperkirakan bencana itu terjadi pada November hingga Desember. Perkiraan ini diungkapkan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Hidayat, kemarin. Sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilanda kekeringan panjang tahun ini, kemarin mulai diguyur hujan. Antara lain Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai, Manggarai Barat, Kabupaten dan Kota Kupang. Kepala BMG Kupang Albertus Kusbagio mengatakan, mulai pekan kedua November mendatang diperkirakan seluruh wilayah Flores dan Pulau Sumba bagian barat akan diguyur hujan secara merata. Angin puyuh Sementara itu, sedikitnya 120 rumah di Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim), rusak akibat diterjang angin pada Selasa (30/10) sore. Selain itu ratusan pohon juga tumbang. Hingga kemarin pagi tidak ada laporan korban jiwa dalam kejadian yang berlangsung sekitar 15 menit itu. Sedangkan kerugian materiil yang dialami warga mencapai ratusan juta rupiah. Sebanyak 120 rumah yang rusak akibat bencana tersebut berada di enam desa, yaitu Desa Gesikan, Pakel, Gempolan, Gebang, Sanan, dan Desa Bangunjaya. Kondisi terparah terjadi di Desa Bangunjaya dengan jumlah rumah rusak sebanyak 45 unit. Tujuh di antaranya rata dengan tanah. Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyiagakan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana selama 24 jam guna mengantisipasi bencana. ''Jika sewaktu-waktu terjadi bencana, bisa segera ditanggulangi dengan cepat,'' kata Kepala Seksi Kesiagaan dan Penanggulangan Bencana Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Karanganyar Heru Aji Pratama. (RK/BG/SS/PO/ES/FR/N-1) Post Date : 01 November 2007 |