Banjir di Pekanbaru Rendam 1.630 Rumah

Sumber:Media Indonesia - 11 Desember 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SEDIKITNYA 1.630 rumah di lima kecamatan di Kota Pekanbaru terendam banjir akibat meluapnya Sungai Siak. Sebanyak 3.562 jiwa menjadi korban dan 1.528 jiwa lainnya terpaksa mengungsi.

Berdasarkan data posko penanggulangan bencana banjir Badan Kesejahteraan Sosial (BKS) Riau, banjir menerjang di lima kecamatan di Kota Pekanbaru. Kelima kecamatan di Kota Pekanbaru yang terkena banjir, yaitu Kecamatan Rumbai, tepatnya di Kelurahan Sri Meranti dengan korban mencapai 272 kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.191 jiwa dan Kelurahan Palas dengan 256 KK atau sekitar 932 jiwa.

Selanjutnya yang terbesar terjadi di Kecamatan Rumbai Pesisir, tepatnya Kelurahan Meranti Pandak dengan jumlah korban 3.075 jiwa. Kemudian Kecamatan Limapuluh tepatnya di Kelurahan Tanjung Huru dengan 600 KK, dan Kecamatan Senapelan tepatnya di Kelurahan Kampung Baru dengan korban 302 KK serta yang terbaru di Kecamatan Sail, Kelurahan Sail dengan korban 200 KK.

"Banjir kali ini belum termasuk dalam kategori luar biasa karena masih belum berdampak luas seperti tahun sebelumnya. Untuk antisipasinya, kami sudah menyiapkan berbagai bantuan di lokasi bencana," kata Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial BKS Riau Sudirman di Pekanbaru, kemarin.

Bencana banjir di Kota Pekanbaru hanya terjadi kawasan perumahan warga di pinggiran sungai. Kawasan tersebut, menurut Sudirman, merupakan daerah langganan banjir tahunan menyusul curah hujan yang tinggi sehingga membuat air sungai meluap. "Banjir karena luapan dari Sungai Siak dan Sungai Sail," jelas Sudirman.

Selain di Kota Pekanbaru, banjir juga terjadi di sejumlah daerah lainnya. Seperti daerah Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, kemudian di Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, dan daerah Pujud di Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir. Namun berdasarkan laporan terakhir, keadaan banjir di daerah tersebut sudah berangsur-angsur surut karena berkurangnya curah hujan.

Berdasarkan pantauan di lapangan, sebagian warga perumahan Witayu, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai Pekanbaru yang mengungsi di tenda pengungsian sejak Jumat (4/12) lalu masih memilih bertahan. Warga belum berani untuk kembali ke rumah mereka meski ketinggian air mulai jauh berkurang. Saat ini ketinggian air telah menyusut dari setinggi 80 sentimeter sekarang menjadi sekitar 30 sentimeter. Sementara itu, aktivitas belajar mengajar di SDN 034 Sri Meranti juga terus berlangsung.

Sekolah ini turut menjadi korban dari luapan banjir Sungai Siak. Dari 12 kelas yang ada, saat ini hanya tiga kelas yang dipergunakan oleh 388 siswa.

"Untung saja bangunan baru sekolah telah selesai. Karena itu, kegiatan belajar dipindahkan sementara ke bangunan baru yang mempunyai empat ruangan kelas itu," kata Kepala SDN 034 Tengku Hafizah.

Saat ini, lanjutnya, ratusan siswa dari kelas I sampai VI belajar dengan kondisi seadanya. Proses belajar mengajar tetap dilangsungkan, tetapi para siswa harus melantai karena seluruh bangku dan meja sudah rusak terendam. "Karena hanya ada tiga ruangan, kelas dibuka dari pagi hingga sore dengan sistem kelas siang," terang Hafizah.

Warga terisolasi Sementara itu, ribuan warga di lima kampung, Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau, Tagulandang, dan Biaro), Sulawesi Utara (Sulut), masih terisolasi pascabanjir bandang di wilayah tersebut. Tiga titik ruas jalan penghubung ke desa-desa itu putus dan terhalang tumpukan tanah longsor.

Lima kampung yang terisolasi itu, yakni Kampung Kanang, Buise, Ingge, Apelabo, dan Kampung Anak Ingge. Terlihat di lokasi bencana pemerintah mengalami kesulitan membuka ruas jalan yang tertimbun tanah longsor karena kendaraan eskavator hanya satu unit.

Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang, bersama rombongan saat berkunjung ke lokasi bencana, kemarin, tidak dapat menembus dua kampung yang mengalami kerusakan parah akibat bencana, yaitu Kampung Kanang dan Kampung Apelabo.

"Pemerintah akan mengupayakan ruas jalan darat yang rusak parah akibat bencana ini dibangun alam waktu singkat meskipun baru darurat agar kampung-kampung yang terisolasi bisa terhubung," ujar Sarundajang.

Sarundajang menegaskan pemerintah akan berupaya membangun rumah warga yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana. Namun, untuk sementara dalam situasi tanggap darurat, pemerintah kabupaten dan provinsi menyediakan tempat tinggal darurat.

"Saya melarang warga kembali membangun rumah di lokasi bencana. Permukiman di lokasi itu sangat membahayakan, berada di lereng gunung dan di pinggiran Sungai," ujarnya.

Pada acara tatap muka, Gubernur Sarundajang juga menyerahkan sejumlah bantuan di antaranya beras, obat-obatan, kain sarung, dan uang Rp100 juta. Rudi Kurniawansyah



Post Date : 11 Desember 2009