Banjir di Ngawi Tewaskan 22 Orang

Sumber:Koran Tempo - 02 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Ngawi -- Korban banjir dan tanah longsor yang melanda 11 kecamatan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terus bertambah. Sampai kemarin jumlah korban berdasarkan laporan Tim Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Pemerintah Kabupaten Ngawi mencapai 22 orang. Jumlah ini bisa bertambah karena ada korban yang belum ditemukan.

Dari 22 korban tewas, 18 orang di antaranya korban banjir yang melanda wilayah Ngawi selama empat hari, sedangkan sisanya merupakan korban tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Sine. Korban banjir terbanyak berasal dari Kecamatan Kwadungan, yang mencapai 10 orang. Sebagian besar korban tewas karena terseret arus serta sakit karena dingin dan lapar saat menunggu evakuasi.

Koordinator Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Pemerintah Kabupaten Ngawi Ahmad Sodiq mengatakan pihaknya masih mendata korban hilang. "Ini adalah banjir terbesar yang pernah terjadi di Ngawi," kata Sodiq di Ngawi kemarin.

Ia mengakui belum memberikan ganti rugi kepada korban banjir karena pihaknya masih berupaya memulihkan perekonomian di Ngawi. Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo ini merendam 72 desa di 16 Kecamatan. Akibatnya, sekitar 6.000 rumah warga rusak berat. Sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit, sekolah, dan jembatan, juga rusak berat.

Meski banjir telah menyusut kemarin, banjir susulan akibat luapan Bengawan Solo masih melanda tiga kecamatan di Ngawi dengan ketinggian air sekitar satu meter. Tiga kecamatan itu adalah Pitu, Karanganyar, dan Mantingan. Warga pun kembali mengungsi. Adapun jalan penghubung Jawa Timur dengan Jawa Tengah terendam air lagi setinggi lutut, sehingga kemacetan panjang tak terhindarkan.

Sementara itu, hujan deras selama berjam-jam membuat dua desa di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, dihantam banjir lumpur sejak Senin lalu. Meski tak ada korban jiwa, sedikitnya 45 rumah rusak dihantam banjir lumpur dan bonggol kayu hutan. Selain itu, 15 hektare area pertanian milik warga setempat rusak.

Menurut Kiai Muchit Arif, tokoh masyarakat Desa Karang Hardjo, Kecamatan Silo, banjir lumpur itu berlangsung cepat. "Tidak sampai satu jam lumpur menggenangi kampung dan sawah," kata lelaki 40 tahun tersebut. Banjir lumpur ini diduga karena kawasan Pegunungan Baban Silosanen gundul. Penggundulan hutan yang marak sejak 1999 menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor tiap tahun.

Menurut Wakil Ketua Satuan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Kabupaten Jember Letnan Kolonel Mulyo Aji, ada sekitar 8.936 hektare hutan yang gundul di Baban Silosanen dan Gunung Sumber Lanas. "Kalau situasi begini, rawan sekali," katanya. dini mawuntyas | mahbub djunaidy



Post Date : 02 Januari 2008