Banjir di Morowali, 900 Orang Suku Wana Hilang

Sumber:Suara Pembaruan - 02 Agustus 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[JAKARTA] Sekitar 900 jiwa penduduk suku Wana di Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), tidak diketahui nasibnya sampai saat ini. Warga suku pedalaman itu diduga terseret banjir bandang yang menyerang wilayah itu tanggal 22 Juli 2007.

"Upaya pencarian sudah dilakukan. Tetapi karena medan yang sulit, belum ada kabar berita tentang keberadaan mereka," kata Pdt Tolimbo, Pendeta Klasis - Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) yang melayani suku Wana, yang dihubungi SP melalui telepon, Rabu (1/8) malam.

Saat terjadi banjir, 900 orang Wana itu sedang mengadakan ritual Momata di Dusun Ratobae, atau sehari perjalanan kaki dari Desa Toronggo, Bungku Utara.

Orang Wana adalah salah satu subetnik yang tinggal di hutan cagar alam Morowali. Populasi mereka diperkirakan lebih dari 1.700 jiwa, dan mereka belum mengenal agama.

Ritual Momata diadakan jika ada orang Wama meninggal dunia. Ritual ini bertujuan memisahkan orang yang hidup dan sudah mati. Ritual ditandai dengan pembakaran rumah milik warga yang meninggal dunia dan ada peratapan sepanjang siang dan malam hari.

Menurut Tolimbo, seluruh warga Wana yang tinggal di hutan-hutan Morowali, pada hari naas itu, berkumpul di Ratobae untuk mengikuti upacara adat tersebut. "Saat ritual sedang berlangsung, terjadilah banjir disertai tanah longsor. Seperti air bah mengalir dari gunung dan hutan-hutan di sekitar Ratobae, Toronggo. Banyak warga yang tidak bisa menyelamatkan diri," ujarnya.

Warga Wana yang sedang mengadakan ritual, diduga ikut terseret banjir dan tertimbun tanah longsor. "Sampai saat ini belum diketahui bagaimana nasib mereka," tambahnya.

Sampai Kamis (2/8), banjir di Morowali sudah memasuki hari ke-10. Namun, sejumlah desa atau dusun yang dilanda banjir belum berhasil dijangkau regu penolong karena medan yang sulit dan terputusnya jaringan transportasi.

Pertolongan Lamban

K Dale dan Achmad, warga Baturube, sangat menyesalkan lambannya pertolongan pemerintah terhadap para korban banjir di daerah itu.

"Keterlaluan pemerintah pusat maupun daerah, mereka hanya sibuk urus politik, tapi warga Wana dibiarkan mati percuma dalam hutan. Orang Wana juga manusia, kenapa pemerintah tega berbuat seperti ini?" kata Achmad via telepon Rabu malam.

Bupati Morowali, Datlin Tamalagi yang dihubungi Rabu petang mengungkapkan, enam desa di Kecamatan Mamasalato dan tujuh desa di Kecamatan Bungku Utara saat ini belum berhasil dijangkau regu penolong. Karena sulitnya medan dan putusnya transportasi, banyak korban banjir di desa-desa itu yang belum mendapat pertolongan.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa Morowali, J Pode mengatakan, jumlah korban tewas sampai saat ini 58 orang, luka berat 43 orang yang dirawat di RS Kolonedale, ibukota Morowali, sedangkan yang luka ringan 351 orang dirawat di Puskesmas Baturube, Boba, Bungku Utara dan posko-posko kesehatan yang didirikan di lokasi-lokasi banjir.

Sementara itu, jumlah pengungsi korban banjir mencapai 2.344 keluarga, yang kini ditampung di Desa Baturube, ibukota Bungku Utara.

Menko Kesra Aburizal Bakrie dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Kamis pagi berangkat ke Morowali untuk melihat langsung kondisi korban bencana di daerah hasil pemekaran Kabupaten Poso pada tahun 1999 itu. [128]



Post Date : 02 Agustus 2007