Banjir di Manado, 20 Tewas

Sumber:Kompas - 22 Februari 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Manado, Kompas - Banjir diikuti tanah longsor kembali melanda Manado, Sulawesi Utara, Selasa (21/2). Bencana kali ini mengakibatkan 20 orang tewas, 25 cedera serius, dan tujuh lainnya hilang tertimbun tanah longsor di kawasan Ranomuut. Ini merupakan bencana terdahsyat di Manado dalam 20 tahun belakangan ini.

Kemarin Manado diguyur hujan lebat selama delapan jam. Hujan merata di hampir seluruh kawasan ibu kota Sulawesi Utara (Sulut) itu sejak pukul 10.00 dan baru reda sekitar pukul 17.00.

Hujan deras melongsorkan sejumlah perbukitan, seperti Paal Dua, Pakowa, Bumi Nyiur, Taas, Bailang, dan Perkamil.

Warga yang umumnya sedang berada di rumah tak mampu menyelamatkan diri ketika tanah longsor terjadi secara mendadak.

Peristiwa naas itu terjadi di saat hujan lebat ketika sebagian warga tengah tertidur lelap. Peristiwanya begitu cepat, terjadi sekitar pukul 15.00. Mula-mula terdengar bunyi pohon bambu roboh diikuti bunyi tanah bergeser dan longsor. Rumah-rumah yang berada di sisi bukit langsung tertimbun longsoran. Penghuninya tidak bisa menyelamatkan diri lagi, kata Ronny Talemba, warga Perumahan Handayani, Perkamil, yang lolos dari maut meski rumahnya tertimpa longsoran.

Di kawasan itu memang hanya dua rumah yang lenyap tertimbun longsor. Namun, lima penghuni rumah tersebut, yaitu Epigrandy (49) dan istrinya, Lili Gunawan (42), serta dua anak mereka, Andre (23) dan Ronald (15), dan seorang sopir, terkubur hidup-hidup.

Helda (16), salah satu anak keluarga itu, lolos dari musibah karena saat itu dia baru pulang sekolah. Namun, dia begitu terkejut ketika sampai di kediamannya, bangunan rumahnya sudah tidak terlihat sama sekali. Hingga semalam ia masih shock.

Suasana duka juga terlihat di kawasan Paal Dua ketika dua kakak-beradik ditemukan tewas tertimbun tanah longsor. Vita Mangentege (30) dan adiknya, Lita Mangentege (29), tertimbun saat tengah tertidur.

Dorang dua so nyanda tidak sempat menyelamatkan diri karena tertidur, kata Ronald, tetangganya yang selamat dari bencana itu.

Korban lainnya adalah Aldo Malu (6), Billy Mamelas (5), Purut Lasut (62), dan Lia (3 bulan). Di daerah Taas diperkirakan ada empat korban tertimbun longsor. Dilaporkan, sejumlah korban dirawat di beberapa rumah sakit di Manado karena cedera serius, seperti patah tangan, patah kaki, dan patah tulang punggung. Para korban selamat itu umumnya terkena reruntuhan rumah saat tanah longsor.

Sampai semalam proses evakuasi terus dilakukan petugas Satkorlak, polisi, dan aparat TNI. Tim evakuasi terlihat bekerja keras di Perumahan Handayani Ranomuut di tengah hujan gerimis. Alat berat didatangkan ke lokasi bencana sekitar pukul 21.00.

Gubernur Sulut SH Sarundajang dan Wali Kota Manado Jimmy Rimba Rogi, yang menyaksikan proses evakuasi di Perumahan Handayani Ranomuut, menyatakan prihatin atas bencana tersebut. Ini bencana dahsyat, susul-menyusul, menimpa Sulawesi Utara dalam 20 tahun terakhir ini, kata Sarundajang.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, semalam melalui telepon, kepada Sarundajang menyampaikan rasa duka atas bencana yang dialami masyarakat Sulut. Kalla mengatakan akan mengusahakan bantuan untuk korban dan menyediakan dana untuk proses rekonstruksi kota.

Banjir

Selain bencana longsor, Manado juga dilanda banjir yang menggenangi sebagian rumah penduduk di kawasan kota. Banjir setinggi satu meter terlihat di kawasan Tuminting, Sario, Malalayang, Bailang, Singkil, dan Perkamil.

Banjir juga menggenangi sejumlah ruas jalan di pusat kota, termasuk wilayah yang selama ini tak pernah mengalami banjir.

Hari Minggu lalu bencana serupa terjadi di kawasan Kawanua dan mengakibatkan tujuh orang tewas. Pada 12 Februari 2006 banjir dan tanah longsor juga menimpa sebagian wilayah Sulut dan mengakibatkan delapan orang tewas.

Bencana alam dalam dua pekan ini terjadi karena tingginya curah hujan di sejumlah perbukitan yang telah gundul. (ZAL/FR)

Post Date : 22 Februari 2006