|
MASAMBA (SINDO)–Banjir besar kembali melanda Kabupaten Luwu Utara (Lutra). Satu orang korban tewas, dan sedikitnya 33 desa di 7 kecamatan terendam air bah. Korban tewas diketahui bernama Nurhafida Irwan, 12, dan satu orang masih dalam proses pencarian, yakni Fahruddin Irwan, 25. Kedua kakak beradik itu merupakan warga Desa Bone, Kec Masamba. Saat kejadian mereka terseret arus Sungai Baliase yang meluap akibat hujan mengguyur Kabupaten Lutra sehari kemarin. ”Nurhafidah sudah ditemukan, tapi nyawanya sudah tidak tertolong. Karena sudah malam, proses pencarian terpaksa dihentikan. Rencananya akan dilanjutkan besok pagi (hari ini),” kata Kepala Bagian Humas Pemkab Luwu Utara Syahruddin tadi malam. Meski belum ditemukan, tapi hampir dipastikan nasib Fahruddin Irwan akan mengalami hal yang sama dengan adiknya. Apalagi, hingga tadi malam, air Sungai Baliase belum juga surut. ”Kedua korban itu hendak memancing ikan di pinggir sungai. Namun,secara tiba-tiba air sungai meluap dan keduanya terseret arus,” kata Syahruddin. Syahruddin menjelaskan, banjir kali ini tidak saja menimbulkan korban jiwa. Ribuan hektare kebun kakao,jagung, padi, dan tambak hancur tersapu banjir.Kerugian materil diperkirakan mencapai miliaran rupiah. ”Sebanyak 2.059 kepala keluarga dari tujuhkecamatanyangterkena banjir masih dilanda kecemasan. Sebab banjir susulan kemungkinan masih bisa terjadi karena hujan tak kunjung reda,”kata Syahruddin. Menurut dia, meluapnya tiga sungai besar tersebut disebabkan tingginya curah hujan yang turun beberapa terakhir ini.Hal ini menyebabkan debit air yang ditampung sungai melebihi kapasitasnya. ”Jika Sungai Rongkong meluap, bisa dipastikan ribuan hektare kebun rakyat, areal pemukiman masyarakat, sarana dan prasarana pemerintahan, maupun sarana peribadatan bakal terendam air,”jelas Syahruddin. Dari 33 desa yang terendam air,lanjut Syahruddin,tiga desa diantaranya yang paling parah yakni Desa Beringin Jaya, Lembang-Lembang, dan Lara. Warga di desa yang terletak di Kecamatan Baebunta ini,ditaksir mengalami kerugian miliaran rupiah sebab 370 hektare kebun kakao, jagung, kedele, dan padi siap panen ludes di-terjang banjir. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Malangke,di mana ada 10 desa terendam yakni Desa Tingkara, Peta Landung, Salekkoe,Giri Kusuma, Ladonge, Pute Mata, Patimang, Malangke,Tolada dan Pince Mata. Dari 10 desa tadi warga yang rumahnya terendam sebanyak 6.574 jiwa atau 1742 kepala keluarga (KK). Mereka terdiri dari 277 anakanak dan 112 Lansia. Selain itu, kebun milik warga di Kecamatan ini yang hancur akibat banjir tercatat untuk kebun kakao seluas 958 hektare, jagung 763 hektare, padi 557,5 hektare dan tambak 45 hektare. Di desa ini air mencapai ketinggian 1 meter. ”Banjir besar juga terjadi di sejumlah desa di Kec Mappedeceng. Ratusan hektare kebun warga dan 317 jiwa atau 70 KK rumah warga terendam dengan kedalaman air mencapai pusar orang dewasa,”ujarnya. Menurut Syahruddin, Pemda Lutra telah melakukan langkah-langkah antisipasi penanggulangan bencana bekerjasama dengan Satuan Penanggulangan Bencana dan telah menyalurkan bantuan berupa mie instan, beras dan air mineral ke titiktitik banjir.Selain itu,Pemda Lutra telah menurunkan tenaga kesehatan guna mengantisipasi penyakit yang kemungkinan timbuk akibat banjir. ”Kami berharap agar ada bantuan dari pemerintah provinsi dan pusat untuk menanggulangi banjir kali ini. Jika diserahkan kepada Pemda sendiri tampaknya sangat sulit,”katanya. Dia menambahkan, Lutra merupakan daerah yang selalu mengalami bencana banjir. ”Sudah menjadi langganan banjir. Bahkan, tahun 2007 lalu, dalam setahun terjadi empat kali banjir,” kata Syahruddin, seraya menambahkan bahwa banjir kali ini nampaknya jauh lebih besar ketimbang banjir di tahun-tahun sebelumnya. Dinas Sosial Kabupaten Lutra dibantu tim Satuan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak) mulai kemarin sudah menyalurkan bantuan ke korban bencana. Wakil Bupati Lutra Arifin Junaidi juga turun langsung memimpin proses evakuasi dan penanggulangan banjir dan membawa bantuan beras sebanyak dua ton. Banjir di Bone Banjir juga terjadi di lima kecamatan di Kabupaten Bone. Akibatnya, petani di daerah yang dilanda banjir menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah. Salah satu daerah yang parah dilanda banjir kemarin adalah Kelurahan Bajoe Kec Tanete Riattang Timur dan Desa Watu Kec Barebbo. Di Bajoe, sedikitnya 70 hektare sawah yang baru saja selesai ditanami terendam. Benih yang baru tumbuh itu dipastikan hanyut terbawa arus. Kerugian petani bertambah sebab tanaman padi itu pada umumnya telah diberi pupuk. Camat Tanete Riattang Timur Andi Ansar Amal berjanji, segera menginventarisasi kerugian petani tersebut dan melaporkannya ke Pemkab Bone. Sementara, di Watu Kec Barebbo, sawah yang dilanda banjir justru sawah yang sementara di panen. Sejumlah petani di daerah pesisir itu menderita kerugian akibat padi yang siap dirontokkan dengan mesin hanyut terbawa air.Kerugian warga di desa ini ditaksir jauh lebih besar. Selain Tanete Riattang Timur dan Barebbo,kecamatan yang juga dilanda banjir adalah Sibulue,Tanete Riattang dan Awangpone. Di Awangpone, khususnya di Desa Kading, Maccope dan Unra, ratusan hektar padi yang baru tanam juga dilaporkan rusak. Banjir yang kian meluas kemarin itu juga turut menggenagi dua sekolah di Lingkungan Rompe Kelurahan Bajoe. Sekolah yang dilanda banjir setinggi paha orang dewasa itu adalah SDN 18 Bajoe dan SDN Inpres 3/77 Bajoe I. Beruntung, saat banjir melanda,murid-murid sedang libur. Namun,karena air masuk ke ruang kelas,sejumlah murid beserta guru sekolah itu membuka kelas mereka untuk menyelamatkan barang-barang yang ada. ”Kami takut buku-buku dan alat peraga rusak sehingga harus diselamatkan,” jelas Hasanuddin, salah seorang guru di sekolah itu. (abriandi/abdullah nicolha/bakti m munir) Post Date : 02 Mei 2008 |