Banjir di Lamongan Meluas

Sumber:Suara Pembaruan - 07 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[LAMONGAN] Genangan banjir akibat luapan Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur (Jatim) meluas, setelah terjadi luberan air dari Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban masuk ke desa-desa di Kecamatan Laren, sejak Sabtu (5/1) hingga Senin (7/1). Genangan air yang sebelumnya menimpa tujuh kecamatan menjadi delapan Kecamatan, di antaranya Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Karangbinangun dan Glagah.

Desa-desa di Kecamatan Laren terpantau paling parah karena banjir luapan Bengawan Solo ini, karena letaknya yang berbatasan dengan Kecamatan Widang. Luberan air dari Kecamatan Widang ini akibat jebolnya tanggul Kali Bengawan Solo, sehingga merendam pondok pesantren Langitan di Jatim. Ketinggian air yang menggenangi perumahan penduduk terus meningkat karena terkena imbas akibat jebolnya tangkis di Kecamatan Widang, Tuban.

Data dari Satkorlak Penanggulangan Bencana (PB) Lamongan menunjukkan, jumlah rumah yang tergenang air meningkat dari 7.507 rumah menjadi 9.649 rumah. Peningkatan kebanyakan terjadi di wilayah Kecamatan Laren sebagai imbas jebolnya tangkis di Widang, Tuban. Untuk kerugian sarana lahan pertanian juga meningkat tajam. Jenis tanaman padi yang semula 1.291 hektare (ha) kini mencapai 3.224 ha. Polowijo semula 424,5 ha menjadi 588,5 ha. Pertambakan dari 806,9 ha meningkat menjadi 859,2 ha.

"Pemerintah Kabupaten Lamongan sudah berusaha tetap memperhatikan dan mewaspadai banjir. Bantuan terus dikucurkan, termasuk yang dilakukan melalui udara. Diharapkan, pemerintah membangun sudetan baru di Bengawan Solo guna mengurangi volume air dalam musim penghujan seperti sekarang," kata Bupati Lamongan, Masfuk.

Sementara itu, Banjir di Kecamatan Widang, hingga kini telah merambah 14 desa karena jebolnya dua tanggul di Desa Tegalsari dan Desa Simorejo. Beberapa desa yang terparah akibat banjir luapan Bengawan Solo tersebut adalah Desa Tegalrejo, Simorejo, Kedungharjo, Kepungharjo, Tegalsari, Banjarejo, dan Widang.

Menurut Supoyo, warga Desa Tegalrejo, ketinggian air masih berkisar antara 1 meter hingga 2 meter. Bantuan memang telah diberikan, tapi tidak merata. Banyak warga yang saat ini berada di rumah dan tidak tinggal di pengungsian, tidak mendapatkan sama sekali.

Sementara itu, beberapa korban banjir di pengungsian di Kecamatan Widang mengaku kekurangan air bersih. Kalaupun ada, air bersih itu sangat sulit untuk didapatkan di tengah kondisi banjir seperti saat ini, kata Sunarsih, korban banjir asal Desa Punut. Kalau dalam dua hari mendatang tidak mendapatkan air bersih, warga akan menggunakan air luapan banjir. [ES/M-11]



Post Date : 07 Januari 2008