Banjir di Kalteng Meluas

Sumber:Suara Pembaruan - 24 November 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[PALANGKA RAYA] Luapan air makin tinggi menerjang ribuan rumah warga yang bermukim di pinggiran daerah aliran Sungai (DAS) Barito Hulu, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) meluas dan menenggelamkan perkampungan warga di bawahnya, tepatnya di Kabupaten Barito Utara.

Bupati Barito Utara H Achmad Yuliansyah dikonfirmasi SP dari Palangka Raya, Selasa (23/11) mengatakan, banjir kiriman dari bagian Barito Hulu kini sudah menenggelamkan ratusan rumah warga di desa pinggiran Sungai Barito.

Dikatakan, sudah diinstruksikan kepada aparat sampai tingkat Kecamatan dan Desa agar melakukan pemantauan kondisi banjir, termasuk kegiatan evakuasi warga yang tenggelam rumah tempat tinggalnya mencari tempat yang aman, katanya.

Pieterson Zainal (47), warga Desa Muara Sumpoi, Puruk Cahu mengatakan, hujan lebat turun terus seakan tidak henti-hentinya hingga Selasa pagi (23/11). Luapan Sungai Barito semakin tinggi. Sebagian besar rumah di Desa Muara Sumpoi tenggelam diterjang banjir.

Penduduk tinggal di pinggiran DAS Barito kini sudah tidak tenang. Dulu kondisi air masih bisa diprediksi. Saat ini sudah berubah, hujan turun air meluap cepat dan musim kemarau debit air turun cepat. Kemarau beberapa waktu lalu, air Sungai Barito sempat mendangkal, perahu sulit jalan. Di tempat tertentu, bisa diseberangi dengan berjalan kaki.

Dikatakan, air tidak terkendali itu ada hubungannya dengan semakin gundulnya hutan karena dibabat perusahaan perkebunan dan perusahaan pertambangan yang menguasai lahan hingga tempat hidup masyarakat di pinggiran sungai, katanya.

Wildo (31), warga Puruk Cahu membenarkan, air Sungai Barito sedang meluap tinggi. Ribuan rumah warga di pinggiran DAS Barito sudah terendam di terjang banjir. Hujan terus turun membuat air semakin bertambah tinggi.

Rumah di desa-desa banyak sistem panggung. Itu pun sudah banyak lantainya terendam, sehingga terpaksa ditinggikan. Keluar dari rumah melakukan aktivitas terpaksa menggunakan perahu kecil, katanya.

Mantan Wakil Bupati Pulang Pisau Darius Dupa mengatakan, Pemerintah Provinsi Kalteng terakhir ini tampak tidak terkendali dalam pemberian izin usaha perkebunan. Ini bisa menimbulkan permasa-lahan sangat kompleks pada kemudian hari.

Hutan Gundul


Seperti di Kabupaten Pulang Pisau dan Gunung Mas, dia melihat pembukaan perkebunan ada yang hanya sekitar 500 meter dari pinggiran sungai. Sementara di pinggiran sungai banyak perkampungan dan 200 meter sampai 300 meter di belakang kampung dibabat warga untuk ladang dan kebun. Akibat aktivitas itu, membuat hutan gundul di bagian pinggiran sungai. Padahal, fungsi hutan sangat besar menahan banjir.

Pemerintah harus mengevaluasi lagi aktivitas usaha perkebunan ataupun pertambangan. Selayaknya pemberian izin usaha perkebunan dan pertambangan harus di atas 5 kilometer dari pinggir sungai. Sungai menjadi andalan hidup bagi sebagian besar penduduk Kalteng.

Sementara itu, para korban tanah logsor di Desa Giyombong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng) minta kepada pemerintah kabupaen agar segera direlokasi ke tempat yang lebih aman.

"Selama ini, kami tinggal di lereng bukit Menoreh bagian barat yang rawan longsor dan tidak bisa memberikan rasa aman," kata Karseno, warga setempat di tempat pengungsian. [147/070/080/143/WMO/148/ 146/106/152/142/149/120]



Post Date : 24 November 2009