|
Pontianak, Kompas - Banjir yang melanda sebagian wilayah Kalimantan Barat dalam sepekan terakhir tidak hanya merendam ratusan rumah warga dan merusak prasarana transportasi, tetapi juga merusak 1.000 hektar lebih tanaman padi. Sawah penduduk itu terendam air dengan ketinggian mencapai dua meter. Sebagian tanaman padi itu bahkan sudah mulai menguning. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalbar Fathan A Rasyid melalui Kepala Subdinas Prasarana dan Sarana Pertanian Arsyal R Vidya kepada Kompas di Pontianak, Rabu (5/1), menyatakan, data sementara adanya 848 hektar tanaman padi yang terkena banjir di Kabupaten Sambas, Bengkayang, dan Kota Singkawang. Sementara itu, menurut laporan dari Kantor Camat Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak, luas tanaman padi yang rusak akibat banjir sejak Senin lalu mencapai 250 hektar. "Itu adalah hasil inventarisasi tim reaksi cepat dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalbar untuk memantau berbagai dampak bencana banjir pada tanaman pangan dan hortikultura di Kalbar, sampai Selasa kemarin," kata Arsyal. Dikatakan, data itu baru bisa dihimpun dari tiga daerah, yakni Kabupaten Sambas, Bengkayang, dan Kota Singkawang. Luasan tanaman padi di Kalbar yang terkena banjir diperkirakan bakal bertambah karena sampai saat ini areal tanaman padi di Kabupaten Pontianak, Landak, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu masih didata. Dari Kabupaten Pontianak dilaporkan, banjir yang melanda sebagian Kecamatan Mempawah Hilir merendam sedikitnya 250 hektar tanaman padi. Banjir dengan ketinggian 1,5 meter hingga dua meter ini terjadi di Desa Pasir. Sekretaris Camat Mempawah Hilir Zainal mengatakan, di kecamatan ini ada dua desa dan satu kelurahan yang terkena banjir. Saat ini ketinggian air masih 1,5 meter hingga dua meter. Di Desa Pasir terjadi di Dusun Suak, Sebukit Rama, dan Pasir Tengah. Sedikitnya 250 rumah yang dihuni sekitar 434 keluarga dan satu masjid terendam banjir. Sementara di Desa Sejeki, yakni di Dusun Tekam, Selayar, Bemban, dan Galaherang ada sekitar 131 keluarga yang terkena dampak banjir. Sedangkan di Kelurahan Terusan, banjir melanda di Desa Tanjung Berkat. Idris Manaf, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Kapuas Hulu, mengatakan, setelah Kota Putussibau, kini beberapa kecamatan di Kapuas Hulu juga dilanda banjir. Daerah itu antara lain Kecamatan Bika, Embaloh, Embaloh Hilir, Bunur Hilir, Jongkong, Selimbau, Semitau, dan Suhaid. Menurut dia, banjir itu dan kerusakan jalan Sintang-Putussibau menyebabkan harga barang dan biaya transportasi merangkak naik. Sewa speed boat dari Sintang ke Putussibau bisa mencapai Rp 2 juta dengan muatan lima orang dengan perjalanan sekitar 10 jam. "Kalau jalan darat butuh waktu dua atau tiga hari akibat parahnya jalan Sintang-Putussibau. Kalau ingin naik pesawat harus antre dua sampai tiga minggu, karena hanya ada satu penerbangan dalam sehari dengan 24 penumpang," katanya. Ongkos transportasi mahal Keterangan yang dihimpun Kompas di Pontianak, tarif bus non-AC Pontianak-Putussibau yang semula Rp 80.000 naik menjadi Rp 100. 000 per orang, sedangkan bus AC naik dari Rp 120.000 menjadi Rp 160.000. Rusman Nasurie, Wakil Ketua Penanggulangan Bencana Palang Merah Indonesia (PMI) Kalbar, meminta pemkab di Kalbar yang terkena banjir untuk memberikan bantuan pangan kepada warga di daerah bencana.(FUL) Post Date : 06 Januari 2005 |