|
SEMARANG, KOMPAS - Banjir yang melanda Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (9/2) semakin meluas. Sedikitnya, 20.000 rumah di sepuluh kecamatan terendam air. Sepuluh kecamatan itu adalah Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat, Tugu, Ngaliyan, Semarang Tengah, Genuk, Gayamsari, Pedurungan, dan Semarang Selatan. Banjir terparah melanda Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, dengan ketinggian air mencapai 1,3 meter. Meski sudah begitu banyak rumah yang terendam, pada umumnya warga memilih bertahan. ”Buat apa mengungsi, kan sudah terbiasa terkena banjir,” ucap Listiabudi (25), warga Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari. Di kelurahan ini ketinggian air sekitar 50 sentimeter atau selutut orang dewasa. Selain merendam rumah, banjir menggenangi jalan-jalan utama, seperti Jalan Dr Cipto, Jalan Citarum, Jalan Ronggowarsito, Jalan Pemuda, Jalan Kaligawe, Jalan Arteri, dan Jalan MT Haryono. Arus lalu lintas pun dengan sendirinya terganggu. Di Jalan Kaligawe, misalnya, air setinggi 50 sentimeter merendam badan jalan 1 kilometer. Akibatnya, sejumlah kendaraan mogok. ”Bagaimana tidak mogok kalau airnya setinggi ini,” ucap Mariyanto (29), pengendara sepeda motor. Kepala Dinas Kebakaran Kota Semarang Prasetijo mengatakan, banjir kali ini tidak hanya merendam daerah yang rawan banjir, tetapi juga daerah yang sebelumnya tergolong aman, seperti kawasan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, dan perumahan Tlogosari, di Kecamatan Muktiharjo Kidul. ”Untuk itu, Pemkot (Pemerintah Kota Semarang) akan memetakan ulang daerah-daerah yang sekarang berpotensi banjir,” katanya. Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, banjir juga menyebabkan sepuluh kecamatan terendam, yakni Kecamatan Brangsong, Kaliwungu, Weleri, Kaliwungu Selatan, Ngampel, Kendal, Gemuh, Pegandon, Weleri, dan Patebon. Selain di permukiman warga, banjir merendam fasilitas umum, seperti sekolah, pasar tradisional, dan kantor instansi pemerintahan. Ketinggian air 50-80 sentimeter. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Tengah M Chaeran, curah hujan tinggi di Provinsi Jawa Tengah terutama di pantai utara Jawa masih akan terjadi hingga pertengahan Februari. ”Intensitas hujannya diperkirakan mencapai 350 milimeter,” ucap Chaeran. Kerusakan lingkungan Menurut pengamat transportasi dari Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno, banjir yang terjadi di Kota Semarang juga kota-kota lain di pantai utara sudah begitu parah. Hal itu menunjukkan kerusakan lingkungan, alih fungsi lahan, dan pengurangan daerah resapan air di kawasan bagian selatan pantura semakin meluas. Pendapat itu diakui Wakil Bupati Purbalingga Heru Sujatmoko. Menurut dia, banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, beberapa bulan terakhir ini merupakan dampak dari rusaknya hutan di daerah hulu akibat alih fungsi lahan tak terkendali. (ILO/WHO/HAN) Post Date : 10 Februari 2009 |