|
Jambi, Kompas - Banjir akibat meluapnya Sungai Batanghari di daerah aliran sungai di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi terus meluas. Permukaan Sungai Batanghari pada hari Rabu (1/3) naik 20 sentimeter sehingga menjadi sekitar 13,5 meter di atas permukaan laut. Akibat banjir, puluhan hektar tanaman palawija, seperti jagung dan singkong, serta sayuran kacang panjang, buncis, terong, dan cabai merah keriting yang ditanam di bantaran sungai terendam 50-150 sentimeter. Di Kota Jambi, pekarangan dan lapangan upacara Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur, sudah terendam air dengan ketinggian 50-100 sentimeter. Hari Senin (27/2) lalu kami tidak bisa lagi melakukan upacara bendera karena lapangan upacara terendam, kata Kepala SMP 23 Harpin Eri kepada Kompas, Rabu kemarin. Namun, ruang kelas sekolah itu tidak ada yang terendam karena sudah ditinggikan dua meter dari permukaan tanah. Harpin, tamatan IKIP Padang tahun 1991 jurusan Kesehatan Olahraga, menuturkan, setiap kali musim hujan tiba dan permukaan air Sungai Batanghari mulai naik, warga sudah cemas. Jika lantai sampai terendam, peralatan di dalam sekolah akan menjadi rusak. Banjir besar yang melanda Jambi pada Desember 2003 menyebabkan seluruh ruang kelas, kantor, jalan, dan ruang majelis guru terendam sekitar satu meter, ucapnya. Selain di Sijenjang, lahan permukiman dan pertanian yang telah terendam luapan Sungai Batanghari adalah Kelurahan Legok, Teluk Kenai, dan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura. Di Kabupaten Muaro Jambi, banjir melanda sejumlah desa di Kecamatan Kumpeh Hulu, Jambi Luar Kota, dan Maro Sebo. Banjir juga sudah melanda Kabupaten Kerinci, Bungo, dan Tebo. Hujan juga masih sering turun, terutama di kawasan sebelah hulu, yaitu di Tebo, Bungo, Merangin, Kerinci. Demikian pula yang terjadi di Kabupaten Damasraya, Sawahlunto Sijunjung, dan Solok di Sumatera Barat yang merupakan daerah hulu Sungai Batanghari. Petugas Stasiun Meteorologi Bandara Sulthan Thaha Jambi memperkirakan, curah hujan yang tinggi dan merata di Jambi akan terjadi 10 hari terakhir Maret 2006. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Batanghari Suprianto menjelaskan, terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau setiap tahun karena sebagian kawasan hutan dan luar kawasan hutan di DAS Batanghari kritis dan rusak. Lahan kritis di DAS Batanghari di Jambi mencapai 1.121.150 hektar dari lebih empat juta hektar kawasan DAS Batanghari. Dari luas lahan kritis itu, 971.049 hektar berada di dalam kawasan hutan, dan sisanya, 150.101 hektar, di luar kawasan hutan. Lahan kritis itu harus direhabilitasi, ujarnya. Suprianto mengimbau masyarakat agar melakukan kegiatan bercocok tanam dengan memerhatikan konservasi lahan. Lahan yang berada di bantaran sungai jangan dikupas sehingga tidak ada lagi tutupan tanah yang dapat menahan laju erosi. Masyarakat juga harus menghentikan penebangan liar karena mengakibatkan tutupan hutan menjadi berkurang, dari semula tiga tingkat menjadi dua tingkat. Bahkan, tutupan hutan bisa satu tingkat karena hutan sudah habis sehingga air hujan langsung ke sungai. (nat) Post Date : 02 Maret 2006 |