|
GENANGAN di sudut-sudut Kota Jakarta mulai surut. Setelah "ditenggelamkan" air setinggi 1-3 meter, sebagian besar pengungsi sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Hari Jumat (21/1) siang warga mulai membersihkan lumpur yang tersisa di rumahnya. Perabotan rumah tangga dan pakaian yang terendam air terpaksa harus dicuci kembali dan dijemur. Itu pun dengan sedikit harapan agar hujan tidak kembali turun. Biar cuma 2-3 jam bersinar, matahari akan sangat membantu. Banjir memang menjengkelkan. Sebagian warga masih resah. Jangan-jangan, setelah dibersihkan, banjir itu datang lagi. Keresahan itulah yang dirasakan sebagian warga di kawasan permukiman, seperti di kompleks perumahan Departemen Luar Negeri, Bintaro, Jakarta Selatan; Petamburan, Jakarta Pusat; dan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Padahal bulan lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah gembar-gembor menyatakan kesiapannya menghadapi banjir. Sebetulnya, kesiapan macam apa sih yang dilakukan jajaran pemprov di bawah komando Gubernur Sutiyoso? Setiap terjadi banjir, cuma warga yang disalahkan. Entah gara-gara membuang sampah sembarangan ataupun gara-gara membangun rumah di bantaran sungai. Sementara, aneka bangunan seperti pusat belanja dibiarkan berdiri begitu saja di daerah resapan air. KINI keresahan juga dialami warga bantaran kali Banjir Kanal Barat di Kelurahan Cideng dan Duri Pulo, Kecamatan Gambir, serta Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Banyak tanggul pemisah antara permukiman warga dan sungai retak atau jebol. Kalau curah hujan tinggi, air dikhawatirkan merembes atau malah meluap. "Kalau hujan terus pasti kali akan meluap. Air pasti luber dan bisa menenggelamkan permukiman warga," ujar Bakri, Ketua RW 07 Kelurahan Cideng, Kamis. Hal itu juga diakui Ketua RW 08 Kelurahan Duri Pulo Dayat dan Camat Kemayoran Sutarman Hadi. Tanggul-tanggul jebol akibat benturan kendaraan berat yang masuk ke bantaran kali. Tahun 2003 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (sekarang kembali menjadi Departemen Pekerjaan Umum) melaksanakan proyek pengerukan dasar sungai. Tanggul konstruksi beton tidak kuat menahan benturan kendaraan berat. Sayangnya, setelah proyek selesai, tanggul dibiarkan rusak. Awalnya, tanggul yang jebol di wilayah Cideng mencapai 20 titik dengan lebar 1-4 meter. Warga sempat protes. Kemudian instansi terkait menambal tanggul dengan menggunakan karung berisi pasir. Sementara di Duri Pulo, ada tujuh titik tanggul yang jebol. Tentunya, sebagaimana dinyatakan warga setempat, kemampuan menahan derasnya air dengan menggunakan karung pasir tidaklah sekuat tanggul dari beton. Karung pasir tidak akan kuat menahan dorongan air yang meluap. Sementara di Kelurahan Serdang, Kemayoran, sepanjang 30 meter turap dan tanggul Kali Sentiong di Jalan Dakota ambruk. Turap berikut tanggul dengan ketinggian 200 sentimeter dan tebal 1 meter itu diperkirakan akibat konstruksi beton yang sudah tua. Apalagi, setiap harinya kendaraan yang melintas di atasnya cukup padat sehingga tidak mampu lagi menahan beban. Asisten Tata Praja Jakarta Pusat Chaeruddin mengatakan, perbaikan tanggul yang jebol akan diselesaikan Departemen PU. Pemerintah Kota Jakarta Pusat telah menambal tanggul jebol dengan karung-karung berisi pasir. Sedangkan turap Kali Sentiong atau biasa disebut Kali Item segera dikerjakan oleh Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Pusat. (PIN/osa) Post Date : 22 Januari 2005 |