Banjir di Jakarta Makin Meluas

Sumber:Suara Pembaruan - 22 November 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
[JAKARTA] Dampak dari perubahan iklim jelas akan membuat makin sulitnya kehidupan manusia dan intensitas bencana pun akan semakin sering terjadi. Akibat perubahan iklim dan pemanasan global diprediksi pada tahun 2010 atau tiga tahun mendatang, luas genangan air akibat kenaikan permukaan air laut di Jakarta akan mencapai 38,38 km persegi dari 661,26 km2 luas Jakarta. Genangan itu akan meningkat lagi menjadi 54,44 km persegi pada 2020.

"Jika pemanasan global dan perubahan iklim tidak terkendali, diperkirakan pada tahun 2030, luas genangan bertambah menjadi 79,28 km persegi dan pada 2040 meningkat drastis jadi 156,13 km persegi. Sampai akhirnya pada 2050 mencapai 160,37 km persegi," ujar Armi Susandi, pakar geologi dan meteorologi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam diskusi Indonesia dan Perubahan Iklim Global di Kampus Fisip UI, Depok, Rabu (21/11).

Perhitungan tersebut, menurut Armi, berdasarkan skenario terburuk yang akan muncul jika pemerintah tidak melakukan upaya apa pun untuk mengurangi dampak pemanasan global atau membangun infrastruktur yang memadai untuk membendung naiknya permukaan air laut. Infrastruktur yang dimaksud adalah membangun tembok-tembok pembatas di area lepas pantai. Secara biologis, pemerintah daerah harus melakukan penanaman pohon-pohon bakau di sekitar pantai.

Pada 2050 luas genangan air akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan pemanasan global akan mencapai 160,37 km persegi di Jakarta. Kerugian ekonomi akibat kenaikan permukaan air laut itu diperkirakan akan mencapai US$ 15 miliar. Angka kerugian itu sama nilainya dengan 4 -5 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia.

Armi Susandi mengusulkan, untuk menghentikan atau mengurangi dampak pemanasan global jangan menggunakan sumber energi yang menghasilkan dampak gas rumah kaca. "Pembabatan hutan juga harus dihentikan dan areal hutan diperluas," kata Armi.

Peningkatan Suhu

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ketika merilis laporannya, April 2007 mempublikasikan hasil pengamatannya bahwa selama tahun 1990-2005, telah terjadi peningkatan suhu merata di bumi, antara 0,15-0,3 derajat Celsius. Dalam 100 tahun terakhir, suhu bumi naik sekitar 0,7 derajat Celsius. Meski mungkin tampak kecil, namun kenaikan itu berpengaruh pada dua dampak utama yang bisa mengancam kehidupan, yaitu naiknya permukaan laut dan perubahan iklim.

Beberapa fakta yang bisa dikemukakan, selama lebih dari 50 tahun, bagian es di semenanjung Antartika telah berkurang 4.968 mil persegi dan kehilangan tersebut semakin cepat terjadi. Jumlah es di Laut Arctic juga telah berkurang dengan rata-rata 14.000 persegi tiap milnya sejak tahun 1978.

Dalam hal perubahan iklim, kenaikan suhu bumi bisa mendorong terjadinya berbagai bentuk cuaca ekstrem. Contoh fakta, di Australia Selatan, kini kekeringan tengah terjadi dan bertambah parah. Sampai makanan ternak pun harus impor, karena sudah tidak ada rumput lagi. Siklus musim pun terganggu, maka, muncul fenomena El Nino dan La Nina yang menyebabkan beberapa daerah dilanda kebanjiran sedangkan belahan bumi lainnya malah kekeringan. Tak lupa, kekuatan dan intensitas badai meningkat, contohnya, badai Katrina yang menghantam New Orleans, AS.

Jangan kira Indonesia tidak merasakan dampaknya. Belakangan ini, di sini pun terjadi pergeseran iklim dan kenaikan suhu ekstrem di beberapa tempat. [E-5]



Post Date : 22 November 2007