|
Brebes, Kompas - Banjir yang melanda permukiman penduduk di Kelurahan Limbangan Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, berangsur-angsur surut, Minggu (11/3). Meskipun demikian, warga mengaku kesulitan memperoleh air bersih sebab sumur mereka tercemar air luapan banjir. Selain itu, sejumlah warga juga mulai terserang penyakit, seperti diare, batuk, dan kutu air. Banjir di Kelurahan Limbangan Kulon terjadi pada Jumat pekan lalu akibat luapan Sungai Sigeleng yang berjarak sekitar 50 meter dari permukiman penduduk. Sekitar 400 rumah warga di RW 02 dan RW 03, serta puluhan hektar sawah terendam air. Banjir tersebut merupakan kali kedua selama 1,5 bulan terakhir. Warsinah (36), warga RT 06 RW 03 mengatakan, saat ini banjir memang sudah surut. Warga mulai dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, mereka terkendala ketersediaan air bersih. Sumur warga yang biasa digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga, seperti memasak, tercemar setelah kemasukan air luapan banjir. Air sumur menjadi keruh dan berbau amis sehingga tidak bisa digunakan untuk memasak. Warga terpaksa membeli air. Menurut Warsinah, ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 5.000 untuk mendapatkan tiga jeriken air. Air sebanyak itu digunakan untuk memasak selama dua hari. Untuk mandi dan mencuci, ia terpaksa tetap menggunakan air sumur. Hal ini berakibat ia terkena gatal-gatal. Meskipun demikian, hal itu dibiarkan saja sebab ia tidak punya cukup uang untuk berobat. Hal senada disampaikan Waridi (35), warga Kelurahan Limbangan Kulon lainnya. Menurut dia, akibat banjir, sejumlah warga mulai terserang penyakit, di antaranya batuk, diare, gatal-gatal, dan kutu air. Waridi mengatakan, batuk dan diare banyak dialami anak-anak. Hal itu akibat kondisi lingkungan yang dingin dan kotor serta tidak tersedianya air bersih. Meskipun demikian, beberapa orang tua juga mengalami diare, seperti dialami pamannya, Toriin (45), sehingga harus dirawat di rumah sakit. Menurut dia, kondisi demikian biasa dialami warga setelah terkena banjir. Padahal wilayah tersebut selalu terkena banjir saat musim hujan. Hal ini akibat pendangkalan Sungai Sigeleng yang berada tak jauh dari permukiman warga. Oleh karena itu, dia dan warga lainnya sangat berharap agar pemerintah membantu mengatasi persoalan tersebut dengan mengeruk Sungai Sigeleng. (WIE) Post Date : 12 Maret 2007 |