|
Brebes, Kompas - Sedikitnya delapan rumah, satu tempat penggilingan padi, serta lima jembatan rusak akibat banjir dan longsor di Kecamatan Paguyangan dan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (11/10) malam. Bencana serupa terjadi di Kabupaten Banyumas akibat hujan turun seminggu terakhir. Delapan rumah dan satu tempat penggilingan padi yang rusak terdapat di Dukuh Sawangan, Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, yaitu rumah dan penggilingan padi milik Tohirin (40), rumah milik Muhadin (45), Sirin (40), Darmo (50), Taib (65), Nasroh (40), Kadis (75), serta Jaenal (45). Selain terendam luapan Sungai Pemali, beberapa rumah juga terkena longsoran tanah dari lereng bukit Igir Jaran yang ada di atas permukiman itu. Empat dari delapan rumah tersebut ambles dan sebagian dindingnya jebol, sedangkan empat rumah lainnya retak-retak. Hingga Minggu siang, warga dibantu TNI masih membersihkan longsoran tanah yang menimpa rumah mereka. Tiga dari lima jembatan yang rusak terdapat di Dukuh Sawangan, Desa Wanatirta. Dua dari tiga jembatan itu hilang tersapu luapan air sungai. Masing-masing jembatan berukuran panjang 15 meter dan lebar satu meter. Dua jembatan lain yang rusak berada di Desa Pruwatan, Kecamatan Bumiayu, yaitu Jembatan Kubangsari dan Penanjung I. Kedua jembatan berukuran panjang 30 meter dan lebar 1,9 meter itu patah. Putusnya Jembatan Kubangsari mengakibatkan sekitar 400 keluarga di Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, dan 100 keluarga di Dukuh Kubangsari, Desa Pruwatan, terisolasi. Anak- anak tidak bisa ke sekolah. Tohirin, warga Dukuh Sawangan, Desa Wanatirta, mengatakan, hujan mulai melanda wilayah tersebut Sabtu pukul 15.30. Air sungai mulai meluap pukul 18.00, disusul longsor di atas permukiman warga. Malam hari, ketinggian air yang merendam rumah warga sekitar 1,5 meter. Dua mobil dan satu sepeda motor milik warga terendam air. Kepala Urusan Pemerintahan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Mulyo Subejo, mengatakan, puluhan hektar tanaman padi berusia satu bulan juga rusak terendam air. Ikan dan unggas Hujan yang turun sepekan terakhir di Banyumas mengakibatkan banjir di Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Sabtu. Banjir setinggi 40 sentimeter akibat luapan Sungai Mrembeng merendam puluhan rumah warga. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tetapi sejumlah kolam ikan milik warga tergenang dan ratusan unggas hilang terbawa banjir. Tiga hari sebelumnya, dua rumah warga yang terletak di pinggiran bukit desa tertimpa longsoran tanah. Warga khawatir hujan yang masih turun beberapa hari mendatang akan menimbulkan banjir dan longsor lanjutan. Kepala Bidang Linmas Kantor Kesbanglinmas Banyumas Jarot Raharjo, Minggu (12/10), mengatakan, Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu wilayah di Banyumas bagian barat yang rawan kena banjir dan longsor. Selain Pekuncen, ada lima kecamatan lain yang rawan, yakni Lumbir, Gumelar, Ajibarang, Wangon, dan Jatilawang. ”Kami sudah meminta aparat desa dan kecamatan di wilayah tersebut untuk segera melakukan langkah antisipasi dan peringatan dini kepada warga. Hujan bakal turun lama, apalagi wilayah Banyumas di bagian barat banyak sungai dan tanahnya mudah gerak,” tutur Jarot. Untuk mengantisipasi banjir maupun longsor lanjutan, Kantor Kesbanglinmas menyiagakan empat perahu karet untuk mengevakuasi warga dan lima tenda darurat. Perahu karet dan tenda, lanjut Jarot, merupakan stok lama. Dia berharap ada bantuan tambahan perlengkapan tersebut mengingat banyaknya daerah rawan bencana di Banyumas. Selain bagian barat, di Banyumas bagian timur juga banyak kecamatan yang rawan banjir, terutama di sepanjang jalur selatan, seperti Kecamatan Tambak dan Sumpiuh. Banjir besar pernah terjadi di dua wilayah tersebut pada tahun 2003. Waspadai penyakit menular Selain banjir dan longsor, warga juga diminta mewaspadai merebaknya penyakit menular saat memasuki musim hujan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara Welly S Bahupati mengatakan, pada musim hujan, penyakit menular, seperti demam berdarah, malaria, diare, dan infeksi saluran pernapasan akut, mudah menyebar. ”Masyarakat harus waspada sejak dini dengan menjaga kebersihan lingkungan serta kebersihan tubuh, makanan, dan minuman,” kata Welly S Bahupati. (HAN/WIE) Post Date : 13 Oktober 2008 |