|
Blitar, Kompas - Meski masih ada beberapa tempat yang tergenang air, banjir yang melanda Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mulai surut sejak Sabtu (4/12). Bahkan, kemarin air sudah surut sama sekali. Warga berharap banjir tidak terjadi lagi meskipun kemarin hujan deras masih terus turun. Sekretaris Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Harianto, Minggu, mengatakan, penyebab banjir di Blitar tak lain adalah faktor hujan yang sangat lebat hingga menyebabkan debit air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas meningkat dua kali lipat. "Pada kondisi curah hujan 200 milimeter saja sudah bisa dikatakan hujan lebat. Kemarin di Kecamatan Sutojayan curah hujan mencapai 441 milimeter. Tak urung, ini mengakibatkan debit air melonjak dua kali lipat menjadi 1.800 meter kubik per detik," ujar Harianto. Curah hujan yang sangat tinggi itu, menurut Harianto, bahkan baru terjadi sekali dalam 25 tahun ini. Warga pun mengakui banjir tahun ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya. Banjir terdalam sebelumnya hanya satu meter, tetapi tahun ini kedalaman air bah mencapai 1,5 meter. Curah hujan dan peningkatan debit air yang luar biasa ini, kata Harianto, juga terjadi di Kediri. Karena debit air mencapai 1.700 meter kubik per detik, sekitar 20 anak sungai yang ada di Kediri akhirnya tidak bisa dengan cepat masuk ke aliran Sungai Brantas. Karena hujan deras mulai Kamis lalu, lanjut Harianto, selama dua hari Perum Jasa Tirta I berupaya mengantisipasi dengan membuka dan menutup pintu air. "Sejauh ini kami merasa sudah mampu mengendalikan aliran air dengan baik. Terbukti, sekalipun ada banjir di Blitar, aliran air masih tetap bisa kami alirkan tanpa ada kendala dan juga tidak menimbulkan bencana apa-apa di bagian hilir," ujarnya. Sekarang ini, kata Harianto lagi, aliran Sungai Brantas yang melewati sekitar 15 kota dan kabupaten-mulai dari Sumberbrantas di Kota Batu hingga Kaliporong, Sidoarjo-rata- rata sudah dalam kondisi debit air normal. Jika sebelumnya di Kaliporong debit air mencapai 1.000 meter kubik per detik, sekarang sudah mencapai 400 meter kubik per detik. Selain faktor tingginya curah hujan, menurut Harianto, pihaknya juga masih akan menelaah penyebab banjir yang terjadi di Blitar. "Faktor lain bisa karena daerah resapan sudah banyak berkurang. Hal inilah yang perlu kami telaah lebih lanjut, dengan membahasnya bersama pihak akademisi," ungkapnya. Pendataan kerugian Gubernur Jawa Timur Imam Utomo mengatakan, pendataan kerugian segera dilakukan. Kerusakan sarana umum diharapkan segera diketahui agar bisa diketahui penanganannya. "Sesuai dengan peraturan, pekerjaan perbaikan harus dipilah antara yang menjadi tanggung jawab kabupaten, provinsi, dan negara," tutur Imam saat mengunjungi lokasi banjir di Kabupaten Blitar dan Tulungagung. Pada kesempatan itu ia menyerahkan bantuan kepada korban banjir berupa beras, mi instan, minyak goreng, selimut, dan uang Rp 75 juta per kecamatan yang dilanda bencana. "Ini mengingatkan kita untuk waspada. Kita tidak mengharapkan, namun tetap siaga dengan kemungkinan bencana lain sebab saat ini curah hujan masih tinggi," ucapnya. Listrik mati Yoyok, warga Desa Gondang Legi, Kecamatan Sutojayan, menuturkan bahwa kemarin warga mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Banjir menyebabkan lantai seluruh rumah di kawasan tersebut tertutup lumpur. Menurut dia, warga belum bisa memperbaiki kerusakan akibat bencana banjir. "Kami belum punya uang untuk membeli bahan perbaikan rumah. Saat ini kami juga belum bisa memikirkan hal tersebut. Lebih baik memikirkan bagaimana mencari cara memasak makanan," ucapnya. Warga desanya, lanjut Yoyok, belum mendapat jatah obat yang dikirim oleh banyak pihak. "Padahal, saat ini warga sudah mulai mengeluh gatal-gatal. Warga juga khawatir terkena diare akibat keterbatasan air bersih," ungkapnya. Sukiran, warga Desa Sutojayan, mengungkapkan, akibat banjir, bibit padi untuk ratusan hektar sawah milik warga hancur total. Warga terpaksa membeli bibit lagi, tetapi itu juga tidak bisa segera dilakukan. Ia menambahkan, warga harus mempersiapkan lahan dari awal karena banjir merusak sawah yang siap tanam. Namun, masalahnya, warga juga harus membeli bibit baru. "Simpanan bibit kami musnah akibat banjir, tapi saya belum tahu dari mana dana membeli bibit baru. Simpanan gabah saya juga rusak. Jadi, tidak ada yang bisa dijual untuk membeli bibit baru," paparnya. Wasti, warga Gondang Legi, khawatir sekolah anak-anaknya terpaksa terhenti beberapa waktu. Seluruh buku pelajaran anaknya rusak terendam air. "Seragam juga kotor semua. Kalau dicuci, tidak tahu kapan bisa kering dan apakah bisa bersih. Saat ini tidak ada air bersih. Semua tercampur air kotor," paparnya. Hingga Minggu siang listrik di Desa Gondang Legi dan Desa Sutojayan belum menyala. Warga khawatir apabila kemarin listrik dinyalakan karena belum ada jaminan banjir tak datang lagi. Banjir di Kabupaten Tulungagung juga sudah surut. Meski tidak ada korban jiwa, ratusan hektar sawah siap tanam rusak akibat banjir tersebut. Pihak Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Tulungagung Pitoyo mengatakan, rapat koordinasi perhitungan kerugian akibat banjir akan dilakukan Senin ini. "Semua kecamatan akan melaporkan berapa angka kerugian yang pasti," tuturnya. (RAZ/EGI) Post Date : 06 Desember 2004 |