|
Denpasar, Kompas - Bencana banjir, hari Minggu (11/1), kian meluas di beberapa daerah. Di Denpasar, Bali, sejumlah kawasan terendam, sedangkan di Kalimantan Barat lebih dari 1.000 warga mengungsi. Banjir juga menyebabkan jalur ke Majene, Sulawesi Barat, terputus. Hujan lebat yang mengguyur Denpasar dan sekitarnya sejak Sabtu (10/1) petang hingga Minggu dini hari menyebabkan banjir di sejumlah kawasan. Hingga Minggu siang, ratusan rumah masih terendam dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Genangan air tampak di Padangsambian, Sidakarya, Sanur, Pura Demak, dan wilayah Kuta. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi puluhan warga di Kerta Dalam, Sidakarya, dan Pura Demak, Denpasar Barat, diungsikan ke tempat aman karena ketinggian air mencapai 1,75 meter. ”Air mulai masuk rumah Minggu sekitar jam 02.00. Kami tidak mengira akan kebanjiran karena seumur-umur belum pernah terjadi,” ujar Made Sukarta (32), warga Kerta Dalam. Sebagian besar warga Kerta Dalam mengungsi ke sanak saudara dan tempat yang lebih aman untuk menghindari genangan air bertambah tinggi. Minggu siang, Wali Kota Denpasar Rai Dharma Wijaya Mantra meninjau Kerta Dalam. Hujan deras yang turun dalam tiga hari terakhir juga menyebabkan ratusan rumah di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, terendam hingga 3 meter. Banjir terjadi akibat meluapnya beberapa sungai di perbatasan Serawak, Malaysia. Jalan antarnegara Kalimantan Barat-Serawak terputus di sejumlah lokasi karena banjir setinggi 1-1,5 meter. Banjir disertai tanah longsor pun melanda Kota Singkawang. Ratusan rumah tenggelam dan hampir 1.000 warga diungsikan. Ribuan warga pedalaman di perbatasan Entikong terisolasi karena Sungai Sekayam meluap hingga setinggi 20 meter. Belasan rumah di pinggir sungai hanyut dan beberapa rumah di kaki bukit rusak parah karena tertimbun tanah longsor. ”Banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir,” kata Kepala Desa Entikong Markus Sofyan, yang rumahnya juga terendam banjir hingga 2 meter ini. Mulai surut Dari Mataram, NTB, dilaporkan, warga Mataram dan Lombok Barat yang semula mengungsi di masjid dan tenda akibat banjir, Minggu pagi pulang setelah genangan menyusut. Pada Minggu sore, banjir di Majene dan Kota Polewali, Sulawesi Barat, juga telah surut. Namun, jalan darat dari Majene ke Mamuju masih terputus sehingga tidak bisa dijangkau melalui jalan darat dari Makassar. ”Sampai Minggu sore, kami berusaha memperbaiki jembatan Malunda. Panjang bentang 100 meter, yang terputus sekitar 20 meter,” kata Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh. Sejumlah wilayah di Kabupaten Polewali Mandar dan Majene juga terisolasi karena jalan rusak parah, tertimbun longsor, atau jembatan putus. Harus direlokasi Di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sedikitnya 22 rumah milik warga korban tanah longsor dan banjir harus segera direlokasi ke tempat lebih aman. Rumah-rumah itu berada di lokasi berbahaya sehingga tidak mungkin dibangun lagi. Sebanyak 17 rumah berpenghuni 80 jiwa berada di Desa Pace dan di kawasan bekas hutan lindung yang sudah gundul, sedangkan lima rumah lain yang berpenghuni 29 jiwa terletak di Desa Garahan di kawasan Gunung Gumitir. Saat ini 80 warga diungsikan di rumah saudara, tetangga, dan masjid. Camat Silo Eko Heru Sunarso menyatakan, pemerintah kabupaten sudah menyiapkan lahan untuk relokasi. Sementara itu, penghuni lima rumah yang terendam pasir di Desa Garahan, Silo, sudah sejak lama diminta pindah, tetapi tak pernah dipatuhi. Bencana longsor yang menimpa rumah mereka bukan sekali ini saja. (BEN/RUL/ROW/SIR/WHY/AIK) Post Date : 12 Januari 2009 |