Banjir di Banyumas dan Cilacap Meluas

Sumber:Suara Pembaruan - 07 November 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[PURWOKERTO] Hujan yang mengguyur selama sepekan terakhir ini hingga Rabu (7/11) pagi menyebabkan sejumlah tanggul jebol, mengakibatkan banjir di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) semakin meluas. Ribuan hektare sawah di kedua daerah tersebut terendam banjir.

"Kerugian petani cukup besar, karena sawah yang baru ditanami padi itu hancur," kata Asisten Sekretaris Pembangunan dan Perekonomian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas, Didi Rudwiyanto kepada SP yang dihubungi melalui telepon dari Purwokerto, Rabu pagi.

Diungkapkan, berdasarkan pemetaan yang dibuat Pemkab Banyumas, sebanyak 13 kecamatan rawan banjir dan 14 kecamatan rawan longsor. Genangan air di sawah-sawah saat ini dilaporkan semakin meluas dan meninggi.

"Ini disebabkan jembolnya Tanggul Kalireja dan Kali Ijo Sumpiuh di Kabupaten Banyumas. Sementara itu, di Kabupaten Cilacap tiga tanggul jebol yakni Pahonjean, Cilopadang, dan Majenang. Hal ini disebabkan selain tanggul sudah tua, juga tak mampu menahan volume dan tekanan air yang semakin deras," ujarnya.

Ditambahkan, selain itu air yang menggenangi sawah juga tak bisa langsung mengalir ke sungai menuju ke laut. Karena kondisi sungai banyak yang dangkal akibat endapan lumpur. Disamping itu, pintu-pintu air menuju ke laut banyak yang rusak dan tak berfungsi, ujarnya.

Untuk pemantauan banjir, Pemkab Banyumas memasang alat pendeteksi dini berbasis seluler terhadap banjir. Dengan demikian petugas pemkab bisa mengetahui kondisi curah hujan, ketinggian air banjir di daerah-daerah bencana cukup melalui pesan singkat.

Dengan pemasangan alat ini petugas bisa lebih cepat bertindak. Misalnya mengirim petugas untuk mengevakuasi korban banjir dan tanah longsor, pengiriman logistik, tenaga kesehatan dan ambulans yang dibutuhkan di daerah bencana

Peringatan Dini

Sementara itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tabing Padang, Sumatera Barat (Sumbar), minta masyarakat yang bermukim di kawasan rawan longsor dan banjir untuk waspada.

Peringatan tersebut disampaikan menyusul makin meningkatnya curah hujan mulai awal November ini. Bahkan, BMG Tabing Padang memprediksi, puncak musim penghujan akan terjadi pada minggu ketiga dan keempat November.

Sejumlah wilayah di Sumbar yang akan mengalami hujan lebat beberapa hari ke depan antara lain, Kota Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Kabupaten Pesisir Selatan, Agam, Solok, Sawahlunto Sijunjung, Dharmasraya, dan Padang Pariaman.

Selain itu, juga diprediksi hujan di Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota, Solok Selatan, Pasaman dan Pasaman Barat. Karena itu, masyarakat yang berada dalam kawasan rawan bencana diharapkan waspada terhadap kemungkinan bencanan longsor dan banjir.

Kepala BMG Tabing Padang, Emrizal mengatakan, selama November ini diperkirakan hujan akan berlangsung 25 hari dengan total curah hujan 600 milimeter (mm). Sementara bulan Oktober lalu, curah hujan hanya mencapai 550 mm.

Kondisi ini masih dalam batas normal. Berbeda halnya jika melebihi 600 mm, maka berarti kondisinya di atas normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir.

"Musim hujan terjadi pada bulan Oktober dan November. Puncaknya terjadi pada minggu ketiga dan keempat bulan ini. Biasanya intensitas curah hujan normal tersebut mencapai 70 mm. Kalau melebihi 70 mm, ini berarti sudah berada pada titik kritis," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Kesiagaan Kesbanglinmas Sumbar, Ade Edward mengungkapkan, pihaknya sudah menyurati kepala daerah kabupaten/kota yang rawan longsor dan banjir untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Musim hujan sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Bahkan hujan berlangsung tiap hari. Kita khawatir beberapa kawasan sudah mulai jenuh air," kata Ade yang dihubungi SP, Selasa (6/11). [WMO/BO/W-8]



Post Date : 07 November 2007