|
BANDUNG, (PR).-Banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Bandung sejak akhir bulan Maret lalu, Selasa (5/4), berangsur-angsur surut. Selain meninggalkan lumpur dan sampah yang harus segera dibersihkan, warga kini menghadapi serangan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit. Sebagaimana pantauan "PR" di lapangan Selasa (5/4), warga korban banjir saat ini harus menghadapi lingkungan yang kotor dan berbagai penyakit yang muncul pasca banjir. Genangan air di beberapa kawasan yang terendam selama lima hari, saat ini sudah surut hingga sampai ketinggian antara betis sampai semata kaki orang dewasa. Bahkan, di sebagian kawasan genangan air sudah benar-benar surut. Hanya, lingkungan yang telah terendam air dipenuhi dengan berbagai jenis sampah dan lumpur yang masuk hingga ke dalam rumah. Sisa air dan lumpur menyebarkan bau busuk yang menyengat. "Dibandingkan dengan kemarin (Senin, 4/4), air sudah surut. Tetapi kini kami dihadapkan pada masalah baru berupa membersihkan sampah dan lumpur yang ditinggalkan," ujar Maman Suryaman (43), warga Kap. Palasari Desa Pasawahan Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung, kepada "PR", di sela-sela membersihkan rumahnya dengan peralatan seadanya. Dikatakan Maman, sebenarnya tumpukan sampah dan lumpur yang masuk ke pekarangan serta dalam rumah bagi warga Palasari dan sekitarnya, bukan masalah baru. Karena sejak belasan tahun mereka mengalami hal serupa bila memasuki musim hujan dan kampung mereka dilanda banjir tahunan. Namun, yang jadi masalah menurut Maman adalah lokasi untuk membuangnya. "Kalau dulu, sampah dan lumpur diangkut oleh truk dari pemerintah daerah, tapi sekarang sejak TPA Leuwigajah longsor dijadikan alasan untuk tidak mengangkut sampah maupun tanah lumpur," ujar Maman. Permasalah yang dialami Maman juga dialami sejumlah warga di Kap. Bojong Citepus, Bojong Seureuh, dan Cibedug Girang, Desa Cangkuang, Kec. Dayeuhkolot, yang selama musim hujan tahun ini merupakan daerah paling parah dilanda banjir. "Sebenarnya kita sudah biasa menghadapi lumpur pascabanjir, tapi kami bingung sekarang ini mau di buang ke mana lumpur dan sampahnya," ujar Ujang Nandang (33) warga RW 9 Kampung Bojong Citepus. Dikatakan Ujang, untuk lumpur dan sampah pada peristiwa banjir Februari lalu saja dibiarkan menumpuk. Akibatnya, begitu terjadi banjir Rabu (30/3) hingga sekarang ini, sampah dan lumpur kembali lagi masuk pekarangan maupun rumah. Menurut Ujang, kondisi sampah dan lumpur tersebut pernah diungkapkan kepada Gubernur Jabar Danny Setiawan saat mengunjungi awal Maret lalu. "Saat itu, gubernur menginstruksikan agar jajaran pemerintah daerah untuk mengantisipasi permasalahan pascabencana. Di antaranya masalah sampah dan lumpur yang dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai macam penyakit," ujar Ujang. Sementara itu, di sejumlah perkampungan air bercampur lumpur masih menggenang, terutama perkampungan yang berada di pinggir Sungai Citarum. Seperti sejumlah perkampungan di daerah Kel. Baleendah, Desa Andir dan Rancamanyar Kec. Baleendah, serta Kel. Dayeuhkolot, Desa Cangkuang di Kec. Dayeuhkolot. Diserang penyakit Sementara itu, akibat kondisi cuaca yang dingin menjelang malam, banyak warga korban banjir terserang penyakit kulit, influenza dan batuk-batuk. Sejumlah warga sejak pagi terlihat mendatangi RSU Bina Sehat, RSI Al- Ihsan, dan sejumlah Posko Kesehatan yang didirikan PMI Jabar. Sementara itu sebagian lagi berusaha mengobati penyakit dengan obat seadanya yang dibeli di warung. Sementara itu "PR", sulit meminta keterangan dari pihak kecamatan mengenai keluhan warga. "Keterangan harus dari Bapak Camat langsung atau Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kab. Bandung," ujar salah seorang staf Kantor Kec. Baleendah yang wanti-wanti namanya agar tidak ditulis. Hal senada juga dikatakan staf Kec. Dayeuhkolot. (A-87)*** Post Date : 06 April 2005 |