SOREANG, (PR).- Banjir yang menggenangi Kec. Baleendah dan Kec. Rancaekek mulai surut karena sepanjang kemarin tidak terjadi hujan. Sebagian pengungsi terutama di Kel. Andir, Kec. Baleendah, sudah kembali ke rumah dan membersihkan barang-barang yang sempat terendam banjir.
Kelurahan Andir khususnya Kp. Jambatan dan sekitar kantor kelurahan yang sempat tergenang sejak Jumat (29/1) sudah tidak terlihat lagi genangan banjir. Hanya, di RW 13 Kp. Ciputat yang masih tergenang banjir setinggi 50 cm karena lokasinya paling bawah dibandingkan dengan wilayah Kel. Andir lainnya.
Sedangkan Kp. Cieunteung masih terendam banjir dengan ketinggian banjir berkisar 50 cm sampai semeter sehingga warga masih mengungsi. Ratusan korban banjir masih memilih tinggal di kantor PDIP Kab. Bandung, Kantor Kel. Baleendah maupun tenda di Taman Kota Baleendah.
Menurut Mantri Polisi Satpol Pamong Praja Kec. Baleendah, Eko Haryanto, genangan banjir masih berada di tiga RW Kp. Cieunteung yakni RW 9, RW 20, dan RW 28.
”Banjir kemungkinan besar akan berlangsung lama karena tiap hari wilayah Baleendah dan sekitarnya diguyur hujan. Hal ini membuat banjir kembali naik sehingga warga memilih tetap mengungsi ke tempat -tempat yang lebih aman,” katanya.
Untuk membantu korban banjir, Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Pemkab Bandung mendirikan Posko Banjir persis di depan mulut Jln. Raya Cieunteung. Tagana juga menyediakan tiga perahu karet yang bisa dipergunakan untuk evakuasi korban maupun mengirim bantuan.
Penyempitan sungai
Sementara itu, ketinggian banjir di tiga desa Kec. Rancaekek juga mulai surut menjadi sekitar 50 cm dari sebelumnya hampir satu meter. Warga mengeluhkan ketinggian banjir yang lama surutnya, padahal banjir sudah terjadi sejak Jumat (29/1).
Menurut anggota DPRD Kab. Bandung asal Rancaekek, Cecep Suhendar, sebagian besar wilayah tiga desa masih tergenang yakni Desa Linggar, Desa Haurpugur, dan Desa Sukamanah.
”Banjir kali ini yang terparah dan lama surutnya, padahal sudah melanda empat hari lalu tepatnya Jumat (29/1). Hal ini disebabkan air tidak bisa langsung mengalir ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarik sebagai anak sungai dari Citarum,” katanya.
Projek normalisasi DAS Citarik, kata Cecep, sebagian sudah selesai, tetapi menyisakan masalah karena belum tuntas. ”Sungai Citarik dari Kp. Bojong Gempol, Desa Haurpugur, sampai Kp. Kebon Kalapa di Kec. Cicalengka, belum dikerjakan sehingga terjadi penyempitan aliran sungai. Kiriman air dari wilayah Gedebage, Kota Bandung, juga makin besar setelah ada pembangunan Stadion Gedebage,” katanya.
Cecep mendesak agar Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum segera menyelesaikan normalisadi DAS Citarik. ”Selain normalisasi sungai, pemerintah juga harus cepat merealisasikan pembuatan danau buatan seluas 400 hektare di Desa Tegalluar. Danau buatan bisa menampung limpahan air saat hujan sehingga wilayah Rancaekek, Bojongsoang, Baleendah, dan Dayeuhkolot bisa berkurang banjirnya,” katanya. ( A-71)
Post Date : 03 Februari 2010
|