SOREANG, (PR).- Cakupan banjir di wilayah Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot terus meluas. Lebih dari seribu rumah di Dayeuhkolot mulai terendam, Kamis (2/12) dini hari, menyusul 3.000 lebih rumah di Baleendah yang telah terendam sejak tiga hari terakhir. Selain itu, sekitar 226 warga Kel. Andir terpaksa mengungsi, menyusul 145 warga Kampung Cieunteung yang terlebih dahulu meninggalkan rumah.
Dede (20), warga Andir, menuturkan, rendaman air di kampungnya terus meninggi sejak hujan besar turun sepanjang Rabu (1/12) sore. Malam harinya ia mengajak istri dan bayi mereka mengungsi, bersama delapan keluarga asal Andir lainnya. Dede memilih mengungsi di aula Kantor Kec. Baleendah. Sementara itu, lima puluh keluarga yang lain memilih mengungsi di Gedung Kwartir Cabang Pramuka Baleendah. "Karena tak punya perahu, kami berjalan menuju jalan besar di luar kampung. Air sudah setinggi leher saya," ungkapnya.
Selain warga Andir, beberapa warga RW 28 Kel. Baleendah juga mulai meninggalkan kampung mereka. Sebelumnya, lebih dari 20 orang memilih betahan di masjid setempat selama tiga hari terakhir. "Pukul 4.00 WIB tadi, rendaman air sudah setinggi 1,5 meter di rumah dan terus naik. Menakutkan juga kalau memaksa diri bertahan di rumah," kata Aju (80), yang memilih mengungsi ke gedung olah raga (GOR) Kel. Baleendah.
Cieunteung paling parah
Wilayah terendam paling parah adalah Kampung Cieunteung. Ketua RW 20 Jaja, pada pukul 1.45 WIB melaporkan, ketinggian air di kampung tersebut telah mencapai 2,5 meter. Air tak hanya berasal dari luapan Sungai Citarum, tetapi juga aliran dari arah Taman Kota, di seberang kampung tersebut.
Camat Baleendah Usman Sayogi mengungkapkan, stok logistik yang ada di kantor kecamatan berupa 3 kuintal beras telah ludes terdistribusikan kepada para pengungsi. "Saat ini kami telah meminta 1 ton beras ke pemerintah kabupaten. Semoga bantuan tersebut dapat segera turun untuk kemudian dibagikan," ucapnya.
Di Dayeuhkolot, banjir mulai menggenangi seribu lebih rumah di empat desa di bantaran sungai, yakni Citeureup, Dayeuhkolot, Pasawahan, dan Cangkuang Wetan, Kamis (2/11) dini hari. Puncak ketinggian air saat itu mencapai 1,5 meter. Menjelang sore, ketinggian rendaman surut hingga tinggal sekitar 30 sentimeter. "Tujuh orang mengungsi di kantor kecamatan," kata Camat Dayeuhkolot, Nu’man.
Asep Halilawan, koordinator relawan PMI Kab. Bandung, mengungkapkan, menghadapi ancaman banjir berkepanjangan, PMI telah mendirikan posko di Baleendah. Sebanyak 3 perahu, 2 mobil, dan 10 personel disiagakan untuk kepentingan evakuasi. "Tentu yang kita harapkan, warga secara swadaya tanggap melakukan evakuasi. Tetapi kapan pun kami dibutuhkan, kami siap," ujarnya.
Dipakai hajatan
Di Sekretariat DPC PDIP Baleendah, sebagian pengungsi dari Kampung Cienteung, Kamis (2/12), mulai mengemasi barang-barangnya untuk pindah ke GOR Baleendah. Sabtu (4/12) nanti, gedung tersebut akan dipakai untuk hajatan pernikahan. Sejak Jumat (3/12), gedung sudah harus dikosongkan karena harus didekor. "Terpaksa kami harus bolak-balik seperti sekarang ini. Belum lagi, ada kabar, Minggu nanti, giliran GOR yang mau dipakai hajatan. Kami harus pindah lagi nanti," tutur Anah (52).
Lurah Baleendah Heru Kiatno membenarkan, pengungsi harus pindah dari Sekretariat DPC PDIP ke GOR karena gedung tersebut akan digunakan untuk perayaan pernikahan. Namun, ia berharap agar tidak ada masalah yang timbul karena kejadian tersebut. Kondisi GOR, menurut dia, cukup representatif sebagai tempat penampungan sementara.
Camat Baleendah mengungkapkan, pemerintah akan beusaha mencukupi kebutuhan pengungsi, terutama kebutuhan air bersih dan sarana mandi cuci kakus (MCK), selama mereka tinggal di GOR. "Kami harap tidak ada masalah ketika para pengungsi harus pindah," ujar Usman. (A-165)
Post Date : 03 Desember 2010
|