|
SUDAH dua hari warga empat kecamatan di Kabupaten Singkil, Aceh, menderita akibat banjir. Kemarin, luapan air Sungai Cinendang meluas ke Kecamatan Singkil Kota setelah sebelumnya mengharu biru warga di Kecamatan Simpang Kanan, Singkil Utara, Rimo, dan Suro. Di Singkil Kota, banjir mengakibatkan ratusan rumah warga tergenang air setinggi 1-2 meter lebih. Sebanyak 12 desa di kecamatan itu terdampak bencana. Banjir juga membuat jalan uta ma yang menghubungkan Kabupaten Singkil dan Kota Subulussalam tidak dapat dilalui karena derasnya air. Bencana di empat kecamatan lain menimpa tujuh desa. Daerah terparah digenangi air dengan ketinggian hingga 1,5 meter. Tingginya air menyulitkan warga untuk menyelamatkan barang berharga. Sebagian korban langsung mengungsi ke se jumlah fasilitas publik atau rumah kerabat mereka. Warga semakin menderita karena puluhan hektare tanaman padi terancam puso. Belum lagi ratusan hewan ternak, seperti unggas dan kambing, yang mati ketika air bah datang. Banjir juga merendam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Singkil. Sejumlah narapidana pun diungsikan ke tempat aman. Sejak banjir terjadi, tim SAR dan TNI sudah turun ke lokasi. Selain membantu korban, mereka juga berupaya memperbaiki badan jalan yang terkikis banjir. Dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, tim SAR kem bali menemukan dua jenazah korban banjir di Batang Aie Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti. Dengan temuan itu berarti sudah empat dari enam korban yang dievakuasi. “Dua korban yang ditemukan adalah Rayos, 30, dan anaknya, Izil, 1. Tim masih mencari Sintia, 22, dan Ismaidarnis, 32, warga Jorong Pasa Gompong, Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang,” ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pesisir Selatan Nasharayadi. Penyakit Dari tempat pengungsian ratusan korban banjir mulai mendapat serangan berbagai penyakit. Mereka menderita sakit kepala, diare ringan, demam, infeksi saluran pernapasan akut, dan rematik. “Kami terus melayani pengobatan untuk korban di tiga posko yang didirikan,” kata Kepala PMI Sumatra Barat Hidayatul Irwan. Sementara itu di Yogyakarta, jumlah jalan yang ambles terus bertambah. Setelah menimpa delapan lokasi, kemarin, tanah ambles kembali terjadi di Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede. Sebuah bus yang berada di lo kasi menjadi korban dan ter perosok di atas saluran drainase. Bus tersebut membawa puluhan siswa sekolah dasar, namun tidak ada korban dalam kejadian itu. “Jalan sudah keropos karena terus diguyur hujan,” kata Inspektur Dua Russianto, anggota Polsek Kotagede. Tidak hanya di Yogyakarta, tanah ambles juga menimpa bahu jalan nasional di Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Panjang tanah ambles mencapai 15 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Sejumlah rumah di Kampung Warung Bawang RT 01/04 yang berada tepat di bawah ruas jalan terancam tertimbun longsoran tanah. Peristiwa itu terjadi setelah hujan mengguyur lokasi selama beberapa jam. “Saat itu terdengar bunyi cukup keras, seperti terjadi retakan tanah. Saat melihat ke luar, ternyata sudah ada longsoran tanah mengarah ke rumah,” kata Adam, 40, warga. Sekretaris Desa Cibeureum Dedi Rukman mengungkapkan, amblesnya bahu jalan juga mengakibatkan tertutupnya saluran air. “Bahu jalan ini harus segera diperbaiki karena bisa mengancam keselamatan 110 kepala keluarga yang berada di bawahnya.” (YH/AT/BK/N-2) Post Date : 09 November 2011 |