Banjir dan Tanah Longsor Terjang Sulteng dan Madura

Sumber:Suara Pembaruan - 12 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PALU - Banjir dan longsor menerjang sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah (Sulteng), menyebabkan tiga ruas jalan utama di Kabupaten Poso, yang menghubungkan kota-kota kecamatan dan kabupaten terputus total. Curah hujan yang sangat tinggi melanda beberapa wilayah ini juga menyebabkan ratusan rumah warga terendam banjir 2-3 meter. Bahkan satu rumah warga di Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong, hanyut terbawa banjir.

Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Sulteng, Ir Mas'ud Kasim MSc, yang dihubungi Pembaruan, Senin (11/4) malam mengatakan, tiga ruas jalan vital di Kabupaten Poso saat ini terputus total akibat dihantam tanah longsor.

Ketiga ruas jalan tersebut adalah Napu - Sanginora sepanjang kurang lebih 75 km mengalami longsor hebat. Di ruas menghubungkan Kecamatan Lore Utara, Poso, ibu kota Kabupaten Poso ini, terdapat sedikitnya 21 titik longsor menyebabkan ruas jalan tidak bisa dilewati kendaraan.

Kemudian ruas Tonusu - Gintu sepanjang kurang lebih 100 km menghubungkan Kecamatan Tentena dan Kecamatan Lore Selatan, terjadi longsor hingga 17 titik. Ruas ini merupakan satu-satunya yang bisa menghubungkan ribuan penduduk Lore Selatan ke Poso, ibu kota Kabupaten Poso.

Kawasan Lore Selatan selama ini dikenal sebagai pusat pariwisita budaya yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara dengan objek andalan patung-patung megalitik yang unik dan langka.

Terakhir ruas jalan Kasiguncu-Sanginora menghubungkan Poso Pesisir dan masyarakat di Poso Pegunungan mengalami 4 titik longsor.

Rp 2,3 Miliar

Total titik longsor di ruas-ruas jalan yang rusak tersebut mencapai 42 titik longsor. Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan terjadi banjir dan tanah longsor yang menutupi badan-badan jalan sehingga jalan itu terputus total.

Disebutkan, untuk memperbaiki ketiga ruas jalan yang rusak itu dibutuhkan dana paling kurang Rp 2,3 miliar. Masing-masing untuk ruas Napu-Sanginora sebesar Rp 1,2 miliar, Tonusu Gintu Rp 700 dan Kasiguncu-Sanginora sekitar Rp 400 juta.

Sementara itu, banjir disertai erosi juga menerjang permukiman penduduk di beberapa wilayah di Kabupaten Parigi Moutong (Parimout). Di Kecamatan Kasimbar dan Moutong, ratusan rumah penduduk terendam banjir setinggi 2-3 meter, dan satu rumah dilaporkan hanyut.

Ruas jalan Trans Sulawesi yang berada di kedua kecamatan tersebut menghubungkan Parimout dan Provinsi Gorontalo, puluhan kilometer juga ikut terendam banjir dan lumpur.

Kondisi ini mengakibatkan terganggungnya arus transportasi penumpang dan barang di ruas ini.

Koordinator Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) Sulteng, Drs Fretz Abas, Selasa (12/4) pagi, mengatakan, banjir dan erosi ini terjadi akibat meluapnya sejumlah anak sungai di beberapa kecamatan.

Dalam kejadian bencana alam tersebut menurut Fretz, belum ada laporan korban jiwa kecuali korban materil yang ditaksir mencapai ratusan juta.

Terendam Lagi

Sementara itu dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur dilaporkan, hujan lebat yang mengguyur daerah ini Senin (11/4) petang menyebabkan puluhan rumah tiga kelurahan di Kecamatan Kota tergenang lagi setinggi 1,5 sampai 2 meter. Sampai Selasa (12/4) pagi air masih menggenangi sebagian rumah setinggi 20 cm.

Air yang menggenangi rumah-rumah penduduk disebabkan sungai yang melintas di kota ini tidak mampu menampung air hujan, kemudian meluap ke sisi kanan dan kiri sungai. Banjir sebelumnya terjadi pada Jumat pekan lalu menyebabkan 110 rumah penduduk tergenang.

Pada banjir Senin malam, warga setempat tidak sepanik banjir pada pekan lalu. Saat itu penduduk beranggapan banjir disebabkan gelombang pasang tsunami. Akibatnya warga menjadi panik dan menyelamatkan diri ke tempat yang dianggap aman. Pada banjir semalam mereka kelihatan tenang, meskipun perabotan miliknya terendam air.

Menurut Nurwachid, penyebab banjir akibat sungai di tengah kota itu sudah mengalami pendangkalan. Agar banjir tidak terulang lagi, warga berharap pemerintah kabupaten melakukan pengerukan.

Meskipun dalam musibah banjir tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa, tetapi dikatakan Nurwachid kerugian warga mencapai puluhan juta rupiah. Kerugian disebabkan banyaknya perabotan rumah tangga mengalami kerusakan. (128/080)

Post Date : 12 April 2005