Banjir dan Tanah Longsor di Ayah

Sumber:Suara Merdeka - 16 Desember 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KEBUMEN - Curah hujan yang tinggi di Kebumen barat belakangan ini, menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Ayah dilanda banjir dan longsor. Tanaman padi di beberapa desa juga terendam.

Genangan terparah akibat banjir melanda Desa Demangsari. Puluhan hektare tanaman padi yang baru ditanam, terendam beberapa hari. Itu terjadi karena Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Ijo dan anak Sungai Guyangan, meluap. Hal ini memang rutin terjadi, terutama saat musim hujan.

Seorang petani, Ijum (45) yang tiga hari lalu menanami 200 ubin lahannya dengan padi, kini harus kecewa karena hujan dan banjir menyebabkan tanamannya terendam air. Bahkan hingga kini, persawahan masih tergenang. Kemungkinan, air akan surut setelah lebih dari seminggu.

Camat Ayah Tugiyono SSos yang dihubungi Rabu lalu menjelaskan, banjir memang terjadi hampir pada setiap musim hujan. Saat ini, genangan air akibat banjir melanda Desa Demangsari, Kedungweru, Bulurejo, Jatijajar, Mangunweni, dan Candirenggo. Apalagi curah hujan beberapa hari terakhir masih tinggi.

Pihaknya mengakui, beberapa petani di desa yang dekat dengan saluran irigasi telah dua-tiga kali menanam padi. Hanya, setiap curah hujan tinggi, tanaman kembali tergenang.

Longsor

Selain banjir, di Kebumen barat juga terjadi longsor. Bencana ini melanda dataran tinggi, tepatnya Desa Kalipoh dan Argopeni. Tanah longsor di Dukuh Penusupan Desa Argopeni Senin lalu, menyebabkan rumah Miskam Atmo Suroto (57) yang berukuran 7x12 meter nyaris ambruk dan rusak parah. Bahkan, lelaki itu harus mengungsi ke rumah tetangga.

Menurut Camat, areal tanah longsor itu berupa bukit dengan kemiringan 45 derajat dan tinggi 20 meter. Rumah Miskam persis di bawah bukit sehingga longsoran langsung mengenainya. Beruntung, pemilik rumah masih bisa menyelamatkan diri.

Desa Kalipoh dua kali ditimpa longsor, Senin sore dan Selasa lalu. Akibatnya, dua jembatan penghubung antardesa putus. Hujan membuat jembatan dengan panjang 8 meter dan lebar 2,5 meter di Dusun Pesawahan, ambles.

Esok harinya, hal serupa menimpa jembatan dengan panjang 13 meter dan lebar 2,5 meter di Dukuh Ranceban. Kerugian ditaksir Rp 30 juta.

Akibat dua jembatan putus, transportasi warga pedesaan dataran tinggi dengan medan berat tersebut semakin terhambat.

Tugiyono telah melaporkan bencana alam itu ke Pemkab, PMI, dan DPRD. Pihaknya berharap, segera ada bantuan untuk biaya perbaikan. (B3-39m)

Post Date : 16 Desember 2005