|
Jakarta, KOMPAS - Hujan deras ditambah tingginya air pasang masih menjadi ancaman warga Jakarta di sejumlah wilayah. Di Jakarta Utara, banjir merendam permukiman di Kamal Muara dan Kapuk Muara, Minggu (13/1). Di Jakarta Barat, tujuh dari delapan kecamatan terendam air. Banjir di kawasan Kamal Muara, menurut Lurah Kamal Muara, Royto Harahap, sebenarnya telah diantisipasi sejak Minggu pagi dengan menutup pintu air akibat tingginya pasang air laut yang melebihi permukaan air sungai. Akan tetapi, upaya tersebut tidak cukup. Banjir akhirnya tetap menggenangi sejumlah permukiman yang berada di area cekungan, setinggi 30 hingga 60 sentimeter. Berdasarkan pantauan Posko Banjir Jakarta Utara, pasang laut tertinggi terjadi pukul 11.00 dengan ketinggian 1 meter. Permukaan air laut di Pasar Ikan, Penjaringan, naik hingga 185 hingga 190 sentimeter, sementara batas normal 180 sentimeter. Di Kapuk Muara, banjir juga merendam permukiman di RW 01, 04, dan 05 dengan ketinggian 30 hingga 60 sentimeter. Banjir itu disebabkan luapan air dari Kali Angke, terutama di bagian alur yang belum selesai diperbaiki turapnya dengan beton. Kantor Kelurahan Kapuk Muara turut terendam hingga 1,2 meter. ”Selama musim hujan ini sudah empat kali terendam,” ujar Parmin (45), warga setempat. Parmin menyayangkan belum ada tindakan dari pemerintah untuk meninggikan kantor kelurahan. ”Sepertinya malah dibiarkan,” katanya. Lurah Kapuk Muara, Timbo Sugiharjo, membenarkan adanya hal itu. ”Kami sudah menjelaskan masalah ini ke Pemerintah Provinsi DKI, tetapi belum ada tindak lanjut,” ujarnya. Daan Mogot parah Di Jakarta Barat, genangan air terluas terjadi di sejumlah ruas Jalan Daan Mogot menuju Kalideres. Genangan air tertinggi mencapai 50 sentimeter. Genangan tersebut menimbulkan kemacetan lalu lintas yang parah. Untuk mengurangi kemacetan, jalur melawan arah pun dibuka. Air hujan juga merendam permukiman warga di Kelurahan Cengkareng Timur, tepatnya di RW 03, 05, dan 06. Banjir terjadi akibat air Kali Apuran meluap. ”Air dari Kali Apuran meluap sejak pukul tiga dini hari,” ujar Hilman (47), warga RW 06. Di Kecamatan Grogol Petamburan, tepatnya Kelurahan Tanjung Duren Utara, genangan air di Jalan Tanjung Duren Raya depan Suku Dinas Pemadam Kebakaran mencapai 30 sentimeter. Di Jalan S Parman di depan Kampus Universitas Tarumanagara II samping Mal Ciputra, ketinggian genangan air juga 30 sentimeter. Begitu pula di Kelurahan Tomang, di depan Universitas Trisakti, 30 sentimeter. Banjir juga merendam sejumlah jalan di Kelurahan Grogol, Kelurahan Jelambar Baru, dan Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Curah hujan di Puncak Sementara itu, potensi curah hujan di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang merupakan hulu Sungai Ciliwung, diperkirakan justru akan lebih tinggi pada pertengahan hingga akhir Januari. Karena itu, Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Nuryadi mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada. Menurut dia, kendati curah hujan rata-rata di seluruh wilayah Bogor adalah 466 milimeter per bulan tergolong normal dibandingkan data selama 30 tahun terakhir, di Bogor bagian selatan, yakni kawasan Puncak, curah hujan di atas normal. Bahkan, pada pertengahan hingga akhir Januari, curah hujan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pada awal Januari. Menurut Nuryadi, pada 1-13 Januari 2013, akumulasi curah hujan sudah mencapai 235 milimeter atau separuh dari rata-rata bulanan 466 milimeter. Selain itu, setiap hari terjadi hujan. Dia memperingatkan potensi banjir intensitas menengah dan potensi tanah longsor di sejumlah lokasi di Kabupaten Bogor, seperti Caringin, Cisarua, Ciawi, Cigudeg, Leuwiliang, dan Jonggol. (GAL/MDN/WIN) Post Date : 14 Januari 2013 |