Banjir dan Longsor Terjang Banyak Daerah

Sumber:Kompas - 29 Juni 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Klungkung, Kompas - Hujan yang turun selama beberapa hari menyebabkan banjir di enam provinsi, yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan DKI Jakarta. Di beberapa daerah itu bahkan terjadi longsor. Ratusan rumah terendam, tambak terbenam, dan infrastruktur rusak.

Kerusakan parah di antaranya tampak di Kabupaten Klungkung dan Gianyar, Bali, Kamis (28/6). Hujan deras di sejumlah wilayah selama tiga hari menyebabkan sejumlah sungai meluap. Sungai- sungai itu rata-rata berhulu di Gunung Agung dan Gunung Abang, Kabupaten Karangasem, yakni Sungai Unda, Sungai Sangsang, dan Sungai Pakerisan.

Akibatnya, 140 rumah di Banjar Anyar dan Pancingan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, terendam dengan ketinggian air dua meter. Ratusan bedeng di area pertambangan pasir di Kecamatan Semarapura, Klungkung, juga hanyut dibawa banjir luapan Sungai Unda.

Banjir mengakibatkan salah satu jalur transportasi yang menghubungkan Denpasar-Ubud di Batuan, Gianyar, longsor dan menimbulkan kemacetan. Di samping itu, ratusan hektar padi siap panen di Klungkung dan Gianyar tersapu banjir. Belum diketahui apakah ada korban jiwa.

Belasan keluarga di Kusamba diungsikan di bale banjar setempat. Mereka membawa serta pakaian dan barang-barang elektronik. Warga khawatir banjir yang lebih hebat akan datang. Warga mengatakan, banjir kali ini terburuk kedua setelah tahun 1992.

Banjir juga melanda DKI Jakarta. Hujan yang turun sejak pukul 05.30 hingga menjelang tengah hari menyebabkan sejumlah kawasan tergenang.

Jalan Sudirman setelah Tugu Api Nan Tak Kunjung Padam tergenang sehingga menyebabkan kemacetan total dari pukul 07.00 hingga menjelang pukul 08.00. Terowongan Casa- blanca di Jakarta Selatan tergenang air setinggi 20 cm.

Dari Flores, Nusa Tenggara Timur, diwartakan, banjir melanda dua kelurahan di Kecamatan Aesesa, yaitu Kelurahan Mbay I-II, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, akibat meluapnya Kali Aesesa. Sebanyak 51 rumah warga tergenang air setinggi 50 cm. Selain banjir, beberapa jembatan putus dan sejumlah daerah dilanda longsor.

Dari pendataan yang dilakukan Badan Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kabupaten Ngada hingga kemarin sore, tanaman pertanian dan perkebunan milik 33 keluarga di Mauponggo tergenang air. Tanaman pertanian dan perkebunan rusak diperkirakan berada di lahan seluas 74 hektar; ratusan hewan, seperti ayam, bebek, kerbau, dan sapi mati. Di Kecamatan Boawae, 647 pohon jambu mete gagal panen, sementara 485 pohon cengkeh rusak.

Adapun longsor di jalur Ende- Maumere, yaitu di Nunggi Loo, persisnya di Kilometer 57 arah timur Kota Ende, mengakibatkan jalur itu terputus. Untunglah hari Kamis transportasi normal kembali.

Banjir dengan skala besar juga menerjang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Banjir terparah terjadi di Desa Malei, Kecamatan Lage, Poso. Sekitar 100 rumah di desa itu tergenang air sejak Kamis dini hari. Sebagian harta benda milik warga terendam karena banjir terjadi saat warga tidur, sekitar pukul 04.00.

Aco Jafar (23), seorang warga Malei yang dihubungi dari Palu, mengatakan, sejak pukul 01.00, hujan turun sangat deras. Air hujan tidak dapat mengalir dengan baik karena sistem drainase di desa itu sangat buruk dan banyak yang tersumbat.

Sekitar pukul 04.00, kata Aco, warga terkejut karena air masuk rumah sampai setinggi 50 cm. Hujan yang tidak kunjung reda mengakibatkan ketinggian air terus bertambah dan warga tidak sempat menyelamatkan barang- barang miliknya.

Banjir tersebut memaksa sekitar 100 keluarga di Desa Malei mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Semua harta benda milik warga, termasuk bahan makanan dan hasil pertanian yang baru dipanen, seperti padi dan kakao, tidak berhasil diselamatkan.

Kepala Dinas Sosial Poso Amirullah yang dihubungi Kamis sore mengaku belum mengetahui jika Desa Malei dilanda banjir. "Saya belum mendapat laporan, tetapi saya akan menyalurkan bantuan berupa beras, lauk-pauk, dan obatan-obatan," katanya.

Di Kupang, banjir yang melanda Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, sudah mereda. Tetapi, banjir itu masih menyisakan persoalan. Warga kesulitan mendapatkan air bersih sehingga sebagian warga mengonsumsi air sungai.

Kondisi runyam akibat terjangan banjir tampak pula di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel. Nelayan di sini menjadi penambang atau penggali batu bara. Pekerjaan itu dilakukan setelah 700 hektar tambak udang mereka disapu banjir. (BEN/SEM/KOR/FUL/ NEL/REI/NEL)



Post Date : 29 Juni 2007