|
Manado, Kompas - Hujan deras yang mengguyur Kota Manado, Sulawesi Utara, selama tiga hari, sejak Sabtu hingga Senin (24/11), mendatangkan bencana banjir dan tanah longsor di sebagian kawasan. Setidaknya 70 rumah warga rusak dan sembilan di antaranya rusak berat. Longsor menimpa rumah warga di kawasan Paal IV, Kombos Timur, Taas, Mahakeret Timur, dan Malendeng. Satu rumah permanen di Malendeng tampak rusak berat tertimbun tanah perbukitan. Rumah yang hanya dihuni penjaga bernama Marten itu nyaris ambruk tertimbun tanah pada Minggu pagi. Pemerintah Kota (Pemkot) Manado merekomendasikan agar rumah itu tidak dibangun lagi karena bahaya longsor ke depan. Kepala Dinas Sosial Manado J Kowaas mencatat, 70 rumah warga rusak dihantam banjir dan tanah longsor. Di antara 70 rumah itu, 34 rumah menjadi korban longsor, dan rumah yang dilanda banjir 36 unit. Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dinding ruang kelas satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, jebol karena tertimpa longsoran tanah dari tebing di sebelahnya, Sabtu sore. Akibatnya, 18 siswa Raudhatul Atfal (RA) Muslimat NU terpaksa pindah menempati ruangan di Balai Desa Kenalan. Wakil Kepala MI Ma’arif Rahmat, Senin, mengatakan, untuk menahan longsor pada musim hujan, sejak 1984 pihak sekolah sudah membangun talut penahan tebing sepanjang 25 meter. ”Hujan lebat terus-menerus pada Jumat dan Sabtu menyebabkan talut tidak dapat menahan beban. Tanah dari tebing longsor dan menjebol dinding kelas.” Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada Minggu malam juga mengakibatkan bukit di Desa Parakanlima, Kecamatan Jatiluhur, longsor. Material berupa tanah merah, pasir, dan batu menimpa 13 rumah di Kampung Sinarjaya, Parakanlima. Mista (50), salah satu korban, Senin, mengatakan, batu dan pasir yang terbawa arus air menumpuk di Selokan Citajur. Akibat tersumbat, air dan material yang terbawa menjebol tanggul dan masuk ke rumah-rumah warga di sekitar selokan. Terjangan batu dan pasir menjebol tembok belakang rumah Mista. Selain itu, lumpur bercampur pasir dan batu menggenangi 12 rumah lain di Sinarjaya hingga ketinggian 50 sentimeter. Warga terpaksa mengungsi ke saudara atau tetangga. Kepala Desa Parakanlima Syarif Hidayat mengatakan, penambangan pasir di perbukitan sekitar desa turut andil menyebabkan longsor. Lokasi penambangan di perbukitan Cisalada dan Parakanlima lebih tinggi daripada permukiman warga. Beberapa warga mengatakan, luapan air selokan pernah menggenangi permukiman pada 2002, tetapi ketika itu tidak disertai pasir dan batu. (zal/egi/mkn) Post Date : 25 November 2008 |