|
Jambi, Kompas - Puluhan ribu penduduk Jambi di Daerah Aliran Sungai atau DAS Batanghari dan anak-anak sungainya kembali terancam dilanda banjir dan tanah longsor pada musim hujan ini. DAS yang rawan banjir terdapat di Muaro Jambi, Batanghari, Tebo, Bungo, dan Sarolangun, serta Kota Jambi. Adapun Kerinci, Merangin, dan Sarolangun, selain rawan banjir bandang atau galodo, juga rawan tanah longsor. Permukaan air Sungai Batanghari di Kota Jambi, Muaro Jambi, dan Kabupaten Batanghari terus naik. Hingga hari Minggu (27/11) air sudah naik lebih dari empat meter dibandingkan dengan awal Oktober lalu. Tanaman sayuran seperti kacang panjang, terong, dan buncis, serta palawija seperti jagung, singkong, dan ubi jalar, yang masih tersisa di bantaran sungai, sebagian besar sudah terendam. Pemantauan Kompas hari Minggu menunjukkan, akibat hujan lebat yang turun hampir setiap hari di beberapa tempat di DAS Batanghari, seperti di Desa Tangkit Baru, Kecamatan Kumpeh Hulu, lahan pekarangan penduduk terendam 15-50 sentimeter. Di Kota Jambi, sebagian pekarangan penduduk di Kampung Legok dan Sijenjang juga sudah mulai terendam. Wakil Gubernur Jambi Antony Zeidra Abidin, Sabtu (26/11), mengimbau agar masyarakat yang tinggal di DAS Batanghari dan anak-anak sungainya serta di daerah-daerah rawan longsor agar waspada terhadap kemungkinan datangnya banjir dan terjadinya tanah longsor. Penduduk yang tinggal di bantaran sungai agar ekstra hati-hati serta menjaga anak-anak mereka agar tidak bermain di air, kata Antony. Antony mengaku sudah mengimbau serta mengingatkan kepada para bupati, camat, dan kepala desa untuk secara terus-menerus memantau perkembangan air sungai. Selain itu, agar mereka mendirikan posko di daerah-daerah rawan banjir dan tanah longsor, mengaktifkan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak-PBA). Juga mempersiapkan bantuan darurat jika musibah banjir atau tanah longsor terjadi, ujarnya. Kerusakan lingkungan Menurut Antony, kerusakan lingkungan, perambahan hutan, pembukaan bantaran sungai, penebangan liar, dan peladangan berpindah merupakan penyebab utama meluapnya Sungai Batanghari dan anak-anak sungainya setiap tahun. Dalam 15 tahun terakhir terjadi sedimentasi atau pendangkalan yang tinggi di aliran Sungai Batanghari, katanya menambahkan. Banjir terbesar yang melanda Provinsi Jambi akibat meluapnya Sungai Batanghari terjadi November 2003-Januari 2004. Saat itu ketinggian air Sungai Batanghari di Kota Jambi mencapai 15,5 meter di atas permukaan laut (dpl) atau naik sekitar delapan meter dari posisi pada musim kemarau. Sedikitnya 500.000 hektar lahan pertanian dan perkebunan di Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Timur, Sarolangun, Tebo, dan Kota Jambi terendam. Lebih dari 10.000 rumah terendam dan hampir 50.000 penduduk mengungsi selama dua pekan hingga satu bulan. (nat) Post Date : 28 November 2005 |