|
Bencana banjir selama dua pekan terakhir di China tergolong luar biasa. Paling tidak 360 orang tewas dan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang. Puluhan juta orang telantar akibat bencana alam itu. Kerugian harta benda juga tidak kecil, yang diperkirakan mencapai 3,13 miliar dollar AS. Sebanyak 217.000 rumah hancur dan 4,26 juta hektar lahan pertanian rusak. Daerah paling parah terletak di aliran Sungai Huai di China tengah. Sungai Huai mengalir di antara dua sungai besar, Sungai Kuning dan Yangtse. Ancaman bencana belum berlalu. Luapan Sungai Huai terus mendekati titik bahaya oleh curah hujan yang tinggi sejak Juni lalu. Paling tidak 500.000 orang terpaksa diungsikan. Bencana banjir China saat ini digambarkan paling buruk dalam beberapa dasawarsa terakhir. Dampaknya bertambah dramatis karena diikuti oleh wabah tikus. Kawanan tikus dalam jumlah tak terkirakan keluar dari sarang-sarangnya di daerah-daerah yang dilanda banjir, kemudian menghancurkan dan menyapu bersih ladang-ladang pertanian saat mencari sarang baru di Provinsi Hunan, China tengah. Wabah tikus itu digambarkan oleh media massa China sebagai bukti hancurnya keseimbangan alam akibat ulah manusia. Tikus berkembang tak terkendali karena predatornya seperti ular dan burung hantu terancam punah diburu manusia. Padahal, menurut penelitian, seekor ular dapat memangsa 400 tikus setiap tahun, dan seekor burung hantu bisa mencapai 1.500 setahun. Tidak dapat disangkal, wabah tikus dan bencana banjir antara lain karena ulah manusia juga. Berita tentang banjir, yang disertai wabah tikus, di China tengah bertambah dramatis karena sangat kontras dengan kondisi di wilayah China utara, yang sedang dilanda kekeringan hebat, yang membuat sekitar 7,4 juta orang menderita kekurangan air bersih. Bencana banjir dan kekeringan di China tentu saja meningkatkan lagi wacana tentang bahaya pemanasan global, global warming. Belakangan ini masyarakat dunia dirisaukan oleh kekacauan musim hujan dan kering di banyak negara sebagai dampak pemanasan global. Terlepas dari banyak faktor lain seperti ulah manusia, bencana alam di China dipandang pula tidak terlepas dari dampak pemanasan global. China sendiri termasuk salah satu penyumbang utama gas buangan yang berasal dari kendaraan dan industri. Banjir dan kekeringan di China diharapkan akan meningkatkan keseriusan masyarakat dunia dalam mengendalikan gas buangan agar bencana berskala global tidak sampai terjadi. Post Date : 13 Juli 2007 |