Banjir "Cileuncang" Ganggu Lalu Lintas

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Banjir cileuncang masih terjadi di beberapa titik "langganan" di Kota Bandung akibat hujan pada Minggu (14/12) malam. Genangan air di beberapa ruas jalan dan perempatan mengakibatkan arus lalu lintas tersendat. Air hujan pun membawa sampah yang mengotori jalanan.

Arus lalu lintas di setiap persimpangan jalan sepanjang Jln. Soekarno-Hatta, perpotongan dengan Jln. Pasirkoja-Jln. Kopo-Jln. Leuwipanjang-Jln. Moh. Toha, tersendat. Terjadi antrean kendaraan di setiap perempatan jalan karena pengemudi kendaraan mengambil lajur sebelah kanan. Hal ini disebabkan lajur kiri yang lebih rendah digenangi air. Genangan air mencapai ketinggian sekitar 20 cm hingga 30 cm.

Genangan air juga terjadi di sekitar Terminal Leuwipanjang. Pintu masuk terminal di Jln. Leuwipanjang dan pintu keluar di Jln. Kopo digenangi air hujan yang mulai turun sekitar pukul 19.30 WIB. Meski tidak sampai menggenangi seluruh jalan, arus air hujan yang melewati jalan tersebut cukup deras.

Genangan cukup parah terjadi di Jln. Kopo, sekitar 300 meter dari pintu keluar terminal. Genangan air mencapai ketinggian 40 cm. Banyak kendaraan yang berputar balik untuk menghindari genangan tersebut. Beberapa sepeda motor mengalami mogok ketika melintasi genangan dengan panjang sekitar 20 meter dan lebar 5 meter itu. Mobil jenis sedan dan angkot juga mengalami hal serupa.

Banyaknya kendaraan yang mogok dimanfaatkan oleh warga sekitar. Di tengah hujan yang masih deras, belasan pemuda berdiri di tengah genangan. Ketika kendaraan tampak tidak mampu lagi menyeberangi banjir, mereka beramai-ramai mendorongnya hingga terbebas dari genangan.

Salah seorang dari mereka, Rizal (17), mengaku telah melakoni kegiatan itu sejak duduk di bangku SMP. Setiap kali hujan deras, ia dan teman-temannya bersiap di genangan sambil mengais rezeki. Tiap kendaraan yang berhasil diseberangkan, pemiliknya memberi mereka imbalan. Besarnya bervariasi, antara Rp 2.000,00 hingga Rp 5.000,00. Menurut mereka, tarif untuk mobil lebih mahal daripada sepeda motor.

Meski beberapa pengendara enggan merogoh koceknya, keberadaan mereka dirasa cukup membantu. "Tiba-tiba mati, mau tidak mau memang harus didorong. Daripada mendorong sendiri," ucap salah seorang pengendara sepeda motor.

Banjir cileuncang di daerah tersebut bukanlah hal baru. Setiap hujan deras, bisa dipastikan terjadi cileuncang. Menurut warga setempat, hal itu disebabkan selokan di sepanjang jalan tersebut tidak mampu menampung air hujan.

Akibatnya, alih-alih masuk ke selokan, air hujan memenuhi jalanan tak ubahnya seperti kolam. "Di sini sudah lama seperti ini. Setiap hujan ya begini ini. Saya tadi mau keluar, tahu banjirnya seperti ini jadi batal," tutur salah seorang warga.

Air hujan yang mengalir di badan jalan juga membawa sampah yang akhirnya tertinggal di jalanan. Jalanan di sekitar Tegallega misalnya. Banyak sampah yang tertinggal di jalanan. Sampah-sampah bekas pedagang kaki lima di daerah tersebut terbawa aliran air lalu tertinggal di badan jalan. (A-170/A-160)



Post Date : 15 Desember 2008