|
Pontianak,- Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bencana banjir yang akan melanda Kalimantan Barat bakal lebih menakutkan. Sebab banjir yang berasal dari curah hujan dan pasang surut laut air mencapai satu meter lebih. Perkiraan itu disampaikan Girwanto MT, Kepala Badan Metreologi Geofisikan (BMG) Pontianak, melalui Giri Darmoko, Koordinator Prakirawan, kepada Pontianak Post, kemarin. Ini pridiksi kita yang mengacu pada hasil pencatatan alat di BMG dan hasil pantauan Satelit NOAA. Mudah-mudahan saja tidak sampai terjadi. Setidaknya kita harus waspada dari sekarang. Lebih lanjut, kata Giri, ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir yang akan menenggelamkan Kalbar di bulan Desember mendatang bisa terjadi. Pertama, kata dia, curah hujan yang tercatat menjelang akhir tahun 2005 sangat tinggi, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bayangkan saja, kata Giri, berdasarkan catatan BMG Pontianak curah hujan untuk bulan September 2005 sudah mencapai 229,6 mm selama 16 hari. Kemudian yang mengejutkan lagi, curah hujan Oktober 2005. Kenaikannya sangat tinggi, yaitu 538,3 mm selama 23 hari. Sementara untuk November selama 18 hari sudah tercatat sebanyak 234,8 mm. Untuk November itu berdasarkan catatan sampai hari ini (kemarin, red). Tidak menutup kemungkinan curah hujan itu akan terus bertambah. Bahkan dipridiksi bisa melebihi curah hujan Oktober lalu, kata dia. Sementara untuk tahun 2004, BMG mencatat curah hujan untuk Oktober 182,0 mm selama 17 hari, September 308,9 mm selama 21 hari, November 351,3 mm selama 22 hari, dan Desember 421,6 mm selama 25 hari. Menurut Giri, faktor utama penyebab curah hujan di Kalbar menjelang akhir tahun 2005 meningkat tajam. Selain sudah masuk pada musim penghujan, yaitu Oktober-Januari, yang mengejutkan lagi karena di Samudera Hindia atau tepatnya di sebelah Barat Pulau Sumatera saat ini sedang terjadi Badai Tropis. Jadi imbah badai tropis itulah yang menyebabkan curah hujan mengalami peningkatan di Kalbar. Selain itu imbas lain dengan meningginya gumpalan awan-awan yang berbuntut hujan, kata dia. Menurut Giri perubahan iklim dengan disertai badai tropis di Samudera Hindai yang berimbas ke Kalbar tidak pernah terjadi. Tahun-tahun sebelumnya memang curah hujan meningkat, tapi tidak disertai dengan badai yang membuahi hujan dan gumpalan awan yang tercatat cukup meningkat di Kalbar. Badai tropis di Samudera Hindai, kata Giri, terlacak berkat kecanggihan Satelit NOAA dan catatan BMG Pontianak. Giri berkali-kali mengaku kalau curah hujan di Kalbar sangat tinggi dari tahun sebelumnya. Padahal menurut catatan BMG, kata dia, data itu baru dari Oktober-November. Sementara Desember-Januari belum tercatat. Namun sayangnya, kata dia, badai tropis yang terjadi Samudera Hindia tidak bisa diukur atau ditentukan seperti curah hujan. Menurut dia itu adalah peristiwa alam global. Badai tropis hanya bisa pantau melalui Satelit NOAA. Tetapi badai tropis itu diperkirakan akan berakhir sekitar pertengahan Desember 2005. Berdasarkan catatan dan akibat munculnya badai tropis itu, dijelaskan Giri. akhir tahun 2005 Kalbar diperkirakan akan terjadi banjir yang sangat tinggi. Apalagi faktor banjir itu tidak hanya disebabkan dari curah hujan saja. Tetapi akibat pasang surut air laut. Akibat badai tropis itu juga, kata Giri, pasang surut air laut akan mengalami kenaikan. Ketinggiannya mencapai satu meter. Perkiraan itu, kata Giri, bisa saja terjadi. Sebab melihat dari beberapa daratan rendah dan berdekatan dengan pantai, sudah mulai tergenang air pasang yang berasal dari pasang surut air laut. Menurut Giri, ketinggian pasang surut air laut satu meter bukan mengacu pada ukuran dari banjir-banjir sebelumnya yang pernah terjadi di Kalbar. Giri mencontohkan, bila tahun sebelumnya Kabupaten Sambas tergenang banjir satu meter, maka tahun ini akan lebih tinggi dengan ditambah satu meter tadi. Sementara itu, kata Giri, faktor lain penyebab banjir, adalah kurang berfungsinya saluran air di kota-kota. Kalau pun ada, kata dia, jumlah saluran air itu tidak terlalu banyak. Celakanya lagi saluran-saluran itu banyak yang tidak berfungsi dengan baik karena tersumbat. Sehingga aliran air tidak lancar. Banjir yang akan melanda Kalbar, kata dia, puncaknya akan terjadi pada Desember tahun 2005. berdasarkan perkiraan banjir kali ini paling tinggi. Sebab selain curah hujan yang sangat tinggi yang mencapai 300-400 mm, juga pasang surut air laut yang mencapai 1 meter. Ini berdasarkan hasil data yang kita teliti. Memang ada kecenderungan ada kenaikan pasang surut air laut. Penyebabnya sudah jelas yaitu perubahan cuaca secara global dan rusaknya lingkungan. Akibatnya alam kita tidak memiliki keseimbangan lagi, kata dia. Daerah Rawan Menurut Giri, yang paling rentan dengan banjir adalah kawasan Pantai Utara. sebab daerah ini berhadapan langsung dan dekat sekali dengan laut. Daerah-daerah itu adalah Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Ketapang. Daerah-daerah ini selain akan menghadapi luapan air pasang surutnya laut, juga akan menjadi tempat penampungan air hujan yang curahnya sangat tinggi berasal dari perhuluan sungai-sungai kecil. Sementara untuk kabupaten di pedalaman atau perhuluan, meskipun dinilai aman tetapi tetap saja harus diwaspai. Sebab daerah ini juga akan mengalami banjir yang disebabkan curah hujan. Namun banjir di kawasan perhuluan, kata dia, tidak akan lama. Sebab air hujan yang turun tentunya akan mengalir dan terbuang ke laut. Justru yang paling rentan dan dipridiksikan akan tergenang hebat oleh banjir adalah Kota Pontianak. Saya sempat rapat dengan Bapedalda Propinsi Kalbar membahas masalah ini. Memang kelihatannya Kota Pontianak untuk Desember mendatang akan terkena banjir tinggi, kata dia. Penyebab Kota Pontianak dipridiksi paling parah dari daerah lain, kata Giri, pertama karena akan menampung curah hujan yang sangat tinggi, pasang surut air laut yang mencapai satu meter, kirim air hujan dari pehuluan. Namun yang paling parah lagi, karena saluran air di Kota Pontianak banyak yang tidak berfungsi dengan baik. Sebab sudah banyak yang tersumbat. (bud) Post Date : 25 November 2005 |