PURWAKARTA (SI) – Ribuan warga dari empat kampung di Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,Jabar, terpaksa mengungsi menyusul ketinggian air akibat banjir di daerah tersebut mencapai dua meter, kemarin.
Musibah banjir di desa tersebut merupakan paling parah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berdasarkan pantauan harian Seputar Indonesia (SI) di lapangan, banjir telah merendam ribuan rumah di Kampung Batu Layang, Talibaju, Cikao II, serta Kampung Cilalawak. Sejumlah warga yang semula menyelamatkan diri di atas genteng terpaksa harus dievakuasi menggunakan perahu karet ke daerah yang bebas dari banjir.
Warga terlihat berbondongbondong mengungsi ke rumah saudaranya. Sebagian di antaranya menggendong balita, sembari membawa barang-barang elektronik. Semua baju yang digunakan terlihat basah, sementara hawa dingin pada malam hari sudah tak dirasakannya lagi.Warga hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri dan anggota keluarganya.
Kepala Desa Cikao Bandung, Saepul Hidayat mengakui, musibah banjir tersebut merupakan paling parah selama ini lantaran ketinggian air mencapai dua meter. “Sepekan terakhir ini memang kerap dilanda banjir, tetapi ketinggiannya hanya satu meter. Namun, kali ini ketinggian air dua kali lipat.
Bahkan,kantor desa yang letaknya di dataran lebih tinggi pun harus tenggelam, ”ungkapnya. Dia mengaku, banjir mulai memasuki rumah warga sejak Rabu (17/3) malam.Semakin malam,kata dia,ketinggian air terus meningkat hingga mencapai dua meter.Saepul menyatakan, bencana itu terjadi akibat luapan tiga sungai, masingmasing Sungai Citarum,Cinangka, serta Sungai Cikao.
“Luapan air terjadi akibat hujan terus menerus mengguyur daerah tersebut.” Camat Jatiluhur Totong Hidayat mendesak kepada Direktur Utama (Dirut) Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, Djendam Gurusinga agar membuka Pintu Air Curug. Desakan itu disampaikan melalui ponsel,kemarin.“ Tolong,Pak! Pintu Air Curug segera dibuka,sebab banjir di Desa Cikao Bandung semakin tinggi,” tandas Totong saat menghubungi Djendam melalui ponsel di hadapan para wartawan.
Dia meyakini, ketinggian air terus meningkat akibat tidak dibukanya Pintu Air Curug. “Dengan demikian, wajar saja luapan air menerjang perkampungan yang berada di bantaran Sungai Citarum.” Di bagian lain, ketinggian air akibat banjir di Kabupaten Kediri terus meningkat hingga 50 cm.Musibah banjir terjadi akibat luapan Sungai Kresek di Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.
Dampaknya, aktivitas pendidikan dan perekonomian di tiga desa,masingmasing Desa Susuhan,Sambiresik, dan Putih wilayah tersebut terhenti. Sebuah sekolah taman kanakkanak (TK) di Desa Susuhan terpaksa diliburkan karena terendam banjir.“Sejak Rabu (17/3) lalu,banjir sudah mulai tinggi,bahkan hingga lutut orang dewasa. Banjir juga masuk ke rumah sehingga aktivitas kami terganggu,”tandas Ida,salah seorang warga Desa Susuhan. (asep supiandi/solichan arif)
Post Date : 19 Maret 2010
|