BLORA (SINDO) – Banjir kembali melanda Kab Blora, dini hari kemarin. Sebanyak 3.352 rumah terendam akibat Sungai Bengawan Solo meluap. Banjir yang menggenangi ribuan rumah warga ini adalah yang ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir. Banjir kali ini merendam 21 desa di tiga kecamatan.Wilayah yang cukup parah terendam banjir adalah di Kec Cepu.Di wilayah ini, sebanyak 2.174 rumah di sembilan desa terendam hingga mencapai 2 meter.Sementara di Kec Kradenan,ada sekitar 650 rumah di lima desa terendam. Disusul Kec Kedungtuban dengan 528 rumah yang terendam di tujuh desa. Di Kec Cepu,genangan air paling parah di Dukuh Balun Gendeng,Desa Balun 2 meter. Sedang di Kec Kedungtuban, desa tergenang paling parah beradadiJimbungdanPanolan dengan ketinggian mencapai 1 meter.Sedang di Kec Kradenan rata-rata genangan air setinggi di atas lutut orang dewasa. Sarto, 37, salah seorang warga Dukuh Balun Gendeng, Desa Balun,Kec Cepu mengatakan, ketinggian air mencapai puncaknya sekitar pukul 00.10 dini hari kemarin. Selain hujan deras, banjir juga akibat Sungai Bengawan Solomeluap.”Airdatangcepat sekali. Dalam hitungan beberapa jam saja air sudah menggenangi rumah dengan ketinggian mencapai dada orang dewasa,” ujarnya kemarin. Kantor Kecamatan Cepu mencatat, sebanyak 2.174 rumah warga terendam dan ribuan warga harus mengungsi di beberapa tempat,seperti bantaran rel sekitar Stasiun Cepu, Plaza Cepu dan Sasana Suko. ”Walau sudah mulai surut tapi kita masih waspada karena arus air di rumah-rumah warga masih deras.Parahnya lagi daerah Ngawi,Jawa Timur katanya masih hujan terus,” ujar Camat Cepu Slamet Wiryanto kepada SINDO saat memantau banjir di Desa Balun, Kec Cepu, kemarin. Saat ini, kata dia, Tim Sar gabungan dari Sarda Pemprov Jateng, Bahari Rescue Yogyakarta dan Tim Sar dari Kantor Pol PP, Kesbang dan Linmas Kab Blora terus disiagakan untuk melakukan evakuasi warga. Pihaknya juga menyiapkan beberapa posko meliputi dapur umum dan posko kesehatan. ”Mereka terus disiagakan selama 24 jam,”ujarnya. Walau belum diketahui secara pasti, tapi diperkirakan kerugian akibat banjir kali ini mencapai ratusan juta rupiah. Beruntung,ribuan hektare sawah di Kec Cepu rata-rata sudah sudah dipanen sehingga kerugian lebih besar bisa ditekan. Camat Kradenan Anang Sri D mengatakan,dibanding banjir akhir Desember tahun lalu, jumlah rumah terendam di wilayahnya lebih sedikit yakni sekitar 650 rumah.”Hanya sekitar 40 % dibanding banjir kemarin,”ujarnya. Bupati Blora, RM Yudhi Sancoyo dan jajaran Muspida, kemarin (11/3) ikut menyerahkan bantuan berupa beras dan sembako kepada korban banjir di tiga kecamatan tersebut. Sementara itu, kalangan anggota DPRD Jateng mendesak pemprov segera membentuk desk khusus untuk menangani banjir. Desk ini penting karena bencana banjir telah melanda sebagian besar wilayah Jateng dengan kerugian mencapai triliunan rupiah. ”Bencana banjir di Jateng terjadi setiap tahun,namun anehnya pemprov seperti tidak melakukan langkah kongkret untuk menanganinya,” terang Sekretaris Komisi D DPRD Jateng Riza Kurniawan seusai rapat paripurna Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jateng akhir tahun anggaran 2007 di Gedung DPRD Jateng,kemarin. Dia menegaskan,pembentukan desk tersebut tidak harus menunggu awal tahun depan, atau perubahan anggaran. Sebab,tim bisa menggunakan dana melalui mekanisme mendahului anggaran. Caranya, pemprov segera mengajukan surat ke gubernur yang menyatakan bahwa pemprov membutuhkan anggaran untuk tanggap bencana, yang sifatnya mendesak. Sementara, dalam LKPJ yang disampaikannya di ha-dapan Dewan,Gubernur Jateng Ali Mufiz menilai kondisi prasarana jaringan irigasi yang menjadi kewenangan provinsi secara umum menunjukkan kinerja baik. Dia mengungkapkan, saat ini irigasi di bawah kewenangan pemprov, 72% dalam kondisi bauik, 25 % rusakringan, dan3% rusakberat. ”Pelaksanaan program pengendalian banjir yang intensif juga telah mampu mengurangi luas genangan pemukiman sekitar 90,58%,”jelas dia. (muhammad oliez/ khusnul huda) |