|
LUBUKLINGGAU (SINDO)-Empat kecamatan di Kota Lubuklinggau rawan banjir. Selain itu,sejumlah jalan protokol selalu terendam saat hujan karena buruknya sistem drainase. Belum lama ini hujan deras yang turun sekitar 1 jam telah membuat sejumlah kawasan di Kota Lubuklinggau,termasuk jalan-jalan protokol terendam air. Banjir tersebut terjadi lantaran banyak terjadi penyumbatan dan rusaknya saluran air atau drainase. Jika hujan turun terus menerus seharian bisa dipastikan banjir besar akan membuat warga Kota Lubuklinggau menderita. Drainase yang diharapkan menjadi solusi meredam derasnya air hujan ternyata tak mampu mengalirkan secara baik air hujan ke titik akhir pembuangan ke sungai-sungai. Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya kualitas bangunan siring atau got, baik yang lama maupun bangunan siring baru. Akibatnya air hujan yang memadati siring atau got di kawasan jalan protokol seperti Jl Yos Sudarso serta beberapa kelurahan dan kecamatan akhirnya meluber ke jalan-jalan. Bahkan, air setinggi sekitar 1 meter juga dapat masuk ke halaman serta rumah warga karena proses pengaliran siring ke drainase macet. Sejumlah kawasan di Kota Lubuklinggau dinilai sebagai daerah rawan banjir. Di antaranya di Kelurahan Bandung Kiri, tepatnya di belakang Kantor Lurah Bandung Kiri karena berdekatan dengan Sungai Mesat. Selain itu, Kelurahan Tabah Baru, juga berpotensi banjir yang berasal dari luapan Sungai Ulu Malus.Kawasan Kelurahan Margarejo, Jawa Kanan SS, dekat Jl Sumbawa, persisnya dekat Bioskop Gelora atau penginapan Hotel Citra juga termasuk daerah rawan banjir. Tak hanya itu, genangan air juga sering terjadi saat hujan deras di jalan-jalan protokol dan pemukiman warga setempat,antara lain di Jl Yos Sudarso, depan RS Sobirin, di depan gapura Jl Majapahit, Linggau Plaza, Lapangan Merdeka, kawasan Masjid Agung, di depan mie ayam 8888, di Jl Kalimantan Belakang toko 85, dan di depan Pasar Bukit Sulap serta beberapa perumahan di LubuklinggauTimur II. Salah seorang warga RT 07 Kelurahan Dempo,Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Mujiono ,50, membenarkan daerahnya rawan banjir. Bahkan, dia mengaku,jika hujan deras dirinya dan keluarganya tak bisa tidur, karena khawatir luapan air siring bakal masuk ke dalam rumahnya. ”Dulu pernah terjadi di sini rumah warga hanyut dibawa air Sungai Mesat,tapi saya lupa tahun berapa kejadiannya. Penyebabnya karena siring yang dibangun ini terlalu dangkal dan lebarnya sangat kecil sekali. Jadi dak bisa nampung kiriman air dari siring lain atau jalan, ya dampaknya jelas air meluap ke jalan,bahkan kalau hujan deras terus bisa masuk ke rumah air itu,”ungkapnya kepada SINDO,kemarin. Mujiono yang sudah tinggal hampir 20 tahun di kawasan ini sangat berharap Pemkot Lubuklinggau menata ulang bangunan siring dan memperbaiki drainase di daerah-daerah yang berdekatan dengan aliran sungai. “Jika hujan deras air Sungai Mesat dapat naik setinggi 2 meter lebih. Belum lagi kiriman air dari jalan-jalan raya yang larinya pasti ke sungai ini,”katanya. Ditemui terpisah,Koordinator Tim Tagana Kota Lubuklinggau Beni Alirat Sutra mengatakan penataan siring dan drainase di Kota Lubuklinggau belum baik. ”Kalau tidak segera diperbaiki ancaman banjir besarbenar- benarakanterjadidi Kota Lubuklinggau,”katanya kemarin.Pembangunan drainase harus jelas,walaupun hujan deras air hujan dan sungai tidak meluap atau meluber ke jalan-jalan dan masuk ke rumah-rumah warga. Berdasarkan data Tagana Lubuklinggau, dari 8 kecamatan tercatat sebanyak 4 kecamatan rawan banjir.Empat kecamatan tersebut yakni, Kecamatan Selatan I,Timur II,Utara I,dan Utara II. ”Setiap hari kalau hujan deras pasti tim piket tagana memantau di 4 kecamatan itu. Kalau ada ancaman serius, kami akan langsung berkoordinasi dengan pimpinan kami untuk segera mengambil langkah selanjutnya, guna mengevakuasi warga yang daerahnya terkena banjir,” katanya. Staf Bagian Dinas PU Pengairan Muhammad Asrop mengatakan,salah satu faktor penyebab macetnya fungsi siring karena rendahnya kesadaran warga Lubuklinggau membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya, banyak saluran air yang tersumbat. ”Ini dapat dilihat dari tindakan mereka,melihat siring dipenuhi tanah atau rumput, warga kadang diam saja. Seharusnya mereka melakukan gotong royong membersihkannya dan menjaga fasilitas yang sudah dibangun pemerintah itu,” katanya kemarin. (ade satia pratama) Post Date : 18 Maret 2009 |