JEPARA - Banjir kembali membesar pada Sabtu (16/2) malam dan Minggu (17/2) setelah banjir sedikit surut pada Sabtu siang. Lebih dari seribu jiwa hidup di pengungsian dan kini tengah dihadapkan pada habisnya logistik serta serangan penyakit pada anak-anak.
Kondisi itu terjadi di Desa Sowan Kidul, Kecamatan Kedung. Banjir di desa itu datang lagi dini hari kemarin akibat jebolnya dua titik tanggul sungai di desa tersebut. Dua titik yang jebol masing-masing 12 meter dan enam meter. Air bah dari sungai itu langsung menuju ke persawahan dan permukiman penduduk bagian timur. Akibatnya, ratusan rumah terendam banjir dan yang terparah dengan kedalaman satu meter. Warga yang telah mengungsi sejak Jumat lalu, sebagian kembali ke rumah. Namun akibat banjir susulan itu, mereka kembali dievakuasi ke pengungsian.
400 Keluarga
Petinggi Desa Sowan Kidul Muhajirin mengemukakan, hingga kemarin terdapat hampir 400 keluarga yang mengungsi. Sebagian di MI Muhammadiyah, sebagian lagi di Pondok Pesantren Al Muttaqin desa setempat. Mereka belum mendapatkan bantuan logistik dan stok beras habis saat dimasak di dapur umum untuk makan siang. ”Pengungsi makan siang tanpa lauk. Pada Sabtu beras masih satu kuintal tapi hari ini sudah habis,” ujar Muhajirin.
Sebanyak 200-an anak pengungsi yang kemarin dievakuasi ke Pondok Al Muttaqin menderita penyakit gatal-gatal, sementara obat habis. Belum ada tanda-tanda air surut dan banjir terus mendera karena tanggul yang jebol belum diperbaiki.
Di Desa Ketileng Singolelo, Kecamatan Welahan, 447 orang masih mengungsi di tiga titik, yaitu di MTs Ketileng, mushala, serta tanggul sebelah barat Welahan Serang Dranase (SWD) II. Banjir di desa itu akibat jebolnya tanggul SWD II sepanjang 25 meter di timur desa. Hingga kemarin belum ada upaya menutupnya.
Petinggi Desa Ketileng Singolelo Sukarno mengatakan, untuk sementara pengungsi yang telah bertahan di pengungsian selama tiga hari relatif masih cukup logistik. Hanya penyakit kulit menyerang sebagian besar mereka. Kordinator Lembaga Studi Aksi dan Refleksi (LSKaR) Jepara Ahmad Mahalli berpendapat, dampak banjir kali ini semestinya bisa diminimalisasi dengan perbaikan infrastruktur sungai yang memadai.
”Kami melihat kedalaman sungai dan kekuatan tanggul hasil perbaikan 2007 belum optimal,” tegas dia yang tinggal di Desa Sowan Kidul. Hal itu patut diperhatikan, mengingat dampak banjir ini sangat merugikan petani. Lebih dari 100 ha tanaman padi puso. (H15-69)
Post Date : 18 Februari 2008
|