|
SOLO (SINDO) – Banjir yang melanda sebagian wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan masih akan berlanjut mengingat puncak curah hujan baru akan terjadi pertengahan Februari. Hingga kemarin, banjir masih menggenangi sebagian wilayah di Jawa, terutama di daerah aliran Sungai Bengawan Solo. Setelah menggenangi Sukoharjo, Solo, dan Sragen (Jawa Tengah), banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo mulai mengancam wilayah hilir seperti Bojonegoro,Tuban, Lamongan,dan Gresik (Jawa Timur). Kemarin,luapan air Sungai Bengawan Solo mulai menerjang wilayah Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik. Sebagian sawah dan permukiman warga di 12 kecamatan di Bojonegoro yang berada di bantaran sungai mulai terendam air. Bojonegoro pun dinyatakan masuk siaga II (bahaya). Sejak Minggu (1/2) dini hari, warga yang bertempat tinggal di sepanjang Sungai Bengawan Solo mulai panik. Sekitar pukul 03.00 WIB, air terus meluap dan masuk ke permukiman warga di Desa Ledokwetan Kecamatan Bojonegoro. ”Air terus naik. Warga semua tidak tidur semalaman.Takut air tinggi mendadak,” kata Wati, salah satu warga Ledok Wetan. Dari data yang diperoleh SINDO dari alat ukur ketinggian air di samping pasar Kota Bojonegoro, air terus naik perlahan. Sekitar pukul 07.00 WIB, ketinggian air menunjukkan 14.30 phielscaal. Air terus naik pada pukul 11.30 WIB mencapai 14.46 phielscaal dan berdasarkan pantauan pukul 15.00 WIB ketinggian air mencapai 14.55 phielscaal. Sementara dari data di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Bengawan Solo di Bojonegoro, luapan sungai diprediksi akan terus naik.Karena,di wilayah hulu seperti Wonogiri, Sukoharjo, dan Solo di Jawa Tengah masih banjir. ”Kemungkinan banjir akan sampai pada ketinggian 15.00 phielscaal. Artinya Bojonegoro nanti akan sampai pada Siaga I (bencana,Red),”kata Koordinator Pengamanan dan Pengendalian BPSDA Bengawan Solo,Muljono. Jika di wilayah hulu terjadi curah hujan yang ekstrem, banjir di Bojonegoro juga akan bertambah. ”Banjir yang ada di Bojonegoro merupakan kiriman air dari wilayah hulu Sungai Bengawan Solo,”terangnya. Status Siaga II diberlakukan setelah hampir semua kecamatan mulai Padangan, Malo,Margomulyo, Ngraho, Kalitidu, Trucuk, Bojonegoro, Dander, Kapas, Kanor, Balen, dan Baureno tergenang air. Bupati Bojonegoro Suyoto meminta semua warga waspada banjir. Pihaknya mengaku sudah menyiapkan 7.000 karung pasir untuk antisipasi jika air terus meluap.Ribuan karung pasir itu rencananya akan dipakai untuk menutup perlintasan ke pemukiman yang membelah tanggul. ”Kami sudah siapkan semuanya,” katanya di sela-sela memantau banjir di Desa Ledok Wetan kemarin. Genangan juga dilaporkan terjadi di sebagian wilayah Lamongan dan Gresik.Ratusan rumah di 14 desa di Gresik dilaporkan terendam air dengan ketinggian beragam. Sementara itu,banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sukoharjo dan Solo kemarin berangsur surut.Warga yang sebelumnya mengungsi telah kembali ke rumah masingmasing. Kemarin,warga yang terkena banjir terlihat membersihkan rumah dari sisasisa banjir. Namun, banjir masih tersisa di Kabupaten Sragen yang juga dilalui Sungai Bengawan Solo. Kereta Terlambat Banjir di wilayah Sragen ini ternyata turut menggenangi jalur perlintasan kereta hingga mengakibatkan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api mengalami keterlambatan hingga empat jam. Kepala Humas PT KA Daop I Jabotabek Akhmad Sujadi mengatakan, kereta yang mengalami keterlambatan tiba di Jakarta adalah KA Eksekutif Gajayana dari Malang menuju Gambir yang sedianya tiba pukul 15.00 WIB terlambat selama empat jam menjadi pukul 19.00 WIB. ”Untuk keberangkatan tidak ada masalah,semuanya tepat waktu,”ujarnya. Akibat keterlambatan tersebut, jadwal keberangkatan KA Tawang Jaya tujuan Semarang yang sedianya berangkat pukul 21.30 WIB terlambat menjadi 23.30 WIB. Sujadi mengatakan, keterlambatan paling parah terjadi sehari sebelumnya hingga mencapai 12 jam. Akibatnya KA Gajayana yang sedianya tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB baru tiba di Jakarta pukul 07.00 WIB keesokan harinya. Sementara jadwal keberangkatan KA Gajayana dari Jakarta yang semestinya berangkat pukul 17.30 menjadi pukul 23.15 WIB. Selain itu, KA Ekonomi Matarmaja dari Malang- Senen juga mengalami hal yang sama. Kereta yang seharusnya tiba di Stasiun Senen pukul 10.00 WIB baru tiba di pukul 22.00 WIB. ”Kami berharap peristiwa ini tidak menimbulkan kecelakaan,” ujarnya. Banjir juga memutus jalur alternatif dari Kabupaten Ngawi ke Kabupaten Madiun, tepatnya di Kecamatan Kwadungan. Jalan raya tergenang air setinggi hampir 1 meter. Terus Waspada Menurut Kepala Pusat Diklat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Warsito Hadi, pertengahan bulan Februari merupakan puncak curah hujan yang harus diwaspadai. ”Saat ini kondisinya paling rawan bencana karena inilah puncak dari curah hujan, khususnya banjir yang harus diantisipasi. Terutama daerah Jawa, Sumatera, Bali, sebagian dari Kalimantan harus mendapat perhatian khusus,”ujar Hadi kepada SINDO tadi malam. Menurut Hadi,pemantauan curah hujan bisa dilakukan setiap hari untuk mengantisipasi datangnya banjir. Kepala Stasiun Klimatologi BMG Semarang M Chaeran mengatakan, melemahnya tekanan udara di wilayah Sumatera dan menguatnya tekanan udara di wilayah Australia berimbas pada tingginya curah hujan yang terjadi di Indonesia. Khusus Jawa Tengah, puncak curah hujan akan terjadi pada 10 hari pertama bulan Februari ini. Chaeran mengimbau agar semua pihak terkait penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor lebih waspada. Sebab bukan tidak mungkin curah hujan yang tinggi ini akan memicu terjadinya banjir dan bencana tanah longsor di sejumlah wilayah Jawa Tengah. ”Puncaknya memang dekade (sepuluh hari pertama) Februari. Berbagai kemungkinan terburuk mesti segera diantisipasi sejak dini. Untuk jaga-jaga saja daripada akibatnya fatal,” ujar Chaeran. (fahmi faisa/muhammad oliez/nanang fahrudin/ p juliatmoko/ sumarno/sucipto) Post Date : 02 Februari 2009 |