|
Gresik -- Luapan Sungai Bengawan Solo kemarin merambah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Kondisi banjir di hilir sungai yang panjangnya sekitar 600 kilometer ini tak kalah parah dibanding di daerah yang lebih dekat ke hulu, seperti Solo, Jawa Tengah. Hingga kemarin 39 desa dari empat kecamatan di Gresik terendam. Ketinggian air bervariasi, paling tinggi terjadi di Desa Sidomukti, Kecamatan Bungah, dengan ketinggian mencapai 2 meter. "Kerugian belum bisa kami taksir, yang jelas 400 hektare tambak siap panen amblas diterjang air," kata Miswar Syukur, Kepala Dinas Infokom Gresik. Bengawan Solo meluap sejak sepekan lalu. Akibatnya, banjir pun terjadi di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puluhan ribu korban masih dalam pengungsian, tercatat 89 orang tewas dalam banjir kali ini. Diperkirakan salah satu penyebabnya adalah intensitas hujan yang sangat tinggi, mencapai 100 milimeter dengan durasi delapan jam per hari, di samping hutan di Pulau Jawa yang juga sudah rusak. Penyebab lainnya, menurut Departemen Pekerjaan Umum, hulu Bengawan Solo juga sudah rusak. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Iwan Nursyirwan Diar, indikasi ini bisa dilihat dari kenaikan air sungai yang begitu cepat. "Dalam sehari air naik mencapai 3 meter. Artinya, air hujan langsung masuk ke sungai, tak tertahan vegetasi," katanya. Kondisi ini bertambah parah dengan kondisi waduk yang mengalami pendangkalan. Menurut Kepala Divisi Air dan Sumber Daya Air Perum Jasa Tirta (pengelola Waduk Gajah Mungkur) Suwartono, setiap tahunnya laju sedimentasi di waduk mencapai 3 juta meter kubik. Akibatnya, hampir separuh waduk terisi sedimen. Tingginya sedimen disebabkan oleh erosi dari sungai yang airnya ditampung oleh waduk yang terletak di Wonogiri, Jawa Tengah, itu. Ada enam sungai (dan belasan anak sungai) yang bermuara di Bengawan Solo. Akibatnya, kata Suwartono, daya tampung Gajah Mungkur, yang semula 500 juta meter kubik, berkurang menjadi 300 juta meter kubik. Dihubungi terpisah, Direktur Sungai, Danau, dan Waduk Widagdo menjelaskan, karena derasnya hujan, debit air yang masuk ke waduk pada hari banjir mencapai 1.100 meter kubik per detik. "Ketinggian normal 132 meter dan penuh dalam satu hari," katanya. Menurut Widagdo, waduk ini memiliki daya menghadapi banjir sebesar 200 juta meter kubik. Jika ketinggian waduk 135 meter sampai 136,5 meter, "Jasa Tirta memutuskan membuka pintu air Gajah Mungkur agar waduk tak jebol," katanya. Waduk Gajah Mungkur dibangun pada 1974 dan dioperasikan pada 1981 untuk mengendalikan banjir di daerah aliran Bengawan Solo. Waduk itu berfungsi sebagai penangkap air pertama sebelum digelontorkan ke Bengawan Solo. Saat dibangun, waduk ini digembar-gemborkan bisa bertahan hingga seabad. Belum setengah abad saja waduk terlihat rapuh. Dinding waduk sudah mulai rusak. Saat musim kemarau, waduk kering-kerontang hingga perlu hujan buatan. Sebaliknya, kala musim hujan, waduk terpaksa melepas debit air. Meski melepas air dalam jumlah besar, Jasa Tirta membantah jika dikatakan banjir terjadi akibat pembuangan debit air waduk yang berlebihan. "Gajah Mungkur hanya menyumbang 17 persen dari volume Bengawan Solo," kata Suwartono. RIEKA RAHADIANA | ROHMAN TAUFIQ | IMRON ROSYID Post Date : 03 Januari 2008 |