Banjir Bengawan Solo Kembali Sapu Tuban

Sumber:Koran Sindo - 08 Februari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
TUBAN(SINDO) Banjir susulan akibat luapan Bengawan Solo, kembali menggenangi permukiman warga di enam desa di Kecamatan Widang, Kab Tuban.

Banjir menerjang, setelah dua tanggul di Desa Tegalrejo dan Simorejo yang jebol belum selesai diperbaiki. Akibat banjir,warga didera krisis air bersih. Enam desa yang kembali diterjang banjir, di antaranya Desa Tegalrejo,Simorejo,Mrutuk, Mlangi, Kujung, dan sebagian Desa Compreng.

Desadesa itu berada di sisi utara Sungai Bengawan Solo yang membentang melewati Bojonegoro hingga Widang-Tuban. Tiga hari sebelumnya,banjir susulan kedua baru surut dari permukiman mereka.

Banjir lagi Mas. Padahal baru beberapa hari surut, kata Darno, salah satu warga Desa Tegalrejo. Warga sendiri memilih bertahan di rumah mereka, karena sebagian besar air hanya menggenangi jalan-jalan desa setinggi 3050 cm. Sedang rumah-rumah warga banyak yang tidak digenangi air karena fondasi rumahnya agak tinggi.

Meski demikian, Desa Simorejo hingga kini terisolir karena jalan menuju ke sana tertutup air,sehingga harus menggunakan perahu untuk menuju lokasi. Darmaji, salah satu warga lainnya mengaku, air mulai datang Rabu (6/2) sore yang berasal dari dua tanggul yang memang belum selesai diperbaiki.

Tanggul tersebut jebol saat banjir besar melanda kawasan itu akhir 2007 lalu.Air luapan sungai terus meninggi dan masuk ke permukiman warga.Airnya sekarang malah nggak naik,tapi juga tidak turun-turun,terangnya. Warga sendiri kemarin tampak bertahan di rumah mereka, karena aktivitas mereka terganggu genangan air yang berada di sekitar rumah mereka. Sebagian anak-anak memilih bermain perahu ban di tengah jalan yang digenangi air.

Meski banjir tidak besar, warga banyak yang berjaga- jaga menaikkan binatang ternak ke atas tanggul. Kami amankan dulu ternak. Khawatir mendadak banjirnya besar,terang warga. Menurut Sudarno,Kepala Desa Tegalrejo, banjir susulan ini adalah yang ke tiga kalinya di awal tahun ini.Alat berat sudah banyak didatangkan untuk menutup tanggul yang jebol.

Warga itu mengeluh soal lambatnya pembangunan tanggul. Karena jika meluap,warga kebanjiran terus, katanya. Terpisah,Muljono,Koordinator Pengendalian dan Pengamanan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Bengawan Solo membenarkan, jika tanggul belum selesai dikerjakan, yakni baru 30%. Ia juga belum bisa memastikan kapan proyek tersebut bisa diselesaikan.

Tapi yang jelas, targetnya segera, karena antisipasi banjir susulan, terangnya. amengakumasihterusber koordinasi dengan Pemkab Tuban untuk mencoba memperbaiki tanggul secepatnya. Lambatnya pembangunan kembali tanggul itu, disebabkan lokasi tanggul yang sulit dijangkau kendaraan yang mengangkutmaterial.Dengan kondisi itu,kemungkinan banjir masih bisa terjadi.

Sementara itu, banjir yang melanda warga di sepanjang pinggirsungaijugamenimbulkan penderitaan warga.Meski tidak mengungsi,warga sudah mulai kesulitan mendapatkan air bersih.Ini menyusul air sumur mereka yang tercemar air banjir.Warga khawatir, air sudah terkontaminasi dan berbahaya jika diminum.

Tapi mau bagaimana lagi,ya air itu tetap kami minum, terang Warno,salah satu korban. Selain itu,warga mengaku kerugian akibat banjir tersebut adalah lahan tambak ikan yang banyak dimiliki warga di Kecamatan Widang. Karena, ratusan hektare tambak tersebut kini seperti danau,sehingga ikan hilang dan penambak mengalami kerugian.

Menurut Warno, tambaktambak warga biasanya ditanami benih ikan bandeng,wader, serta udang.Hanya sejak akhir Desember 2007 lalu, warga belum bisa memastikan kapan panen dan menghasilkan uang. Karena, sampai saat ini tambak masih tergenang air.Padahal,tambak itu sumber penghasilan kami, terangnya.

Pengungsi Mulai Kembali

Selama tujuh hari bertahan di tenda pengungsian, 300 warga Desa Jarangan, Kec Rejoso, Kab Pasuruan, akhirnya mulai kembali ke rumah masing-masing. Korban banjir ini mengaku, sudah tidak betah tinggal pengungsian. Selain itu,genangan air juga sudah mulai surut sejak pagi kemarin.

Dari pantauan SINDO, air sudah setinggi mata kaki.Sudah nggak betah, apalagi bantuan juga minim.Selain itu,banjir juga sudah surut, ujar Mucklis, salah searang warga. Selama sepekan hidup dalam pengungsian,warga desa ini memang menjalani aktivitas dalam serba keterbatasan. Mereka tidur dalam tenda berdesakan-desakan.

Selain itu,untuk makan mereka juga kesulitan. Sebab, kompor yang tersedia hanya tiga buah. Karena itu, mereka banyak mengandalkan bantuan.Pakaian juga tidak ada gantinya, bantuan selimut juga terbatas, ujar pengungsi lainnya. Pascabanjir, Puskesmas Rejoso dan balai pengobatan masih dipenuhi warga.Kebanyakan warga masih terserang penyakit gatal-gatal, sesak, dan demam.

Dari wajahwajah mereka, terlihat lesu dan kurang bergairah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Pasuruan mengatakan,pengobatan untuk korban bencana banjir masih digratiskan. Memang yang paling banyak gatal-gatal dan demam, ujar Kepala Dinkes Pasuruan dr Nanang Hari. (nanangfahrudin/ rachmad tomy)



Post Date : 08 Februari 2008