Banjir Belum Dapat Diatasi

Sumber:Kompas - 11 November 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Banjir yang menjadi salah satu persoalan utama dan klasik di Jakarta kembali menghantui warga di awal musim hujan ini. Banyak orang meragukan kesiapan pemerintah dalam mengatasi banjir, terutama dengan mulai tergenangnya tiga kawasan di Jakarta Timur beberapa hari lalu.

Petikan wawancara dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, yang ditemui dalam beberapa kesempatan terpisah, berikut barangkali bisa jadi gambaran kecil betapa persoalan banjir di Jakarta masih menghantui warganya.

Musim hujan sudah kembali datang dengan curah yang tinggi. Bisakah Jakarta terbebas dari banjir pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang?

Sampai saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta belum dapat menjamin Jakarta akan terbebas dari banjir. Banjir dapat terjadi jika curah hujan (tinggi) dan kiriman air dari sungai-sungai di kawasan hulu melebihi daya tampung sungai yang ada di Jakarta.

Belajar dari pengalaman banjir besar Februari 2007, apakah yang sedang dan sudah dilakukan Pemprov DKI?

Pemprov sedang membersihkan dan memperbaiki sekitar 230 lokasi jaringan drainase, mulai dari tingkat permukiman sampai tingkat kolektor. Pengerukan Sungai Ciliwung, Cideng, dan Banjir Kanal Barat juga sudah mulai dikerjakan. Pompa-pompa air yang menjadi tanggung jawab Pemprov DKI juga diperbaiki agar dapat digunakan pada saat terjadi genangan besar.

Apakah langkah-langkah itu cukup untuk mengatasi banjir di Jakarta?

Tidak cukup. Langkah-langkah itu dapat mengurangi banjir di beberapa kawasan, tetapi tidak dapat mengatasi banjir di semua tempat.

Mengapa?

Usaha untuk mengatasi banjir harus dilakukan secara terintegrasi, dari hulu sampai ke hilir. Perbaikan saluran drainase dan sungai di Jakarta, sebagai kawasan hilir, tidak akan berarti apa pun jika kawasan hulu sungai tidak diperbaiki. Di sisi lain, Jakarta memiliki 13 sungai dan ratusan jaringan drainase yang harus dinormalisasi dan diperbaiki. Anggaran yang tersedia untuk mengatasi banjir saat ini sebesar Rp 272 miliar belum memadai karena dibutuhkan minimal Rp 1,2 triliun untuk memperbaiki semua jaringan drainase. Dana yang dibutuhkan semakin besar jika harus menormalisasi ke-13 sungai.

Jika kondisinya seperti itu, apakah DKI Jakarta memiliki terobosan cepat untuk mengatasi banjir?

Banjir tidak dapat diselesaikan dalam semalam. Penyelesaiannya membutuhkan langkah-langkah yang terencana dan bertahap. Saat ini, Jakarta sedang membangun Banjir Kanal Timur (BKT) untuk mengatasi banjir di timur Jakarta. Jika sudah selesai, BKT dapat mengatasi banjir di kawasan seluas 150 kilometer persegi atau sekitar seperempat dari kawasan Jakarta, yang luasnya mencapai 650 kilometer persegi.

Apakah BKT dapat difungsikan untuk mengatasi banjir di puncak musim hujan kali ini?

Belum. Pembebasan lahan di Jakarta Timur dan di Jakarta Utara belum selesai. Banyaknya kasus tanah yang dalam status sengketa dan faktor keterbatasan dana membuat pembebasan lahan masih terkendala. Pembebasan dan penggalian lahan ditargetkan bakal selesai di akhir 2007. Jika perlu, dana pembebasan lahan dititipkan di pengadilan agar pihak yang bersengketa dapat mengambilnya setelah menyelesaikan masalah mereka. Pembangunan fisik BKT akan dimulai tahun 2008.

Bagaimana dengan normalisasi sungai dan penertiban permukiman liar di bantaran dan badan sungai?

Normalisasi sungai sangat terkait dengan penertiban permukiman liar yang menyempitkan badan sungai dan menyebabkan pendangkalan. Namun, penertiban itu belum dapat dilakukan secara massal karena Pemprov DKI belum memiliki tempat atau rumah susun untuk merelokasi mereka. Jumlah para pemukim liar di Jakarta mencapai lebih dari 70.000 keluarga sehingga butuh rumah susun dalam jumlah besar. Jika saya memaksa untuk mengusir mereka semua tanpa tempat relokasi, saya pasti dianggap otoriter, tidak berperikemanusiaan, dan mendapat tentangan dari banyak pihak.

Jika banjir belum dapat diatasi, apakah langkah yang disiapkan Pemprov DKI untuk meminimalkan korban banjir?

Pemprov sudah berkoordinasi dengan TNI, polisi, PMI, tim SAR, dan semua komponen masyarakat lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk jika banjir benar-benar datang. Lebih dari 3.500 petugas sudah dilatih dan disiapkan di banyak kawasan rawan banjir untuk memberi peringatan dini bagi warga yang akan terkena banjir, melakukan evakuasi, mendirikan pos pengungsian, dapur umum, dan pusat medis. Gladi kesiapan sudah digelar beberapa kali di lokasi berbeda agar masyarakat dapat merespons peringatan dini sebelum terjadinya banjir. (Caesar Alexey)



Post Date : 11 November 2007