|
JAKARTA(SINDO) Banjir di DKI Jakarta tampaknya akan sulit diatasi.Indikasi ini dilihat dari minimnya jumlah penampungan air di Jakarta saat ini. Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemprov DKI Jakarta, jumlah lahan yang difungsikan untuk penampungan air seperti situ, waduk, kali, atau sungai hanya 2,9% atau 1.885 ha dari luas Jakarta yang mencapai 65.000 ha atau 661.26 km2.Padahal,untuk mengantisipasi musibah banjir, Jakarta idealnya harus memiliki 8% atau sekitar 52.000 ha tempat penampungan air. Minimnya jumlah penampungan tersebut disebabkan karena beberapa hal antara lain banyak lahan resapan air yang berubah fungsi menjadi perumahan atau pemukiman penduduk. Akibatnya, air tidak dapat tertampung pada saat musim hujan tiba.Perbandingan water ratio atau tempat penampungan air dengan luas Jakarta tidak seimbang, sehingga saat musim hujan banjir kerap terjadi,ujar Kasubdis Pengembangan Sumber Daya Air dan Pantai Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta I Gede Nyoman Soeandi kemarin. Selain itu,kendala lain adalah minimnya anggaran yang dimiliki pemerintah untuk membangun tempat-tempat penampungan airsepertisitudanwaduk Tidak hanya itu,banyak tempattempat penampungan air yang tidak terawat sehingga dimanfaatkan pihak-pihak tertentu.Upaya pemerintah untuk membangun tempat penampungan air tidak diikuti dengan kesadaran dari masyarakat untuk menjaganya. Untuk menambah 0,5% saja sangat sulit,paparnya. Dia menambahkan,upaya pemerintah mengatasi masalah banjir dengan membangun Banjir Kanal Timur (BKT) belum sepenuhnya menjadi solusi.Pembangunan BKT, kata dia, nantinya akan berfungsi sebagai saluran bagi beberapa sungai yang melintas di Jakarta. Jika pembangunan BKT selesai,itu belum bisa mengatasi masalah banjir yang terjadi di Jakarta,ujarnya. Kendati demikian, dia mengakui Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya pengendalian banjir.Upaya tersebut diantaranya melalui earlywarning atau peringatan dini dengan melakukan pengamatan di sejumlah lokasi seperti di Kali Krukut Hulu, Kali Ciliwung,Kali Cipinang Hulu, Kali Pesanggrahan,termasuk pengamatan di sejumlah pintu air seperti pintu air Manggarai, Depok, dan Katulampa. Selain itu, pihaknya melakukan berbagai persiapan seperti kesiapan sarana dan prasarana, personel. Kami berharap early warning ini dapat dijadikan peringatan bagi masyarakat dalam mengantisipasi musibah banjir, jelasnya. Selain itu, early warning pemerintah juga melakukan normalisasi dan pengerukan di sejumlah kali seperti Kali Tanjungan, Jakarta Utara, Kali Jati Kramat, Buaran, Jakarta Timur. Kali Adem, Kali Krukut. Kami juga membangun sejumlah pompa air di sejumlah lokasi,diharapkan pada akhir tahun segera selesai sehingga pada 2008 bisa digunakan,jelasnya. Kasudin PU Tata Air Pemkot Jakarta Pusat Heriyanto mengaku, untuk mengantisipasi banjir, pihaknya akan menertibkan sejumlah bangunan liar yang berdiri di atas saluran air, di antaranya, di Kali Angke, Kali Jilangkeng, dan Kali Grogol. Bangunan tersebut dianggap sebagai penyebab utama tersumbatnya aliran air sehingga perlu ditertibkan,ujarnya. Sementara itu,penjaga Pintu AirManggaraiJakartaSelatanDian Nurcahyo mengatakan,sejauh ini kondisi air di Pintu Air Manggarai masih berada dalam batas normal.Menurutnya,jikahasilpemantauan di sejumlah pintu air ketinggian air mengalami peningkatan, pihaknya akan memberitahukan hal tersebut kepada petugas poskobanjirdiDinasPUJati Baru yang merupakan bagian dari early warning.Kami akan selalu berkoordinasi kepada pihakpihak terkait,tegasnya. (sucipto) Post Date : 01 November 2007 |