Banjir Bandung Selatan Meluas

Sumber:Koran Sindo - 28 November 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG(SINDO) – Banjir yang melanda kawasan Bandung selatan di Kecamatan Majalaya,Baleendah,dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung,kian meluas dibanding hari-hari sebelumnya. 

Banjir yang merendam Kampung Cieunteung RW 20,Kelurahan/ Kecamatan Baleendah, hingga kemarin tepat mencapai satu bulan.Ketinggian air di lokasi tersebut mencapai 30 cm hingga 1 meter. Sekitar 450 kepala keluarga (KK) di kampung tersebut terisolasi banjir. Parahnya, warga setempat belum mendapatkan bantuan makanan dan pakaian, meski ratusan warga lainnya sudah mengungsi ke Gedung DPC PDIP Kabupaten Bandung dan di tenda pengungsian yang didirikan di Taman Kota Baleendah.

Sementara sebagian besar menumpang di rumah kerabat mereka. Penderitaan itu diungkapkan warga saat Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meninjau lokasi banjir kemarin. “Kami yang terisolasi di sini justru belum mendapat bantuan logistik sama sekali.Padahal jika bantuan datang, kami akan prioritaskan bagi korban banjir yang terpaksa mengungsi dan kini kesulitan mendapatkan makanan,”’ ujar Ujang Mulyadi,30,salah seorang warga kampung tersebut.

Ketua RW 20 Kampung Cieunteung Jaja Sadeli mengatakan, bantuan logistik sangat dibutuhkan mengingat banjir selama 30 hari itu sudah merusak kegiatan sosial, ekonomi, dan pendidikan di kampung mereka. “Selain itu,kami berharap dengan kedatangan Bapak Gubernur, ke depan masalah banjir di Cieunteung ditangani secara komprehensif.” “Kami bersyukur dan berterima kasih atas kunjungan Bapak Gubernur.

Baru kali ini ada kunjungan pejabat pemerintah yang rela berbasahbasahan untuk menengok kampung kami,” ungkap Jaja. Heryawan menegaskan, bantuan logistik berupa sembako yang disalurkan Pemprov Jabar harus sampai ke seluruh korban banjir di Kampung Cieunteung.“Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memfasilitasi apa yang dibutuhkan warga korban banjir,”ujar Heryawan.

Dia menyatakan, mulai 2009 nanti seluruh kegiatan penghijauan hutan akan diarahkan ke hulu sungai di Jabar.Selain reboisasi,pihaknya pun mengusulkan program pengerukan Sungai Citarum senilai Rp80 miliar kepada pemerintah pusat, dan pemangkasan Curug Jompong senilai Rp400 miliar. “Curug Jompong dinilai menjadi penyumbat aliran air sungai di bagian hulu Citarum.

Jika dasar curug dipangkas, maka ketinggian Sungai Citarum bisa turun hingga 2,5 meter,”papar Heryawan. Berdasarkan pantauan SINDO kemarin, air belum menunjukkan tanda-tanda surut. Rata-rata ketinggian air masih mencapai 50–80 cm. Kondisi serupa dialami pula warga Kelurahan Andir,Baleendah, yang sampai siang kemarin masih terendam air setinggi 1–1,5 meter.

Ketua RT 01 Kampung Jembatan Hadi Aminjaya mengatakan, air mulai naik pada Kamis (27/11) sekitar pukul 01.00 WIB.“Dari 8 RT yang ada dengan 880 kepala keluarga (KK), hampir 95% rumah warga terendam banjir. Ketinggian banjir mencapai 1,5–2 meter. Kondisi ini dialami sejak Sungai Cisangkuy disodet dan dibuat lurus memanjang pada 2004,” papar Hadi.

Sementara itu, banjir cileuncang di Perumahan Bumi Panyileukan,Kota Bandung, hingga kemarin juga masih belum surut.Apalagi sepanjang hari kemarin hujan tetap turun. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Rusjaf Adimenggala, banjir di kawasan tersebut akan berlangsung lama. Pasalnya, perumahan tersebut berada di dataran rendah dan dibangun 3–6 meter di bawah tanggul Sungai Cipaduk (bukan Citarik seperti diberitakan sebelumnya) yang jebol.

Guna meminimalisasi dampak banjir, pihaknya telah memperbaiki tanggul yang jebol dengan beronjong (batu dan kawat) yang sifatnya sementara.“Yang terjadi di sana (Panyileukan) sudah kami tangani dengan memperbaiki tanggul walaupun sifatnya hanya sementara,” kata Rustaf saat dihubungi SINDO. Dia memaparkan, luapan air yang berasal dari hulu Sungai Cipaduk di Kabupaten Bandung, berimbas pada banjir yang terjadi di wilayah Kota Bandung.

Hal tersebut diperparah dengan tertutupnya sistem drainase karena pembangunan yang dilakukan pengembang perumahan. Sehingga air di perumahan yang lebih dulu dibangun menjadi tersumbat. Menurutnya, semua pihak harus pula bertanggung jawab. Bukan hanya pemerintah dan pengembang, tapi juga masyarakat yang kerap membuang sampah sembarangan. (iwa ahmad sugriwa/ wisnoe moerti)



Post Date : 28 November 2008