|
BANDUNG, (PR).Banjir yang menggenangi sejumlah kawasan di Kec. Dayeuhkolot dan Baleendah Kab. Bandung meluas menyusul hujan deras yang berlangsung Minggu (12/2) petang hingga malam. Namun, Kampung Parunghalang yang selama ini menjadi daerah pertama digenangi banjir, justru sama sekali tak tersentuh, karena kolam penampung air seluas 3.500 m2 dengan kedalaman 3,5 meter, relatif berfungsi. SEORANG pengendara motor nekat memacu kendaraannya menerobos genangan air di Kp. Ciputat Kel. Andir Kec. Baleendah Kab. Bandung, Senin (13/2).*HAZMIRULLAH /"PR" Pantauan "PR", Senin (13/2), setidaknya sudah ada 3 anak Sungai Citarum yang meluap lantaran tak mampu lagi menampung air, yakni Sungai Citepus, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cisangkuy. Luapan air dari Sungai Citepus merendam sejumlah RW di Kampung Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan Kec. Dayeuhkolot dengan kedalaman 90-100 cm. Luapan air Sungai Cisangkuy menggenang di sejumlah RW di Kel. Andir Kec. Baleendah. Sedangkan, luapan air Sungai Cikapundung membanjiri sejumlah RW di Desa Citeureup Kec. Dayeuhkolot dan Desa Bojongsari Kec. Baleendah. Tercatat 407 rumah di Bojong Citepus terendam luapan air Sungai Citarum. Sedikitnya 579 kepala keluarga terpaksa harus mengungsi akibat rumah yang mereka diami terendam banjir dengan kedalaman 1-3 meter. Ketua RW 09 Kampung Bojong Citepus, Lili Suhaeli menyebutkan, hingga Senin (13/2), belum ada bantuan dari pemerintah kabupaten. "Kami sangat mengharapkan bantuan, sudah seminggu kami kebanjiran. Jangankan bantuan, kunjungan pun belum ada," ujarnya seraya menambahkan "warga yang rumahnya terendam sebagian besar masih diam di rumahnya masing-masing. Lili juga minta rencana pengerukan Citarum dipercepat dan projek pembuatan kolam penampungan air yang diharapkan mampu mengatasi masalah banjir segera diselesaikan. "Sudah 2 tahun projek itu berjalan, tapi belum selesai juga," katanya. Buang limbah Sementara itu, banjir juga merendam 72 rumah dan 2 masjid di Kampung Citepus Desa Pasawahan, Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung. Sebanyak 150 kepala keluarga atau sekitar 400 jiwa harus merelakan rumahnya terendam air dengan kedalaman 30 cm sampai 2 meter. Ketua RW 01 Kampung Citepus, M.Taufik, mengatakan banjir ini diperparah dengan perilaku pengusaha yang sengaja membuang limbahnya pada saat hujan. Tindakan pengusaha yang berada di Jln. Cisirung itu sering dilaporkan ke pemerintah, tetapi tidak pernah didengar. Sampai saat ini, lanjut Taufik, bantuan yang datang baru dari pemerintah provinsi berupa mi instan, sarden, dan kue kaleng serta bantuan obat-obatan seperti paracetamol dan obat gatal dari Puskesmas Cangkuang. Aktivitas terganggu Aktivitas masyarakat di daerah-daerah yang tergenang air itu cukup terganggu. Sejumlah jalan tak bisa dilalui kendaraan bermotor karena dalamnya genangan air. Seperti di jalan raya yang menghubungkan Dayeuhkolot-Rancamanyar via Andir. Lalu lintas di sepanjang jalur tersebut lumpuh. Hal yang sama terjadi di Kampung Babakan Desa Citeureup Kec. Dayeuhkolot. Masyarakat yang biasa menggunakan jasa ojek terpaksa berjalan kaki untuk mencapai Jln. Raya Dayeuhkolot. Sementara, masyarakat dari Kampung Cijeruk dan Kampung Cigebar Desa Bojongsari, memilih jalan memutar melintasi petak-petak sawah di Kp. Cikoneng. Masyarakat mulai diliputi perasaan tak menentu. Mereka masih terkenang akan bencana tahun lalu yang memaksa mereka hidup dalam suasana banjir hampir 2 pekan. "Ini baru awal. Kami khawatir kejadian tahun lalu berulang," ujar Rudi (26), warga Kampung Ciputat Kel. Andir Kec. Baleendah. (A-125/A-157) Post Date : 14 Februari 2006 |