Banjir Bandung Meluas

Sumber:Pikiran Rakyat - 19 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Banjir menggenangi belasan ribu rumah di sedikitnya delapan kecamatan di Kabupaten  Bandung, Kamis (18/2). Kecamatan tersebut yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, Pangalengan, Majalaya, Kertasari, Ibun, Pasirjambu, dan Banjaran.

Di Banjaran, luapan Sungai Cisangkuy merendam ribuan rumah di delapan desa, yaitu  Desa Banjaran Wetan,  Banjaran, Kamasan, Tarajusari, Sindangpanon, Kiangroke,  Margahurip, dan Neglasari dengan ketinggian 1-2 meter. Listrik di Kec. Banjaran dipadamkan sejak kemarin sore, untuk menghindari korsleting.

Sementara itu, akibat jebolnya tanggul Sungai Cironggeng, sedikitnya 96 rumah di Jln. Cingised, RW 06 Kel. Cisaranten, Kec. Arcamanik, Kota Bandung terendam. Di beberapa titik ketinggian air bahkan mencapai delapan puluh sentimeter. Lebih dari seratus warga terpaksa mengungsi ke Puskesmas dan Rusunawa Cingised.

Berdasarkan pemantauan ”PR” hingga Kamis (18/2) pukul 21.30 WIB, ketinggian air di beberapa titik masih setinggi paha orang dewasa dan arusnya cukup deras. Menurut pengakuan warga, ketinggian air sudah mulai surut dibandingkan dengan pukul 16.00 WIB yang setinggi paha orang dewasa.

”Tanggulnya sudah jebol sejak kemarin. Pukul enam sore air sudah masuk ke rumah sampai mata kaki. Makin malam air makin tinggi, pukul sembilan malam sudah setengah betis. Hari ini malah makin besar. Tadi sore, pukul empat air naik  sepaha,” ujar Mira (30), warga Jln. Cingised, yang terpaksa mengungsi ke Puskesmas Rusunawa Cingised.

Camat Banjaran Iman Irianto kepada ”PR”, Kamis (18/2) malam mengatakan, banjir kali  ini terbilang besar dalam lima tahun terakhir karena biasanya hanya Desa Kamasan yang rawan banjir. ”Kalau  ketinggian di jalan raya ada yang hingga setengah meter, di permukiman warga bisa  mencapai 1-2 meter,” ucapnya.

Hingga berita ini diturunkan, Polsek Banjaran dan Muspika Banjaran dibantu oleh tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Garda Caah, masih mengevakuasi warga. ”Kami masih membutuhkan banyak perahu untuk melakukan evakuasi,” ujarnya.

Banjir paling parah di Kec. Banjaran menerjang Desa Banjaran Wetan dan Kamasan  dengan ketinggian dua meter. ”Hanya ada dua desa yang tidak dilaporkan tergenang,  kalaupun ada mungkin hanya genangan kecil, yaitu di Desa Pasirmulya dan Mekarjaya,”  kata Iman.

Akibat banjir tersebut, arus lalu lintas Pangalengan-Banjaran, Soreang-Banjaran, dan Baleendah-Banjaran terputus sejak pukul 17.00 WIB.

Banjir yang sejak dua minggu ini menggenangi Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot, kemarin kembali meninggi. Ketinggian air rata-rata di kedua kecamatan ini  2-3 meter. Di Kec. Baleendah, banjir menggenangi Kel. Baleendah dan Kel. Andir.  Sementara di Kec. Dayeuhkolot, air menggenangi empat desa di Desa Dayeuhkolot,  Desa Pasawahan, Desa Citeureup, dan Desa Cangkuang Wetan dengan ketinggian 1-2 meter.

Ketua RW 20, Jaja mengatakan, ketinggian air di Jln. Mekarsari (jalan utama Kp.  Cieunteung-red.) tergenang lebih dari dua meter. ”Berarti di permukiman dalam gang  mencapai tiga meter,” ucapnya.

Di Kec. Baleendah, pengungsi ditempatkan di delapan titik, yaitu GOR Kel. Baleendah, Gedung Juang, Aula Kwarcab Pramuka, Gedung KNPI, Aula Gedung DPC PDIP, tenda  Kp. Muara, Tenda RW 9 dan 13 Kel. Andir. Mayoritas pengungsi bahkan belum pulang ke rumah sejak dua puluh hari lalu.

Longsor dan banjir bandang juga menggenangi beberapa desa di Kec. Pangalengan. Kemarin sore, longsor di enam titik terjadi di Jln. Raya Pangalengan KM 30. Camat Pangalengan Harris Taufik kepada ”PR” mengatakan, masih ada belasan titik longsor kecil, dengan jangkauan hingga dua kilometer.

”Karena longsor yang terjadi Selasa lalu, masih ada alat berat di Kec. Pangalengan,  sehingga pukul 20.00 WIB pemindahan material longsor sudah selesai dilakukan, dan setengah badan jalan yang sebelumnya tertutup longsor sudah bisa dibersihkan,” ucapnya.  Sementara banjir bandang yang membawa lumpur setebal lima puluh sentimeter hingga satu  meter, menerjang puluhan rumah di Kp. Babakan Desa Banjarsari, Kp. Cisurili Desa  Pangalengan, dan Kp. Rancamanyar Desa Margamukti.

”Sekitar pukul 19.00 WIB air mulai surut, tetapi karena menyisakan lumpur maka warga berusaha lebih keras untuk membersihkan rumah,” kata Harris.

Selain Kec. Pangalengan, daerah hulu Sungai Citarum yang tergenang banjir adalah Kec. Kertasari. Sedikitnya dua desa yaitu Cikembang dan Tarumajaya sempat terendam banjir bandang dengan ketinggian air tiga puluh sentimeter hingga satu meter, kemarin sore.

”Air berasal dari curah hujan yang tinggi di daerah pegunungan sehingga ratusan rumah terendam. Namun, sekitar pukul 17.00 WIB sudah surut, meskipun meninggalkan lumpur yang tebal,” kata Ayi Iskandar, Kepala Desa Tarumajaya.

Ditemukan meninggal

Seorang anak berusia empat tahun, Yadi Sopyandi, warga Kp. Sindangsari  RT 6 RW 16 Kel. Manggahang, Kec. Baleendah, yang sempat hilang karena diduga terseret arus air di saluran irigasi Citunggul, Kamis (18/2)  ditemukan tidak bernyawa. Jenazah Yadi ditemukan tersangkut di salah satu akar yang terdapat di saluran irigasi yang sama, di Kp. Sindangsari RT 6 RW 15 Kel. Manggahang, Kec. Baleendah.

Jenazah Yadi ditemukan pukul 10.25 WIB oleh beberapa orang yang sedang  melakukan pencarian. Jarak antara lokasi Yadi diduga hilang, Rabu  (17/2) sekitar pukul 13.00 WIB, sekitar 150 meter dari lokasi jenazah  ditemukan. Jenazah langsung dimakamkan pada pukul 12.15 WIB, di Kp.  Sindangsari RT 6 RW 15 Kel. Manggahang, Kec. Baleendah.

Ayah Yadi, Yayan Susyana (40), ketika ditemui di kediamannya, Kamis  (18/2) menuturkan, dirinya sangat terkejut ketika mendapati nyawa anak keduanya sudah tidak bisa diselamatkan.

Banjir lumpur

Banjir lumpur susulan dari arah retakan tanah di Curug Awul di Gunung Cikahuripan anak Gunung Guntur Desa Tanjungkarya, Kec. Samarang, Kab. Garut terus berlangsung sepanjang Kamis (18/2). Areal kawasan pertanian dan rumah-rumah warga yang terendam lumpur meluas. Warga yang masih  berupaya mengevakuasi barang-barang di kediaman mereka panik berlarian  menyelamatkan diri menuju tempat yang lebih tinggi.

Curah hujan yang deras mulai turun sekitar pukul 13.00 WIB di kawasan tersebut. Aparat dari Polres Garut dan TNI Kodim 0611 Garut  langsung menyisir lokasi-lokasi yang masih terdapat warga untuk mengajak mereka turun ke wilayah yang lebih aman.

Setelah diberi peringatan adanya banjir lumpur susulan, warga berlarian menuju daerah yang lebih aman. ”Tadi saya sedang angkut-angkut barang di dalam rumah. Terdengar dari luar suara Pak Polisi yang ngasih tahu ada banjir lumpur  susulan, ya langsung saja batal ambil barang-barang dan lari,” ujar  warga Kp. Makam, Ajidin (45).

Berita ”PR” sebelumnya, lumpur tebal yang bergulir dari retakan Gunung  Cikahuripan anak Gunung Guntur menerjang 22 rumah di Kp. Makam, Desa  Tanjungkarya, Kec. Samarang, Kab. Garut, Rabu (17/2). Sedikitnya lima kampung yang berada di sekitar lokasi tersebut disterilkan dan lima ratus penghuninya dievakuasi ke daerah yang lebih aman. Tidak ada  korban jiwa dalam kejadian tersebut, tetapi sembilan warga sempat terkepung lumpur karena sedang berada di kediamannya saat banjir lumpur menyapu daerah tersebut.

Dipicu curah hujan yang tinggi, lapisan lumpur yang sempat terhambat di bagian hulu Sungai Cisaat akhirnya kembali bergulir memenuhi permukiman warga dan areal pertanian. Sejumlah kawasan yang tersapu banjir lumpur  di antaranya permukiman Kp. Makam, Kp. Tanjung Jaya, Kp. Awiligar, dan  Kp. Pasir Muncang

Dorongan lumpur yang kuat menyebabkan jembatan yang menghubungkan  perkampungan menuju kantor Desa Tanjungkarya sepanjang 10 meter dan lebar 5  meter tersapu aliran lumpur dan akses lalu lintas terputus. Sejumlah akses lalu lintas sampai ke Desa Panji Wangi Kec. Tarogong Kaler pun tertimbun lumpur dan tidak bisa dilalui kendaraan.

”Kalau kondisi seperti ini, kami akan semakin kesulitan. Pengiriman logistik kebutuhan warga di pengungsian akan lambat sampai. Selain itu, rumah-rumah warga yang terendam akan semakin banyak,” kata Kepala Desa  Tanjungkarya Cecep Rukma.. (A-71/A-150/A-158/A-175)



Post Date : 19 Februari 2010