BANDUNG – Arus Sungai Cikapundung meluap dan merendam sedikitnya 20 rumah setinggi 2 meter di RW 13 dan 18 Nangkasuni, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Minggu (15/5) malam.
Beruntung, banjir bandang yang diketahui dari hulu Cikapundung tersebut hanya berlangsung 3 jam lantaran air kembali surut setelah hujan reda. Namun demikian, lurah,camat, dan komunitas Barudak Cikapundung Asli (BCA) tetap siaga di lokasi sampai dini hari guna memantau debit air sampai arus kembali normal. Ketua BCA Asep Wawan menjelaskan, Minggu malam dia sempat mengungsikan 20 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam.
Namun tidak sampai 3 jam,mereka dapat kembali ke rumahnya masingmasing. “Meski sudah giat dibersihkan, ternyata air dari hulu Cikapundung masih mengirimkan air bah berisi gedebog pisang,ranting pohon,dan lumpur hingga merendam rumah di sekitar bantaran. Tapi dilihat dari ketinggiannya terbilang berkurang karena biasanya sampai 3,5 meter,” jelas Asep kepada wartawan,kemarin. Asep menjelaskan, banjir lumpur tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa,karena personel BCA dan aparat setempat selalu mengantisipasinya.
Seperti biasanya, warga bergotong royong membersihkan sampah yang dibawa arus sungai berikut lumpur pekat yang mengotori rumah warga. “Faktanya,limbah dari hulu masih tinggi jumlahnya. Jadi meski di Kota Bandung giat membersihkan,saya kira di bagian hulu penting juga untuk diantisipasi segera, terlebih jika hujan besar datang.Imbasnya pasti merendam rumah yang berdekatan langsung dengan sungai,”tambah Asep.
Hal senada diungkapkan Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda.Banjir yang terjadi di Nangkasuni pada Minggu malam menjadi catatan penting bagi revitalisasi Sungai Cikapundung yang sat ini tengah digiatkan.Penataan sungai harus dilakukan secara terpadu dari hulu sampai hilir secara bersama- sama,mulai dari Pemerintah Kota Bandung,Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,hingga pusat.
“Penyebabnya sudah pasti, tak lain perubahan fungsi lahan dan perilaku warga yang masih membuang limbah sarta kotoran ke sungai di kawasan hulu yang berdampak langsung bagi warga masyarakat di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, terutama yang berada di sekitar bantaran Citarum dan Cikapundung. Ini menjadi tugas bersama untuk menuntaskannya,”tegas Ayi.
Dia mengatakan, sebagai hilir Sungai Cikapundung, praktis warga Kota Bandung harus menanggung dampak kerugian akibat limbah kiriman yang berasal dari hulu. Bukan hanya airnya berpotensi merendam perumahan, kandungannya pun berpotensi mengganggu kesehatan.
“Bisa kita bayangkan,banjir yang merendam rumah warga kota di sekitar Cikapundung dan warga Cienteung (Kabupaten Bandung) adalah banjir kotoran sapi yang dibuang dari hulu Sungai Cikapundung.Ini jelas-jelas harus segera ditangani,” tambah Ayi. Ayi meminta semua jajaran pemerintah dan warga masyarakat harus lebih proaktif dan bergotong royong menjaga konservasi dan kebersihan sungai agar tidak menjadi bencana pada musim penghujan.Menurutnya, peristiwa Wasior dan banjir bandang di Garut bagian selatan minggu lalu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi semua pihak supaya lebih peduli terhadap lingkungan. dini budiman
Post Date : 17 Mei 2011
|